Washington DC - 2 Oktober 2020 lalu, Donald Trump dinyatakan positif COVID-19. Presiden AS itu sempat menjalani perawatan beberapa hari di rumah sakit militer Walter Reed.
Laporan DW Indonesia yang dikutip Kamis (15/10/2020) menyebut, ketika kondisi kesehatan presiden AS Donald Trump memburuk, tim dokter kepresidenan memberi obat darurat yang berbasis antibodi Virus Corona COVID-19. Seluruh dunia terpana. Pengobatan sangat ampuh dan manjur. Hanya beberapa hari kemudian, Trump sudah kembali bekerja di Gedung Putih.
Advertisement
Donald Trump menyebut obat eksperimental yang diberikan para dokter sebagai “berkah dari Tuhan“ dan sukses terapi itu sebagai “keajaiban yang dikirim oleh Tuhan."
Obat eksperimental antibodi itu, dengan atau tanpa berkat Tuhan, sejatinya adalah obat yang diberi nama REGN-COV2, buatan perusahaan bioteknologi Regeneron di AS. Perusahaan itu sebelumnya mengajukan ijin penggunaan darurat kepada jawatan pengawasan obat dan makanan AS-FDA.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Juga Video Ini:
Obat Berbasis Jaringan Sel Janin Manusia
Preparat eksperimental tersebut adalah kombinasi dan antibodi monoklonal REGN10933 dan REGN10987. Obat yang diberi nama REGN-COV2 itu berfungi sebagai imunisasi pasif, dengan unsur aktif yang dibuat secara sintetis dari antibodi yang dinetralkan. Dalam prosesnya, langsung maupun tidak langsung, digunakan jaringan sel yang berasal dari embrio alias janin manusia.
Obat REGN-COV2 memang tidak langsung dibuat dari jaringan sel janin manusia. Mula-mula preparatnya dibuat dari sel yang berasal dari saluran indung telur hamster. Tapi untuk menguji keampuhan antibodi tersebut, dalam tes laboratorium digunakan jaringan sel yang berasal dari janin manusia yang digugurkan.
Sel yang diberi nama ilmiah HEK 293T itu, berasal dari jaringan sel ginjal janin manusia yang digugurkan di Belanda pada tahun 1970-an. Regeneron memanfaatkan HEK 293T, untuk memproduksi apa yang disebut pseudopartikel virus, yakni struktur seperti virus yang memiliki protein duri seperti pada Virus Corona COVID-19.
Karena hanya dengan cara dan prosedur semacam itu, bisa diketahui tingkat efektifitas antibodi dalam menyerang masing-masing virus.
Advertisement
Politik Versus Riset Berbasis Sel Embrio
Jika dilihat dari sisi politik, ini merupakan kemunafikan besar dari presiden Trump dan administrasinya, yang menyatakan sebagai sahabat kelompok anti aborsi. Trump pada 2019 lalu juga sudah membatasi secara drastis metode riset dengan sel janin manusia itu.
Apakah Presiden AS itu tahu bahwa obat “Keajaiban dari Tuhan“ itu dibuat berbasis sel janin manusia? Sebelumnya Trump sudah memberikan perintah untuk memangkas drastis subsidi anggaran negara bagi jawatan kesehatan nasional. Pasalnya jawatan ini melakukan riset dengan sel janin yang digugurkan, untuk pengobatan HIV dan kanker.
Di kementerian kesehatan secara khusus dibentuk sebuah komisi baru, dimana banyak anggotanya adalah penentang aborsi. Dari 14 usulan riset yang diajukan, 13 diantaranya sudah ditolak. Bulan Januari lalu, Trump juga tampil dalam aksi demonstrasi penentang aborsi, dan menyatakan “Anak yang diaborsi kini punya pembela kuat di Gedung Putih“
Debat Panas Terminologi Obat Antibodi
Debat panas terkait obat dari antibodi tidak hanya mencuat di AS. Sorotan sering tertuju ada riset kedokteran, yang seringkali untuk pengembangan vaksin menggunakan sel yang berasal dari jaringan janin yang diaborsi.
Juga Regeneron tidak berbohong. Akan tetapi argumennya, sel HEK 293T sudah sejak beberapa dekade digunakan, dan kini berasal dari laboratorium. Karena itu tidak bisa lagi disebut sebagai "jaringan manusia".
"Semua tergantung dari bagaimana menafsirkannya", ujar Alexandra Bowie, jurubicara Regeneron. "Sel HEK 293T yang saat ini tersedia, tidak lagi dianggap sebagai jaringan janin manusia, dan kami tidak menggunakan jaringan embryo“, pungkas Bowie.
Menanti Hasil Uji Klinis Calon Vaksin COVID-19
Advertisement