5 Alasan untuk Setop Kebiasaan Makan Ketika Sudah Lapar dan Perut Kosong

Ada beberapa alasan mengapa rasa lapar dapat mengganggu kebiasaan makan kita.

oleh Hariz Barak diperbarui 18 Okt 2020, 21:01 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2020, 21:01 WIB
diet keto
ilustrasi diet makan sayur/Photo by Louis Hansel on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Rasa lapar mungkin merupakan pertanda bagus. Itu menunjukkan bahwa metabolisme Anda dihidupkan dan tubuh Anda bekerja sebagaimana mestinya.

Namun, meskipun wajar, rasa lapar bukanlah satu-satunya penanda bahwa sudah waktunya untuk mulai makan.

Jika Anda makan hanya ketika bahan bakar sangat sedikit dan tubuh Anda meminta Anda untuk memperbaikinya, konsekuensinya bisa mengerikan.

Dikutip dari Brightside.me (16/10/2020), ada beberapa alasan mengapa rasa lapar dapat mengganggu kebiasaan makan kita.

 

1. Lapar menyebabkan makan berlebihan.

Orang yang melewatkan makan atau makan tidak teratur sering kali makan berlebihan untuk mengganti makanan yang mereka lewatkan. Tubuh manusia membutuhkan nutrisi yang stabil setiap 3-4 jam untuk mencegah perlambatan metabolisme, penurunan energi, rasa lapar, dan mengidam. Semakin lama Anda bertahan tanpa makanan, semakin rendah kadar gula darah Anda, yang mengakibatkan kebutuhan akan gula dalam makanan.

 

Simak video pilihan berikut:

2. Kelaparan tidak membantu menurunkan berat badan.

Makanan Protein
Ilustrasi makanan (Sumber: Unsplash)

Banyak orang mengira jika mereka kelaparan, berat badan mereka turun. Namun kenyataannya, jika nutrisi harian membuat Anda kelaparan, Anda tidak akan bertahan lama. Makan terlalu sedikit kalori memicu mode darurat di tubuh Anda, menyebabkannya menyimpan lemak dan membakar lebih sedikit kalori. Tubuh Anda berpikir perlu menyelamatkan dirinya sendiri dan menjaga kalori untuk masa depan.

 

3. Anda cenderung tidak membuat pilihan makanan sehat.

makanan saat haid
ilustrasi ikan/Photo by Bryony Caldwell on Unsplash

Seperti yang ditunjukkan oleh iklan Snickers yang bijak, "Kamu bukan kamu ketika kamu lapar." Dan saat Anda lapar, Anda lebih cenderung meraih permen tersebut daripada camilan yang lebih besar. Ketika tingkat gula darah turun, orang-orang secara emosional menjadi tidak terkendali atas apa yang mereka masukkan ke dalam mulut mereka selanjutnya. Mereka makan hal berikutnya di depan mereka, dan bagi kebanyakan orang, ini akhirnya menjadi camilan manis yang tidak sehat.

Secara keseluruhan, diet seperti itu tidak menghasilkan gaya hidup yang paling bergizi.

 

4. Anda tidak selalu bisa mengenali rasa lapar.

Ilustrasi
Ilustrasi makanan pendamping di kuliner Korea Selatan. (dok. pexels/Vicky Tran)

Dua hormon mempengaruhi pengaturan rasa lapar: ghrelin, yang merangsang nafsu makan; dan leptin, yang menekannya. Saat Anda tidak makan untuk beberapa saat, level ghrelin meningkat. Dan setelah Anda makan, leptin memberi tahu tubuh Anda bahwa sudah kenyang.

Barometer kelaparan tidak selalu akurat. Terkadang, terutama setelah menjalani diet yang melelahkan, orang tidak dapat mendengar apa yang coba dikatakan oleh tubuh mereka. Otak belajar untuk mengurangi rasa lapar sesuai dengan gaya hidup seseorang. Jadi orang yang selalu makan sekali sehari bisa menjalankan usahanya tanpa merasa ngidam. Itu tidak membuat makan satu kali sehari menjadi normal.

 

5. Lapar buruk bagi kesehatan Anda.

Ilustrasi makanan
pola makan yang buruk adalah faktor (sumber: iStockphoto)

Dampak kelaparan pada tubuh, dalam jangka panjang, bisa sangat merusak, mulai dari memengaruhi kesehatan mental hingga meningkatkan risiko penyakit kronis. Dan jika Anda kebetulan lapar, sering kali rasanya tidak enak, mulai dari sakit perut, pusing, hingga lemas seutuhnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya