Diberi Makanan oleh Koruptor, Dimakan atau Tidak? Simak Kata Gus Baha

Gus Baha menjelaskan sikap yang sebaiknya dilakukan saat menghadiri jamuan orang fasik.

oleh Liputan6.com Diperbarui 10 Mar 2025, 18:30 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2025, 18:30 WIB
Gus Baha (SS: YT @ribathalbusyrowy)
Gus Baha (SS: YT @ribathalbusyrowy)... Selengkapnya

Liputan6.com, Cilacap - Rais Syuriyah PBNU yang merupakan santri kinasih KH. Maemoen Zubair atau Mbah Moen yaitu KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menerangkan sikap saat dikasih makan oleh orang fasik.

Dalam kaitannya dengan ini, Gus Baha sangat menjunjung nilai toleransi yang tinggi yang harus diterapkan saat kita mengalami hal ini.

Nilai toleransi serta menghindari sikap fanatik dalam kaitannya dengan hal ini itu akan membawa dampak yang sangat baik.

Lantas, dampak baik yang seperti apa yang bakal terjadi jika kita melakukan sikap yang toleran ini? Simak ulasannya berikut ini!

 

Promosi 1

Apa yang Sebaiknya Dilakukan

Ilustrasi berbuka puasa/freepik.com
Sayangi kesehatan saat berpuasa dengan menjaga pola makan yang sering diabaikan. (Sumber: Freepik).... Selengkapnya

Gus Baha menerangkan bahwa saat dijamu makanan oleh orang fasik sebaiknya dimakan saja. Sebab, saat kita tidak memakan, maka justru kita akan mendapat dosa karena berburuk sangka.

“Kalau kalian diundang orang mukmin yang fasik diminta makan jamuannya, ya makan saja,” @Menikmatihalal, Minggu (09/03/2025).

“Karena kadang-kadang kita ini, apa ya, sok suci tidak makan tapi jatuh dosa su’udzan,” sambungnya.

“Bisa saja yang kebetulan yang kamu makan itu yang halal,” paparnya.

Gus Baha menuturkan, saat para kiai diundang seseorang yang terkenal fasik biasanya ia pun akan menghadirinya. Sebab sikap ini akan menimbulkan dampak positif yakni diharapkan orang tersebut akan menjadi orang yang baik.

“Tidak usah sok suci, diundang tetangga yang terkenal korupsi, terkenal maling, rata-rata kiai tetap datang,” ungkapnya.

“Karena barokahnya baik ini, tertanam di hatinya orang itu kapan-kapan menjadi baik,” tandasnya.

Pentingnya Berprasangka Baik

Ilustrasi tasbih, muslimah berzikir, berdoa
Ilustrasi tasbih, muslimah berzikir, berdoa. (Image by rawpixel.com on Freepik)... Selengkapnya

Gus Baha juga menekankan pentingnya berprasangka baik dan tidak terburu-buru dalam menilai orang lain. Menurutnya, sikap yang terlalu keras dalam mengadili seseorang justru dapat menghalangi proses perubahan diri yang mungkin sedang berlangsung di dalam diri orang tersebut. Manusia tidak selalu bisa melihat kebaikan yang tersembunyi di balik kelemahan yang tampak di luar.

Bagi Gus Baha, sikap muhasabah atau introspeksi diri menjadi kunci dalam menghadapi berbagai macam persoalan hidup, termasuk ketika melihat orang-orang yang tampak jauh dari ajaran agama. Melalui muhasabah, seseorang dapat menilai dirinya sendiri sebelum menilai orang lain, dan menyadari bahwa manusia juga memiliki kekurangan yang perlu diperbaiki.

Gus Baha mengingatkan bahwa doa husnul khatimah tidak hanya bermanfaat bagi orang lain, tetapi juga bagi diri sendiri. Harapan agar setiap orang mendapatkan akhir yang baik ini merupakan bentuk doa yang mendatangkan berkah dan menjadi ladang amal bagi siapa saja yang mengamalkannya. Doa ini adalah cerminan rasa kasih sayang yang luas terhadap sesama manusia.

Fenomena banyaknya orang fasik, bagi Gus Baha, adalah ujian bagi masyarakat untuk bersikap bijak dan berprasangka baik. Setiap orang mungkin sedang menjalani prosesnya masing-masing untuk kembali kepada kebenaran, dan doa husnul khatimah menjadi pengingat bahwa selalu ada harapan di setiap perjalanan hidup.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya