Kecam Aksi Teror di Nice Prancis, Kemlu: Tidak Ada WNI Jadi Korban

Indonesia turut menyampaikan simpati dan duka cita mendalam kepada korban dan keluarga korban teror penikaman di Paris, Prancis.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 30 Okt 2020, 11:53 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2020, 11:35 WIB
Polisi Prancis Razia Warga Berkeliaran Saat Lockdown
Polisi menyisir area lapangan Esplanade du Trocadero dekat Menara Eiffel saat lockdown di Paris, Prancis, Rabu (18/3/2020). Sampai Selasa (17/3/2020), Prancis memiliki 6.633 kasus virus corona COVID-19 dengan 148 kematian. (Ludovic MARIN/AFP)

Liputan6.com, Nice - ​Indonesia mengecam aksi teror di Nice, Prancis pada 29 Oktober 2020 sekitar pukul 09.00 pagi waktu setempat. Dalam peristiwa tersebut, mengakibatkan 3 orang meninggal dan beberapa luka-luka.  

Indonesia menyampaikan simpati dan duka cita mendalam kepada korban dan keluarga korban teror di Prancis.

Seperti dikutip dari situs Kemlu.go.id, Jumat (30/10/2020), diiformasilan bahwa KBRI Paris dan KJRI Marseille segera berkoordinasi dengan aparat setempat dan simpul simpul masyarakat WNI termasuk PPI (Persatuan Pelajar Indonesia). Hingga saat ini, tidak terdapat informasi adanya korban WNI dalam serangan tersebut.

Tercatat terdapat total 4.023 WNI yang menetap di Prancis dimana 25 orang di antaranya tinggal di Nice dan sekitarnya.

Sementara itu, Perdana Menteri Prancis Jean Castex mengumumkan bahwa status darurat akan diberlakukan pada tingkat tertinggi di negara tersebut, menyusul insiden penikaman yang terjadi di sebuah gereja di Kota Nice dan menewaskan 3 korban pada 29 Oktober 2020. 

Dikutip dari Channel News Asia, langkah itu dilakukan hanya beberapa jam sebelum Prancis menerapkan lockdown kedua dalam upaya meredam penyebaran Virus Corona COVID-19.

Sementara itu, kantor kejaksaan anti-terorisme Prancis membuka penyelidikan atas kasus penikaman di Nice.

Pada 29 Oktober, laporan serangan lainnya juga datang dari Kota Avignon dan di Jeddah, Arab Saudi. 

Seorang pejabat polisi setempat menerangkan bahwa seorang pria bersenjata ditembak mati oleh petugas di Avignon setelah ia menolak untuk melepaskan senjata, dan ketika tembakan peluru karet gagal menghentikannya. 

Sebuah kantor berita yang dikelola pemerintah Arab Saudi melaporkan bahwa seorang pria menikam seorang penjaga di konsulat Prancis di Jeddah. Hingga akhirnya, pria tersebut behasil ditangkap.

Tetapi, belum ada informasi yang jelas apakah serangan tersebut terkait dengan penikaman di Nice.

Saksikan Juga Video Ini:

Identitas Tersangka Penikaman di Nice Prancis Terungkap

FOTO: Prancis Berlakukan Jam Malam untuk Hambat Penyebaran COVID-19
Polisi berpatroli di Lille, Prancis, Jumat (16/10/2020). Prancis mengerahkan 12.000 polisi untuk memberlakukan jam malam baru mulai Jumat malam hingga bulan depan untuk memperlambat penyebaran COVID-19. (AP Photo/Michel Spingler)

 Identitas pelaku penikaman di Kota Nice di Prancis telah terungkap. 

Dikutip dari Channel News Asia, Jumat (30/1/2020) sebuah sumber resmi mengatakan kepada AFP bahwa tersangka merupakan seorang pria asal Tunisia berusia 21 tahun yang baru tiba di Prancis pada awal Oktober 2020. 

Pria tersebut diketahui datang ke Eropa dengan kapal migran melalui pulau Lampedusa di Italia pada akhir September 2020, menurut sumber tersebut. 

Ketika ditangkap, tersangka mengungkapnya namanya sebagai Brahim Aouissaoui. 

Insiden penikaman itu terjadi pukul 8.29 pagi waktu Prancis, ketika seorang pria dengan pisau berukuran 30 cm mulai menyerang orang-orang yang sedang berdoa di dalam Basilika Notre-Dame di tengah Kota Nice, Prancis.

Salah satu dari tiga korban yang tewas, adalah seorang perempuan berusia 60 tahun yang tewas di dalam gereja dengan luka gorokan di bagian lehernya. 

Sementara korban kedua adalah seorang pria yang merupakan seorang pegawai gereja berusia 45 tahun. 

Adapun korban lainnya, yakni seorang perempuan berusia 44 tahun yang melarikan diri dari gereja ke restoran terdekat.

Namun sayangnya, nyawa perempuan tersebut tidak berhasil diselamatkan karena beberapa luka tusukan yang dialaminya.

Tersangka kemudian ditembak oleh polisi dan mengalami luka, saat mereka tiba dengan cepat di lokasi insiden.

Pihak berwenang Prancis menganggap insiden itu sebagai serangan teroris, dengan jaksa anti-teroris yang segera membuka penyelidikan atas "pembunuhan dan percobaan pembunuhan yang terkait dengan serangan teroris".

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut insiden itu sebagai "serangan teroris Islam".

Pembunuhan itu terjadi hanya dua pekan setelah seorang guru sejarah di Prancis tewas dipenggal di wilayah utara Paris. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya