Liputan6.com, Jakarta- Inggris dan Prancis mengumumkan langkah untuk melonggarkan pembatasan COVID-19 menjelang liburan Natal.
Langkah tersebut diambil ketika gelombang infeksi COVID-19 kedua telah mereda setelah penerapan lockdown di sejumlah negara di Eropa dalam beberapa pekan.
Baca Juga
Dalam pidatonya yang disiarkan di televisi, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan bahwa toko-toko dapat dibuka kembali pada 27 November dan imbauan untuk tetap berada di rumah akan dicabut mulai 15 Desember mendatang, seperti dikutip dari AFP, Rabu (25/11/2020).
Advertisement
"Kita akan dapat melakukan perjalanan tanpa harus memegang izin, termasuk antar wilayah, dan menghabiskan Natal bersama keluarga kita," kata Presiden Macron.
Namun, Presiden Macron juga memperingatkan bahwa beberapa pembatasan akan tetap berlaku untuk menghindari gelombang ketiga penyebaran COVID-19.
Jam malam di seluruh Prancis mulai pukul 21.00 hingga 07.00 pagi akan dimulai pada 15 Desember, sementara restoran dan bar akan tetap ditutup hingga Januari 2021 mendatang.
Pihak berwenang Inggris juga mengumumkan pada 24 November, bahwa pembatasan pada pertemuan publik dan perjalanan akan dilonggarkan di seluruh Inggris selama Natal.
Tiga keluarga juga diizinkan untuk bertemu selama perayaan Natal.
"Menjelang akhir tahun 2020, kami menyadari ini merupakan tahun yang sangat sulit bagi kami semua," demikian pernyataan bersama dari Pemerintah Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Berikut Ini:
Para Ahli Khawatirkan Risiko COVID-19 pada Musim Liburan
Sementara itu, 16 negara bagian Jerman juga telah menyetujui untuk secara bertahap melonggarkan pembatasan kontak sosial selama Natal, menurut serangkaian kesepakatan yang diamati oleh AFP.
Namun, pihak berwenang setempat sepakat untuk membatasi pertemuan hingga 10 orang selama liburan pada 23 Desember hingga 1 Januari.
Meski pemerintah di Eropa dan Amerika Utara ingin mempertahankan semangat perayaan akhir tahun, para ahli tetap mengkhawatirkan risiko penularan pada musim liburan tersebut.
Amerika Serikat - yang sejauh ini negara yang paling banyak mencatat infeksi - akan merayakan Thanksgiving pada 26 November dan banyaknya warga yang berencana unuk menghabiskan liburan dengan keluarga besar meski di tengah peringatan risiko penularan COVID-19.
Hampir 258.000 orang telah meninggal dunia di AS akibat COVID-19 dan kasus infeksi yang telah mendekati 12,4 juta, menurut data Johns Hopkins University.
Advertisement