Liputan6.com, Kuala Lumpur - Teori konspirasi mengenai jarum suntik vaksin COVID-19 yang memiliki ukuran berbeda-beda marak beredar di kalangan netizen Malaysia, menyusul PM Muhyiddin Yassin dan Direktur Jenderal Kesehatan Noor Hisham menerima suntikan vaksin Pfizer-BioNTech pertama mereka pada 24 Februari 2021.
Tetapi untuk membatalkan semua konspirasi yang luar biasa, ada alasan yang sangat sederhana mengapa dokter menggunakan jarum yang berbeda untuk inokulasi.
Dalam konteks di Malaysia, jarum besar digunakan untuk menarik vaksin COVID-19 dari botolnya, sementara jarum kecil digunakan untuk disuntikkan ke penerima vaksin, demikian seperti dikutip dari Mashable Asia, Minggu (28/2/2021).
Advertisement
"Warna jarum yang (juga) berbeda berarti ukuran bore yang berbeda. Jarum yang digunakan untuk menarik sesuatu dari botol berukuran lebih besar (dan berwarna biru) untuk memastikan ekstraksi halus. Jarum yang lebih kecil (merah atau oranye) untuk inokulasi memastikan lebih sedikit rasa sakit dan memar," kata Kementerian Kesehatan Malaysia dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga
"Selain itu, jarum yang berbeda diperlukan untuk mencegah kontaminasi silang antara pasien."
Kementerian Kesehatan juga menegaskan kembali bahwa isi vaksin tetap tidak berubah ketika jarum ditukar.
Tentu saja, mereka yang menyebarkan teori konspirasi tak berdasar mungkin tidak akan mendengarkan Anda jika Anda memberi mereka penjelasan rasional.
Ada banyak keraguan berputar-putar di antara orang Malaysia tentang keamanan vaksin COVID-19, apakah itu nyata atau tidak, dan teori konspirasi yang menyebut bahwa pemerintah secara diam-diam menanamkan microchip.
Mengada-ada memang.
Tetapi yang perlu Anda ingat adalah ini:
Jarum biru = Ekstraksi vaksin. Jarum merah/oranye = Inokulasi/penyuntikkan.
Program Imunisasi Nasional Malaysia dimulai pada 24 Februari 2021, dan bertujuan untuk menginokulasi setidaknya 80 persen populasi pada akhir tahun.
Simak video pilihan berikut:
28 Februari: Kasus COVID-19 Global 114,3 Juta, Kondisi ICU di Brasil Terparah
Total angka kasus positif COVID-19 secara global hingga saat ini adalah 114.427.110, sementara angka kematiannya adalah 2.538.469.
Amerika Serikat masih menjadi negara dengan kasus tertinggi yakni 29.202.824 dengan 524.669 kematian.
Sementara itu, India mengikuti dengan 11.096.731 kasus COVID-19 dan 157.087 kematian.
Kemudian, Brasil mencatat 10.517.232 kasus dengan 254.263 kematian.
Untuk saat ini, Indonesia berada di posisi keempat di Benua Asia dan ke-18 di dunia usai melaporkan 1.329.074 kasus COVID-19.
Advertisement