Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah kalangan menolak gagasan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjadikan Pulau Biak di Papua sebagai lokasi peluncuran SpaceX. Proyek0 itu dikhawatirkan menghancurkan ekosistem Pulau Biak.
Pulau Biak dianggap ideal untuk meluncurkan satelit orbit rendah untuk komunikasi mengingat lokasinya hanya satu derajat di bawah ekuator, sehingga peluncuran satelit bisa lebih hemat bahan bakar.
Advertisement
Baca Juga
"Spaceport ini akan mengganggu lokasi perburuan kami," ujar kepalau suku di Pulau Biak, Manfun Sroyer, kepada The Guardian, Jumat (12/3/2021).
Manfun Sroyer berkata khawatir bisa ditangkap apabila protes. Ia masih ingat ketika Rusia ingin menjadikan Pulau Biak sebagai lokasi peluncuran satelit pada 2002.
Ketika terjadi protes, banyak orang yang ditangkap dan interograsi. Kini, badan antariksa Rusia, Roscosmos, kembali ingin mengembangkan lokasi peluncuran roket di pulau Biak pada 2024.
"Sekarang mereka kembali lagi," ujar Manfun Sroyer. "Dan intimidasinya masih terjadi."
Â
Â
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Respons LAPAN
Juru bicara dari LAPAN berkata bahwa pihaknya sudah berkonsultasi secara ekstensif dengan pemerintah provinsi Biak. Lembaga antariksa itu menjelaskan dampak ekonomi dari SpaceX ke Papua.
"Pemerintah provonsi Papua menilai bahwa pembangunan spaceport di Biak akan menjadi kabupaten Biak Numfor sebagai hub dan membawa dampak-dampak ekonomi kepada pemerintah daerah dan masyarakat lokal," jelas LAPAN.
"Parlemen Indonesia juga melihat bahwa pembangunan Pulau Biak sebagai sebuah 'Space Island' akan membawa multiplier effect kepada masyarakat sekitar," lanjut LAPAN.
Presiden Jokowi juga berambisi untuk membawa Tesla ke Indonesia. SpaceX dan Tesla sama-sama dimiliki oleh miliarder Elon Musk.
Papua memiliki sumber daya nikel yang bisa dipakai untuk baterai mobil listrik Tesla. Jokowi berjanji penambangan nikel akan dilakukan secara efisien dan sensitif terhadap lingkungan.
Advertisement