Liputan6.com, Riyand - Masyarakat Arab Saudi yang masuk dalam golongan orang menghabiskan waktunya selama pandemi COVID-19Â di oasis buatan yang dibangun di atas bukit pasir berwarna salmon.
Hal ini jadi pilihan banyak orang kaya Arab Saudi lantaran mereka tak dapat menghabiskan uang mereka selama satu tahun terakhir ke luar negeri akibat COVID-19.
Advertisement
Baca Juga
Pandemi COVID-19 menggoyahkan rencana Arab Saudi untuk meningkatkan pariwisata dan hiburan, sektor-sektor baru yang menjadi pusat strategi untuk mendiversifikasi ekonomi yang bergantung pada minyak.
Jadi, mereka terpaksa menghabiskan uang di dalam negeri saja, demikian dikutip dari laman deccanherald, Jumat (26/3/2021).
The Riyadh Oasis, tempat peristirahatan di gurun kelas atas dengan kolam berpohon palem, restoran pop-up, dan tenda mewah, berusaha memikat para petinggi Saudi yang dilarang ke luar negeri sejak dimulainya pandemi COVID-19.
Lokasi super mewah 'para sultan' ini merupakan tempat peristirahatan yang luas, yang disebut sebagai "suaka musim dingin bintang lima".
Oasis ini diresmikan pada pertengahan Januari 2021 dengan harga tiket yang cukup mahal. Harga mahal tiket ini lantas memicu kebencian di antara warga Arab Saudi yang kurang mampu.
Â
Saksikan Video Berikut Ini:
Gaya Berwisata Ala Warga Arab Saudi
Selama beberapa dekade, warga Arab Saudi dan negara-negara minyak Teluk lainnya dipandang sebagai pelanggan dengan pengeluaran terbesar di Eropa, sebagian besar karena kurangnya pilihan hiburan.
Pasar pariwisata keluar tahunan Arab Saudi diperkirakan akan melonjak menjadi lebih dari US$ 43 miliar pada tahun 2025, menurut kelompok Riset dan Pasar yang berbasis di Dublin.
Sekitar US$ 18,7 miliar dihabiskan untuk pariwisata di luar negeri pada 2019, menurut laporan bank sentral.
Pemerintah Arab Saudi berjuang melawan kontraksi ekonomi yang dipicu pandemi, mencari bagian dari pendapatan itu. Arab Saudi mengumumkan akan memperpanjang larangan perjalanan ke luar negeri untuk warganya dari 31 Maret hingga 17 Mei.
Pemerintah mengaitkan keputusan itu dengan penundaan kedatangan vaksin virus corona COVID-19 di kerajaan Arab Saudi, yang telah melaporkan lebih dari 383.000 infeksi dan lebih dari 6.500 kematian.
Advertisement