Liputan6.com, New Delhi - India memperluas program vaksinasi COVID-19 kepada orang-orang di atas 45 tahun pada Kamis (1/4) karena lonjakan infeksi.
Keputusan ini pun akan menunda ekspor vaksin dari produsen vaksin terbesar di dunia.
Negara tersebut, dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak yang dilaporkan setelah Amerika Serikat dan Brasil, sejauh ini telah menyuntikkan 64 juta dosis dan mengekspor hampir sebanyak itu.
Advertisement
Hal ini menimbulkan kritik di dalam negeri karena angka vaksinasi per kapita India jauh lebih rendah daripada banyak negara. Demikian seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (1/4/2021).
Baca Juga
Pemerintah sebelumnya telah mengatakan bahwa orang yang berusia di atas 45 tahun dapat mendaftar untuk inokulasi mulai 1 April.
India awalnya memfokuskan program vaksinasinya pada pekerja garis depan, orang tua, dan mereka yang menderita kondisi kesehatan lain, tidak seperti beberapa negara kaya yang membuat semua orang dewasa mereka memenuhi syarat untuk diinokulasi.
Simak Video Pilihan di Bawah Ini:
Putuskan Tunda Ekspor Vaksin
New Delhi mengatakan sedang bekerja untuk mencapai tujuan itu, dan Menteri Kesehatan Harsh Vardhan menulis di akun Twitternya bahwa tidak akan ada kekurangan vaksin di negara itu saat membuka program vaksinasi.
"Pemerintah pusat terus mengisi kembali persediaan di negara bagian," katanya di Twitter.
"Hindari overstocking dan under stocking."
India telah memutuskan untuk menunda ekspor vaksin besar-besaran untuk saat ini, termasuk ke aliansi vaksin global COVAX yang didukung Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Saat ini vaksinasi di India menggunakan vaksin AstraZeneca dan suntikan yang dikembangkan di negaranya sendiri oleh Bharat Biotech, yang sedang berjuang untuk meningkatkan pasokan. Regulator obat India diharapkan segera menyetujui vaksin Sputnik V Rusia.
India telah melaporkan lebih dari 12 juta infeksi, termasuk lonjakan besar bulan lalu. Kematian akibat COVID-19 di India pun lebih dari 162.400.
Advertisement