Vaksin COVID-19 Dikembangkan Lebih Cepat tapi Tetap Aman

Ada beberapa alasan yang membuat pengembangan vaksin COVID-19 lebih cepat, tetapi tidak mengurangi profil keamanan vaksin.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Apr 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2021, 10:00 WIB
Gambar Ilustrasi Vaksin Virus Corona
vaksin Corona COVID-19 Sumber: Freepik

Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan mengembangkan vaksin COVID-19 lebih cepat daripada vaksin lain. Ada beberapa alasan yang membuat pengembangannya lebih cepat, tetapi tidak mengurangi profil keamanan vaksin.

Salah satu alasan cepatnya pengembangan vaksin COVID-19 adalah para ilmuwan tidak memulai dari awal. Dilansir dari Medical News Today, meskipun virus SARS-CoV-2 tergolong baru dalam sains, para peneliti telah mempelajari virus Corona selama beberapa dekade.

Selain itu, karena COVID-19 telah menyebar ke seluruh benua dan menjadi pandemi, proses pengembangan vaksin pun melibatkan kolaborasi dunia yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Faktor lain adalah banyaknya relawan yang terlibat dalam pengembangan vaksin. Peneliti juga menjalankan beberapa pengujian secara bersamaan yang memangkas banyak waktu.

Faktor-faktor ini dan lebih banyak lagi berarti bahwa vaksin dapat dikembangkan dengan cepat tanpa mengorbankan keamanan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Juga Video Berikut


Tetap Aman Digunakan

Pemberian Vaksin Massal untuk Warga Lansia Non KTP DKI
Petugas kesehatan memberikan suntikan vaksin COVID-19 kepada warga lansia di Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Jakarta Kampus Hang Jebat, Jakarta Selatan, Selasa (23/3/2021). Tersedia 1.000 kuota perhari bagi lansia yang berdomisili di dalam dan luar DKI Jakarta. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Virolog dan dosen Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung Aluicia Anita Artarini mengungkapkan bahwa dalam pengembangan vaksin COVID-19 banyak menggunakan teknologi baru, tetapi kalau vaksin itu tidak aman tidak akan diizinkan beredar. 

“Jadi, banyak yang menjalani uji klinis. Uji klinis itu pertama yang dijalani bukan mengetahui efeknya tapi adalah aman atau tidak," kata Anita dalam diskusi terbatas secara virtual pada Senin (29/3/2021).

Anita menambahkan setelah terbukti aman baru dilakukan pengujian untuk melihat efeknya. Ia juga mengimbau masyarakat untuk ikut divaksin demi menghentikan laju pandemi COVID-19.

Di samping itu, data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun menunjukkan, antara 2010 dan 2015, vaksin telah mencegah sedikitnya 10 juta kematian akibat penyakit.

 

Penulis: Abel Pramudya Nugrahadi


Infografis 17 Kondisi Orang Tak Bisa Disuntik Vaksin Covid-19 Sinovac

Infografis 17 Kondisi Orang Tak Bisa Disuntik Vaksin Covid-19 Sinovac. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 17 Kondisi Orang Tak Bisa Disuntik Vaksin Covid-19 Sinovac. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya