Uni Eropa Akan Beri Spanyol Dana Pemulihan Akibat COVID-19

Bantuan itu untuk memulihkan Spanyol setelah mengalami kehancuran ekonomi yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Apr 2021, 07:03 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2021, 07:03 WIB
FOTO: 6 Negara dengan Kasus Corona COVID-19 Tertinggi di Dunia
Petugas medis membawa penghuni panti jompo dengan gejala virus corona COVID-19 ke ambulans di Barcelona, Spanyol, Sabtu (11/4/2020). Berdasarkan data Worldmeters per Minggu (12/4/2020), jumlah kasus COVID-19 di Spanyol sebanyak 163.027 terinfeksi dan 16.606 meninggal. (AP Photo/Felipe Dana)

Liputan6.com, Madrid - Pemerintah sayap kiri Spanyol mendapat dana besar yang akan diberikan Uni Eropa dan merupakan bagian dari paket bantuan virus Corona COVID-19.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (14/4/2021) bantuan itu untuk memulihkan Spanyol setelah mengalami kehancuran ekonomi yang disebabkan oleh pandemi.

Spanyol akan menerima 140 miliar Euro ($ 166 miliar), separuh hibah dan separuh pinjaman dari dana pemulihan sebesar 750 miliar Euro yang diusulkan oleh para pemimpin Uni Eropa tahun lalu.

Bantuan itu diberikan karena ekonomi benua itu terpuruk akibat penutupan wilayah, kehilangan pekerjaan dan menurunnya belanja konsumen.

PM Spanyol Pedro Sanchez mengatakan, "Nilai ekonomi yang akan kami jalankan pada tahun 2021 hingga 2023 hampir 70 miliar Euro."

"Dengan sasaran yang sangat jelas, yaitu untuk memberi dampak langsung pada pertumbuhan ekonomi negara dan juga tingkat lapangan kerja tahun 2021."

"Itulah sebabnya saya katakan, investasi ini bersifat ramah lingkungan, suatu transisi ekologi dan juga terkait dengan peralihan digital. Ini adalah dua hal utama dari rencana itu."

Pemimpin Sosialis Spanyol itu mengungkapkan rencana pemerintah koalisinya untuk pemanfaatan bantuan langsung sebesar US$ 83 miliar itu, yang diharapkan bisa diinvestasikan ke ekonomi Spanyol dalam kurun tiga tahun ke depan.

Saksikan Video Berikut Ini:

Update Terbaru Vaksin Global

Distribusi Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson
Seorang karyawan di distributor McKesson Corporation memindai sekotak vaksin Johnson & Johnson saat mengisi pesanan di Shepherdsville, Kentucky, Senin (1/3/2021). Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson menjadi vaksin corona ketiga yang sah digunakan di AS. (AP Photo/Timothy D. Easley, Pool)

Pejabat-pejabat kesehatan Amerika merekomendasikan segera penghentian sementara penggunaan vaksin COVID-19 produksi Johnson & Johnson, setelah dilaporkan enam kasus pembekuan darah di Amerika.

Keputusan itu, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan Badan Pengawas Obat dan Pangan (FDA), diambil sebagai langkah “kehati-hatian."

Dalam pernyataan bersama yang dirilis Selasa, CDC dan FDA mengatakan sedang menyelidiki penggumpalan darah yang tidak biasa pada enam perempuan, yang terjadi 6 hingga 13 hari setelah vaksinasi.

Mereka mencatat enam kasus itu terjadi dari hampir 7 juta dosis vaksin yang diberikan. Keenam perempuan itu berusia antara 18 dan 48 tahun, dengan dilaporkan satu kematian dan semua masih diselidiki.

Vaksin Johnson & Johnson adalah yang kedua yang dikaitkan dengan potensi penggumpalan darah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya