Naftali Bennett Jadi PM Israel, Joe Biden Ingin Ada Perdamaian dengan Palestina

Naftali Bennett terpilih sebagai perdana menteri (PM) baru Israel menggantikan Benjamin Netanyahu.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Jun 2021, 15:40 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2021, 15:40 WIB
PM Israel Naftali Bennett. (Xinhua/JINI)
PM Israel Naftali Bennett. (Xinhua/JINI)

Liputan6.com, Jakarta - Naftali Bennett terpilih sebagai perdana menteri (PM) baru Israel menggantikan Benjamin Netanyahu. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden langsung menghubungi Bennett menyampaikan ucapan selamat.

Dalam percakapan telepon dengan Bennett, Biden menyoroti dukungan Amerika selama puluhan tahun untuk hubungan bilateral dan komitmennya yang tak tergoyahkan terhadap keamanan Israel, menurut pernyataan Gedung Putih, Senin (14/6/2021).

Kedua pemimpin sepakat untuk berkonsultasi secara intens tentang masalah keamanan regional, termasuk Iran, menurut pernyataan itu.

"Presiden (Joe Biden) juga menyampaikan bahwa pemerintahannya ingin menjalin kerja sama secara intens dengan pemerintah Israel demi memajukan perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan bagi Israel dan Palestina."

Naftali Bennett merupakan pemimpin partai sayap kanan Yamina (United Right) Israel. Ia dilantik sebagai PM Israel pada Minggu 13 Juni malam, menggantikan Benjamin Netanyahu yang telah 12 tahun berkuasa. 

Sosok Ultranasionalis

Naftali Bennett terpilih sebagai perdana menteri Israel yang baru mengalahkan pertahana Benyamin Netanyahu (AFP)
Naftali Bennett terpilih sebagai perdana menteri Israel yang baru mengalahkan pertahana Benyamin Netanyahu (AFP)

Nama Naftali Bennett, yang sudah terkenal di media internasional. Bennett adalah sosok ultranasionalis. Ia berpotensi lebih parah dari Netanyahu, sebab Bennett bersikap resisten terhadap solusi dua negara agar terbentuknya negara Palestina yang eksis bersama Israel. 

Menurut laporan BBC, Bennett pernah berkata tidak mau menyerahkan sedikit pun lahan yang dianggap milik Israel.

"Selama saya memiliki kekuasaan dan kontrol, saya tidak akan memberikan satu sentimeter tanah dari Negara Israel. Titik," ujarnya pada Februari 2021.

Bennett sangat mendukung Israel sebagai negara Yahudi, serta klaim historis dan religius Israel di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Golan Heights. Wilayah itu diokupasi Israel sejak perang 1967.

Bennett juga ingin memperkuat genggaman Israel di Tepi Barat dengan cara aneksasi. Ia menyebut tempat itu sebagai Judea dan Samaria. Meski demikian, ia mendukung agar Israel mundur dari Gaza. 

Hukum Mati Militan Palestina

Perdana Menteri baru Israel Naftali Bennett berjabat tangan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu selama sesi Knesset di Yerusalem pada 13 Juni 2021. (Foto: AP/Ariel Schalit)
Perdana Menteri baru Israel Naftali Bennett berjabat tangan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu selama sesi Knesset di Yerusalem pada 13 Juni 2021. (Foto: AP/Ariel Schalit)

Naftali Bennett turut dikenal dengan pendirian garis keras terhadap militan Palestina. Ia mendukung adanya hukuman mati bagi mereka.

Hukuman mati di Israel tak pernah diterapkan selain di kasus Adolf Eichmann yang menjadi arsitek Holocaust. Kasusnya disorot secara mendalam oleh Hannah Arendt di buku Banality of Evil.

Bennett resmi terpilih sebagai PM Israel pada 13 Juni 2021. Perayaan sempat muncul di Tel Aviv untuk merayakan turunnya Netanyahu.

Pemerintahan Bennett terdiri atas koalisi yang cukup gemuk, yakni delapan partai. Ia berkuasa di parlemen dengan mayoritas tipis, yakni 60-59.

Bennett akan menjadi PM hingga September 2023. Ia lantas digantikan oleh Yair Lapid, pemimpin partai sentris Yesh Atid, sebagai bagian perjanjian pembagian kekuasaan.

Infografis Rentetan Konflik Terbaru Israel - Palestina

Infografis Rentetan Konflik Terbaru Israel - Palestina. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Rentetan Konflik Terbaru Israel - Palestina. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya