Liputan6.com, Kabul - Pasukan Taliban semakin merajalela di Afganistan. Kota-kota vital di negara itu sudah direbut dalam sepekan terakhir, salah satunya kota terbesar kedua: Kandahar.
Pertanyaannya, Taliban dapat modal dari siapa? Bisnis apa yang mereka jalankan?
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan laporan VOA, Sabtu (14/8/2021), Taliban mampu menghasilkan US$ 300 juta hingga US$ 1,6 miliar per tahun. Angka pastinya tak diketahui.
Laporan PBB pada Juni 2021 menyebut mayoritas uang Taliban berasal dari aktivitas kriminal, mulai dari produksi opium, penyelundupan narkoba, pemerasan, dan menculik lalu meminta uang tebusan.
Menurut laporan intelijen, Taliban bisa meraup cuan sebesar US$ 460 juta dari penyelundupan barang haram narkoba.
Donasi juga menjadi andalan Taliban. PBB mencatat ada jaringan yayasan amal yang memberikan dana ke Taliban. Yayasan itu dikelola non-pemerintah.
Sumber daya alam yang dikuasai Taliban juga menjadi target mencari untung. Melalui pertambangan, Taliban meraup US$ 464 juta tahun lalu.
Tak hanya itu, pada 2018, pihak AS curiga ada bantuan dari Rusia. Analis-analis lain menyebut Taliban juga mendapat aliran dana dari Pakistan, hingga Iran meski tak banyak.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Nasib Rakyat Terancam Tidak Jelas
Analis menilai Taliban mungkin tidak bisa mengurus Afganistan dengan dana mereka sendiri, apalagi pemerintahan Afganistan bergantung dari bantuan asing.
Bank Dunia menyebut 80 persen pengeluaran pemerintah Afganistan di 2018 merupakan bantuan asing. Ini tentu akan menjadi pertanyaan bagaimana Taliban mengurus negara apabila merebut kekuasaan sah di Afganistan.
Pihak AS juga menyadari kelemahan tersebut.
"Kelihatannya bahkan Taliban memahami kebutuhan penting bagi Afganistan untuk mendapat bantuan asing," ujar John Sopko, Inpesktur Jenderal Khusus AS untuk Rekonstruksi Afganistan pada Maret 2021.
Meski demikian, Bill Roggio dari Foundation for the Defense of Democracies meragukan hal itu. Pasalnya, Taliban dinilai lebih peduli dengan berkuasa daripada bantuan asing.
Akan tetapi, Roggio mengakui situasi tersebut akan baik-baik saja untuk Afganistan, tetapi prospeknya tidak bagus untuk rakyat.
Advertisement