Liputan6.com, Moscow - Lebih dari 200 orang diketahui tewas setelah pengepungan selama 3 hari di sekolah Rusia.
Para penyandera dengan sengaja menembak punggung anak-anak yang melarikan diri saat mereka lari dari gedung di Beslan. Banyak dari mereka yang telanjang dan menjerit.
Baca Juga
Melansir dari laman BBC, Jumat (3/9/2021), lainnya tewas ketika seorang wanita melakukan bom bunuh diri di tengah keramaian di tempat gym. Lebih dari 1.000 diyakini telah ditahan.
Advertisement
Sebagian besar penyandera telah terbunuh atau ditangkap, ujar laporan televisi Rusia.
Ratusan orang dilarikan ke rumah sakit, mayoritas dari mereka adalah siswa di sekolah nomor satu Beslan yang berada di republik Ossetia Utara, Rusia.
Masih belum jelas siapa penyandera itu dan tuntutan apa yang mereka ajukan. Para pejabat mengaitkan serangan itu dengan perang berdarah Rusia dengan negara tetangga, Chechnya.
Pengepungan dimulai pagi hari tanggal 1 September ketika sekelompok pria dan wanita bertopeng mengenakan sabuk bom, menyerang sekolah, melepas tembakan di halaman tempat para murid berkumpul untuk upacara sebagai tanda tahun ajaran baru telah dimulai.
Para penyerang mengancam akan meledakkan sekolah jika pasukan tentara menyerbu gedung. Anak-anak ditempatkan di jendela sebagai tameng manusia.
Menurut laporan dari kantor berita Itar-Tass, para penyerang menuntut pembebasan pejuang yang ditangakap di negara tetangga Ingushetia yang terjadi bulan Juni selama serangan berlangsung di wilayah tersebut.
Pembicaraan antara penyerang dan mantan presiden, Ingush Ruslan Aushev, akhirnya berhasil membebaskan 26 wanita dan anak-anak. Persetujuan diakhiri dengan penyerang mengirimkan kendaraan guna memindahkan mayat yang mereka bunuh sebelumnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ledakan keras
Segera setelah itu, dua ledakan keras, lalu tembakan otomatis terdengar. Tentara bersenjara berat mulai berlari menuju gedung.
Sekelompok anak-anak, beberapa diantara mereka berlumuran darah, melarikan diri dari sekolah dalam keadaan bingung.
Pasukan khusus diperintahkan memasuki sekolah yang sekarang dipenuhi suara tembakan, ledakan bom dan ranjau.
Peristiwa yang penuh kengerian dipertontonkan di televisi secara live, yang mempertunjukan sekerumunan penduduk setempat menyerang pria yang mereka kira salah satu pemberontak, memukul dan menendangnya, hingga akhirnya ia diselamatkan polisi.
Tembak menembak berlangsung selama beberapa jam. Laporan mengatakan tumpukan mayat dapat dilihat dari dalam ruang gym sekolah.
Pukul 19.40 waktu setempat, pasukan khusus mengatakan operasi mereka mengamankan sekolah telah usai.
Mereka yang selamat dari pertumpahan darah menceritakan bagaimana mereka disuruh melepaskan pakaian dalam dan dipaksa meminum air seni mereka sendiri karena kekurangan air.
Serangan itu disusul dengan penghancuran 2 pesawat sipil Rusia pada Agustus 2004, menuding para wanita bom bunuh diri Chechnya yang melakukan hal tersebut.
Tiga bulan sebelumnya, para penyerang telah membunuh presiden Chechnya yang pro-Rusia, Akhmad Kadyrov.
Reporter: Ielyfia Prasetio
Advertisement