Kebijakan Erdogan Dinilai Sesat, Lira Anjlok dan Inflasi Meroket

Mata uang lira di Turki anjlok. Mengapa bisa begini?

oleh Tommy K. Rony diperbarui 24 Nov 2021, 19:19 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2021, 18:55 WIB
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. (Source: AP Photo/Burhan Ozbilici)

Liputan6.com, Ankara - Mata uang lira di Turki terjun bebas hingga memecahkan rekor terendah. Nilai 1 dolar AS sempat menyentuh 13,4 lira. Pengamat ekonomi mengkritik kebijakan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang dinilai sesat dan tak rasional.

Jatuhnya lira Turki mengejutkan karena menerobos level psikologis, yakni 11 lira. Situasi moneter di Turki dianggap sudah gila.

"Posisi lira memang gila, tetapi ini cerminan aturan kebijakan moneter yang berjalan di Turki," ujar Tim Ash, ahli strategi senior emerging markets di Bluebay Asset Management, seperti dikutip CNBC, Rabu (24/11/2021).

Menurut situs kurs mata uang XE, saat ini posisi 1 dolar setara 12,88 lira.

Anjloknya lira karena Presiden Recep Tayyip Erdogan yang membela keputusan bank sentral untuk melanjutkan pemangkasan suku bunga, padahal inflasi dua digit. Inflasi di Turki hampir 20 persen, cerminan dari harga-harga yang melonjak.

Secara ekonomi, penurunan suku bunga yang tidak prudent bisa memicu inflasi. Sebab, penurunan suku bunga bisa menambah peredaran uang.

Tapi, angka inflasi di Turki sudah parah. Meski begitu, Presiden Erdogan malah terus mendorong pemangkasan suku bunga.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sesat dan Tidak Rasional

Lira Anjlok, Begini Kondisi Money Changer di Turki
Orang-orang mengantre di luar agen penukaran mata uang dekat alun-alun Taksim ketika lira Turki terperosok ke level terendah sepanjang sejarah di Istanbul, Senin (25/10/2021). Lira melemah imbas pengusiran duta besar AS dan sembilan negara Barat lainnya oleh Presiden Tayyip Erdogan. (Ozan KOSE/AFP)

Presiden Erdogan memandang suku bunga sebagai musuh. Akan tetapi, ekonom menilai kebijakan Presiden Erdogan dinilai tidak rasional.

"Kita perlu meninggalkan eksperimen tidak rasional ini yang tak memiliki kesempatan sukses dan kembali kepada kebijakan-kebijakan berkualitas yang akan melindungi nilai lira Turki dan melindungi kesejahteraan rakyat Turki" ujar mantan deputi gubernur bank sentral, Semih Tumen.

Ia dicopot Erdogan pada Oktober lalu.

Rontoknya nilai lira ini juga menyakiti Turki dari segi utang. Pasalnya, 57 persen utang bank sentral Turki berada dalam mata uang asing.

Pengamat menilai bank sentral Turki sudah tak punya kebijakan. Tim Ash dari Bluebay Asset juga menilai Presiden Erdogan mengambil peran bank sentral.

Padahal, bank sentral harusnya independen.

"Kita melihat eksperimen ekonomi yang sesat yang sedang terjadi ketika bank sentral secara efektif tak memiliki kebijakan moneter," ujar Tim Ash.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya