Berkuasanya Taliban Berujung pada Tutupnya 40 Persen Media di Afghanistan

Media berita di Afghanistan berada di ambang kehancuran. Mereka menghadapi kekurangan dana setelah Taliban kembali berkuasa di negara itu.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Des 2021, 13:00 WIB
Diterbitkan 25 Des 2021, 13:00 WIB
FOTO: Taliban Duduki Istana Kepresidenan Afghanistan
Pejuang Taliban menguasai Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul, Afghanistan, Minggu (15/8/2021). Taliban menduduki Istana Kepresidenan Afghanistan dengan puluhan anggota bersenjatanya. (AP Photo/Zabi Karimi)

Liputan6.com, Kabul - Hasil survei yang dirilis Reporters Without Borders (RSF) dan Asosiasi Jurnalis Independen Afghanistan (AIJA) menunjukkan bahwa sekitar 43% media Afghanistan telah menutup operasi mereka, membuat sekitar 60% jurnalis menganggur. Survei juga menunjukkan bahwa berkuasanya kembali Taliban telah secara radikal mengubah lanskap media.

Dari 543 media yang beroperasi di Afghanistan pada awal musim panas, hanya 312 yang masih beroperasi pada akhir November. Total 231 media harus ditutup dan lebih dari 6.400 jurnalis kehilangan pekerjaan sejak pasukan Taliban mengambil alih kekuasaan pada pertengahan Agustus.

Salah satu alasan utama perubahan lanskap media adalah krisis ekonomi dan pembatasan tertentu yang diberlakukan pemerintah Taliban, menurut laporan itu sebagaimana diwartakan AP, dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (25/11/2021).

Perempuan dalam industri media sangat terpukul, dengan lebih 84% dari mereka menganggur sejak pengambilalihan Taliban, sementara pada pria, 52% menganggur. Namun, perempuan tetap di TV.

TV TOLO yang paling populer di Afghanistan terus mempekerjakan jurnalis perempuan yang muncul di TV.

Lingkungan bagi jurnalis di ibu kota dan seluruh negara itu menjadi sulit.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


11 Aturan Jurnalisme Versi Taliban

Antrean Permohonan Paspor di Afghanistan
Warga berkerumun di depan kantor keimigrasian yang baru-baru ini dibuka kembali di Kabul, Afghanistan, Rabu (6/10/2021). Mereka mengantre setelah Taliban mengumumkan akan mengeluarkan paspor yang disetujui oleh pemerintahan sebelumnya. (AP Photo/Felipe Dana)

Media harus memenuhi "11 Aturan Jurnalisme" yang dirilis Kementerian Informasi dan Kebudayaan dan interpretasi Taliban terhadap doktrin Islam. "Aturan Jurnalisme" ini membuka jalan bagi penyensoran dan persekusi serta perampasan kemerdekaan jurnalis.

Asosiasi Jurnalis Nasional Afghanistan mengatakan situasinya merusak media Afghanistan dan kurangnya akses ke informasi telah membuatnya semakin serius bagi wartawan Afghanistan.

Wartawan selalu berada di garis depan dalam 20 tahun terakhir, menjadi sasaran Taliban, ISIS, geng kriminal dan, dalam beberapa kasus, mantan pemerintah dukungan barat yang dipimpin presiden Ashraf Ghani.

Afghanistan kini bergulat menghadapi ekonomi yang hampir runtuh total, pendanaan internasional yang mandek, peningkatan kelaparan yang mengkhawatirkan dan pemberontakan berbahaya oleh kelompok militan ISIS. Semua itu masih ditambah aset negara bernilai miliaran dolar di luar negeri, sebagian besar di Amerika, yang dibekukan.


Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan

Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya