Liputan6.com, Nur-Sultan - Krisis di Kazakhstan dipicu oleh kenaikan harga gas. KBRI Nur-Sultan melaporkan pemerintah Kazakhstan menerapkan keadaan darurat nasional dan jam malam akibat kerusuhan ini.
Demo memanas pada pekan ini di dua kota utama Kazakhstan: Nur-Sultan dan Almati. Akibatnya, perdana Menteri Askar Mamin akhirnya mundur dan kabinet bubar.
Advertisement
Baca Juga
Awalnya, demo dimulai di kota Zhanaozen akibat penolakan kenaikan harga LPG. Kenaikan harga cukup signifikan.
Menurut laporan The Astana Times, Jumat (7/1/2021), harga naik hingga 120 tenge per liter (Rp 3.952). Masyarakat lantas menuntut agar ada price cap jadi 50 tenge (Rp 1.646).
Permintaan itu dituruti pemerintah pada Selasa sore (4/1).
Akan tetapi, unjuk rasa keburu menjalar ke kota-kota lain, termasuk ibu kota Nur-Sultan dan Almaty yang merupakan kota terbesar. Massa berhasil menerobos masuk gedung pemerintah di Almaty.
Pada 5 Januari, Presiden Kassym-Jomart Tokayev menegaskan bahwa aksi kriminal dalam kerusuhan itu akan dihukum.
Pemerintah juga telah meminta bantuan asing, termasuk Rusia, untuk mengirim bantuan berupa pasukan perdamaian.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
WNI Diminta Hati-Hati Berkomentar
KBRI Nur-Sultan menyampaikan himbauan agar para WNI hati-hati, termasuk ketika membahas kerusuhan yang terjadi.
"Tidak memberikan komentar yang bersifat publik terhadap perkembangan situasi dalam negeri Kazakhstan," tulis pesan KBRI Nur-Sultan, dikutip Kamis (6/1).
KBRI meminta agar WNI menjauhi kerumunan, tidak keluar rumah bila tak perlu, apalagi ikut-ikut aksi massa.
"Sehubungan dengan perkembangan situasi di Kazakhstan dan diumumkannya "State of Emergency" oleh Presiden Kazakhstan, dengan hormat disampaikan imbauan kepada seluruh WNI di wilayah Kazakhstan untuk selalu waspada dan berhati-hati, menjauhi kerumunan," ujar Dubes RI di Kazakhstan, Fadjroel Rachman.
(1 tenge: Rp 32)
Advertisement