Liputan6.com, Jakarta - Penyebab jatuhnya pesawat Boeing 737-800 milik maskapai China Eastern Airlines masih misteri. Tim penyelidik masih melakukan investigasi kecelakaan pesawat yang dilaporkan tidak ada penumpang selamat dari insiden tersebut.
Pesawat yang membawa 132 orang itu mulai diketahui hilang ketika media lokal melaporkan penerbangan China Eastern MU5735 tidak tiba seperti yang direncanakan di Guangzhou, setelah lepas landas dari Kunming tak lama setelah pukul 13.00 waktu setempat.
Baca Juga
Situs web pelacakan penerbangan FlightRadar24, tidak menunjukkan data penerbangan setelah pukul 14.22 waktu setempat. Pelacak menunjukkan pesawat turun tajam dari ketinggian 29.100 kaki (8.870 meter) menjadi 3.225 kaki (982 meter) atau menukik sekitar 8 ribu meter dalam tiga menit, sebelum informasi penerbangan dihentikan.
Advertisement
Menurut Pengamat Penerbangan Alvin Lie, jatuhnya pesawat China Eastern Airlines itu tidak lazim. "Sangat aneh. Pesawat sedang dalam ketinggian jelajah 29 ribu kaki mendadak menukik. Sangat tidak lazim," ujarnya ketika dihubungi Liputan6.com, Selasa (22/3/2022).
Ia menjelaskan, ada tiga kemungkinan penyebab jatuhnya pesawat tersebut. Pertama, adanya masalah dengan elevator. Elevator adalah sirip pada ekor yang bentuknya horizontal, dan yang mengatur pesawat itu mendongak atau menukik.
Kedua, sambungnya, pesawat mungkin mengalami kerusakan pada sayapnya. "Ada sayap yang patah sehingga pesawat tidak bisa terbang lagi, karena yang menerbangkan pesawat itu adalah sayap."
Ketiga, kemungkinan tindakan orang yang mengendalikan pesawat tersebut. "Ini bisa sengaja, bisa tidak sengaja sehingga pesawat tersebut menukik," imbuhnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tak Lazim
Alvin menilai, jatuhnya pesawat tersebut kemungkinan besar tidak hanya dikarenakan adanya kerusakan mesin. "Kalau hanya kerusakan mesin tidak sampai begitu. Pesawat masih bisa melayang."
Ia juga menyampaikan data bahwa dari statistik kecelakaan pesawat dalam fase jelajah atau enroute, hanya sekitar 7% dari seluruh kecelakaan dalam 20 tahun terakhir. Sementara, rasio tertinggi kecelakaan terjadi dalam fase pendaratan yakni sekitar 58%.
"Saya tidak mengatakan ini yang menyebabkan kecelakaan tersebut karena kita belum mempunyai informasi yang lebih lengkap lagi, jadi saya tidak bisa menduga penyebabnya," ungkapnya sambil menegaskan bahwa ia hanya mengungkapkan kemungkinan penyebabnya.
Advertisement