Amnesty International: Invasi Rusia ke Ukraina Pengulangan Perang di Suriah

Amnesty International menyebut dapat invasi Rusia bisa meningkatkan kekhawatiran "kejahatan perang" yang menimbulkan korban sipil.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 29 Mar 2022, 14:04 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2022, 14:04 WIB
Kondisi Kota Trostyanets Usai Direbut Kembali Ukraina
Warga berjalan di atas puing-puing bangunan yang hancur di kota Trostsyanets, Ukraina, Senin, 28 Maret 2022. Trostsyanets baru-baru ini direbut kembali oleh pasukan Ukraina setelah dikuasai oleh Rusia sejak awal perang. (AP Photo/Felipe Dana)

Liputan6.com, Moskow - Aktivitas Rusia di Ukraina mirip dengan tindakannya dalam perang Suriah, kata Amnesty International pada Selasa (29/3), dan juga menyebut dapat meningkatkan kekhawatiran "kejahatan perang" yang menimbulkan korban sipil.

"Apa yang terjadi di Ukraina adalah pengulangan dari apa yang telah kita lihat di Suriah," kata Agnes Callamard, sekretaris jenderal pengawas hak-hak global, mengatakan kepada AFP.

Dia berbicara di Johannesburg pada peluncuran laporan tahunan kelompok tentang keadaan hak asasi manusia di dunia, demikian dikutip dari Channel News Asia, Selasa (29/3/2022).

"Kami berada di tengah serangan yang disengaja terhadap infrastruktur sipil," katanya, menuduh Rusia mengubah koridor kemanusiaan menjadi "jebakan maut".

"Kami melihat hal yang sama (di Ukraina), seperti yang dilakukan Rusia di Suriah."

Direktur Amnesty di Eropa Timur dan Asia Marie Struthers sependapat, mengatakan pada pengarahan terpisah di Paris bahwa para peneliti di Ukraina telah "mendokumentasikan penggunaan taktik yang sama seperti di Suriah dan Chechnya, termasuk serangan terhadap warga sipil dan penggunaan senjata yang dilarang berdasarkan hukum internasional.

Membandingkan kota Mariupol yang terkepung dengan kota Aleppo di Suriah, yang dihancurkan oleh Presiden Bashar al-Assad dengan bantuan kekuatan udara Rusia, Callamard mengatakan bahwa "pengamatan kelompok pelobi hak pada saat ini, adalah peningkatan kejahatan perang", katanya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya