Liputan6.com, Philadelphia - Tiga orang tewas dan 11 lainnya luka-luka pada Sabtu (4/6) malam di kota Philadelphia Amerika Serikat setelah beberapa penembak melepaskan peluru ke kerumunan di jalan yang sibuk, kata polisi.
Rentetan malam tersebut menandai penembakan massal terbaru yang mengguncang Amerika Serikat, sebuah negara dalam cengkeraman 'epidemi' kekerasan senjata yang tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Minggu (5/6/2022).
Bahkan ketika anggota parlemen tengah berunding cara untuk mengurangi pembantaian yang telah merenggut beberapa ribu nyawa orang Amerika tahun ini.
Advertisement
Baca Juga
Inspektur Polisi Philadelphia DF Pace mengatakan kepada wartawan di As bahwa dua pria dan seorang wanita tewas, menambahkan bahwa petugas yang menanggapi insiden itu "melihat beberapa penembak aktif menembak ke arah kerumunan."
"Anda dapat membayangkan ada ratusan orang yang menikmati South Street, seperti yang mereka lakukan setiap akhir pekan, ketika penembakan ini terjadi," kata Pace.
Banyak petugas yang berpatroli di kawasan yang populer tersebut.
Seorang petugas yang merespons cepat menembaki salah satu pelaku yang menjatuhkan senjatanya dan melarikan diri, meskipun tidak jelas apakah pria itu tertembak, kata Pace.
Media lokal melaporkan bahwa tidak ada penangkapan yang dilakukan, dan pada Minggu (6/6) pagi jalan-jalan di mana kekacauan meletus tetap ditutup.
Pace mengatakan, dua pistol semi-otomatis, satu dengan magasin yang diperpanjang manual, ditemukan di tempat kejadian.
Dia menambahkan bahwa polisi Amerika Serikat harus menunggu sampai pagi untuk meninjau rekaman pengawasan dari lokasi terdekat.
Pace menggambarkan penyelidikan itu berjalan dengan semestinya namun mengatakan bahwa masih ada "banyak pertanyaan yang belum terjawab."
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penembakan Sebelumnya
Sebelumnya, penembakan massal terjadi di Amerika Serikat, kali ini lokasinya adalah area St. Francis Hospital di Tusla, negara bagian Oklahoma.
Dilaporkan CNN, Kamis (2/6/2022), insiden itu terjadi pada Rabu petang waktu setempat. Pelaku penembakan juga tewas.
Aparat dikirim ketika ada laporan penembakan di gedung para dokter sekitar jam 16:52 sore waktu setempat. Sekitar 10 menit kemudian, aparat berhasil mencapai TKP.
Ketika tiba, aparat masih mendengar suara tembakan, sehingga mereka menuju sumber penembakan itu di lantai dua gedung.
"Kejadiannya cukup terbatas di satu seksi di lantai tersebut, di lantai kedua," ujar Eric Dalgleish, Kepada Deputi Departemen Polisi Tulsa.
Pelaku memiliki satu rifle dan satu handgun. Polisi menyebut pelaku tewas karena luka terhadap diri sendiri.
Evakuasi dilakukan kepada ratusan orang. Identitas penembak masih belum diungkap ke publik.
Salah satu pengunjung rumah sakit bernama Debra Proctor mengaku shock atas kejadian ini. Proctor datang karena ada janji dengan dokter.
"Polisi ada di mana-mana di tempat parkier, di blok-blok sekitar," ujar Proctor. "Mereka masih berdatangan ketika saya pulang."
Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah mendapatkan briefing terkait kasus ini. Sebelumnya, Presiden Biden sempat mengecam pelobi senjata api setelah kejadian penembakan di sebuah SD di Texas.
Advertisement
Ucapan Presiden Biden tentang Pelobi Senjata
Belum lama ini, Presiden AS Joe Biden baru saja mengecam para pelobi-lobi senjata api. Kecaman itu diberikan Biden setelah peristiwa penembakan massal di Robb Elementary School. Belasan anak-anak tewas.
Peristiwa di SD Texas itu adalah penembakan sekolah terburuk dalam sejarah Texas. Presiden Joe Biden memulai pidatonya membahas keadaan psikologis para orang tua, serta para anak-anak lain yang menjadi saksi mata peristiwa tersebut.
Presiden Biden turut menyorot kenapa AS terus-terusan mengalami penembakan massal seperti ini, sementara tetapi negara-negara lain tidak.
"Penembakan massal seperti ini jarang terjadi di tempat lain di dunia. Mengapa? Mereka punya masalah mental. Mereka punya pertikaian domestik di negara-negar lain. Mereka memiliki orang-orang yang tersesat. Tapi penembakan massal ini tidak terjadi sesering yang terjadi di AS," ujar Presiden Joe Biden dalam konferensi pers di Gedung Putih dan didampingi Ibu Negara Jill Biden.
Upaya Joe Biden
Salah satu insiden penembakan massal di sekolah yang terparah dalam sejarah AS adalah penembakan Sandy Hook. Ketika itu, Joe Biden masih menjabat sebagai wakil presiden.
Presiden Biden lantas mendorong agar Amerika Serikat bisa berani melawan pelobi-lobi senjata, serta menghadapi pihak-pihak yang menghalangi pengesahan aturan senjata api.
"Saatnya mengubah rasa sakit ini menjadi aksi," ujar Presiden Biden. "Untuk semua orang tua, untuk semua warga, kita harus memperjelas ke semua pejabat terpiilh di negara ini. Saatnya bertindak!"
Sejumlah politisi dari Partai Republik diketahui dekat dengan pelobi senjata api, termasuk dengan National Rifles Assosiation (NRA).
Advertisement