Inspirasi dari Murid Kalimantan Utara yang Ikut Program Pertukaran Pelajar Kedubes AS

Giancarlo mengajak anak-anak daerah agar tidak takut mencoba program-program internasional.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 10 Jun 2022, 18:35 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2022, 18:35 WIB
Giancarlo Samuel Uring dari SMAN 1 Tanjung Selor. Ia ikut YES Program di negara bagian Washington.
Giancarlo Samuel Uring berhasil tembus di YES Program. Ia mengajak para anak-anak daerah agar tidak takut mencoba program internasional. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 80 remaja Indonesia dari berbagai daerah berhasil mengikuti pertukaran pelajar dari YES Program 2021/2022. Program itu berasal dari Kedutaan Besar Amerika Serikat yang mencari para pelajar Indonesia yang punya kemampuan kepemimpinan dan akademis cemerlang.

Program ini juga berhasil mendapat peserta dari provinsi Kalimantan Utara, yakni seorang remaja bernama Giancarlo Samuel Uring. Ia dikirim ke Adna High School di Chehalis, negara bagian Washington.

Ada 9.000 pelajar yang mendaftar di YES Program tahun lalu, dan Giancarlo adalah salah satu yang lolos. Ia memberikan semangat kepada para remaja yang berasal dari daerah-daerah agar tidak insecure bila ingin ikut program internasional seperti YES Program.

"Jangan rendah diri. Kalian bisa," ucap  Giancarlo dalam acara penyambutan bersama Kedutaan Besar AS di Jakarta, Jumat (10/6/2022). 

"Jangan berpikir bahwa oh saya dari Kalimantan, saya dari Kalimantan Utara, teman-teman dari Jawa sepertinya jauh lebih pintar dari saya. Jangan pernah berpikir seperti itu karena sebelum mencoba pun kamu enggak tahu," ujarnya.

Giancarlo pun awalnya memberanikan diri untuk mencoba dengan usaha yang sungguh-sungguh, meski sempat menghadapi kesulitan administrasi di daerahnya. 

"Selalu coba. Jangan takut untuk mencoba," pesannya.

Selama ia di Washington, Giancarlo berkata tidak mengalami diskriminasi rasial. Ia mengakui ada lelucon-lelucon dari remaja lokal, namun ia tidak terlalu memusingkannya. Selain itu, ia berusaha tetap menjaga identitasnya sebagai orang Indonesia. 

"Saya mencoba menempatkan diri saya tanpa menghilangkan bahwa saya adalah representasi orang Indonesia di Amerika Serikat," ujarnya. "Puji Tuhan, selama saya di sana orang-orang sangat baik, tidak ada yang namanya diskriminasi rasial dan lain sebagainya."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sudut Pandang Baru

Felicia Aldiyani dari SMAN 1 Kuta yang sukses ikut YES Program dari Kedutaan Besar AS di Indonesia.
Felicia Aldiyani dari SMAN 1 Kuta yang sukses ikut YES Program dari Kedutaan Besar AS di Indonesia. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Ada juga Felicia Aldiyani yang berasal dari SMAN 1 Kuta, Bali. Ia dikirim ke Anacortes yang juga berada di negara bagian Washington. 

Siswi 16 tahun itu bercerita pengalamannya saat mempelajari kurikulum Amerika Serikat yang tidak mengenal "sekat" antara IPA dan IPS. Felicia merenungkan bagaimana jurusan IPA diunggulkan di Indonesia, sehingga ia ikut terbawa pandangan tersebut dan memilih IPA. 

"Di Indonesia itu karena di umur 14 tahun kita harus milih kamu mau masuk ke major science atau social studies, dan karena influence dari orang-orang kalau science itu lebih superior dari social studies. Jadi keikutlah, 14 tahun, anak itu masuk science," ujarnya. 

Namun, Felicia bisa mempelajari kelas kepemimpinan hingga drama di sekolah AS. Ia pun merasakan dampak positif dari sistem pendidikan itu, karena kini ia lebih memahami dirinya sendiri.

"Dan di Amerika aku ngerasain both sides, and I feel like I'm not really into science, I feel like I really love international relations, I really love learning social studies. Itu sih yang aku pikirin karena di Amerika kita bisa ngerasain semua hal, semua bidang, dan kita jadi bisa lebih menggali diri kita sendiri sebenarnya kita mau jadi apa, mau kemana," jelas Felicia.

Peluang Beasiswa Dalam Negeri

Peran Aktif Orang Tua terhadap Merdeka Belajar
Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim saat menghadiri Rembuk Komunitas yang digelar oleh Komunitas Kami Pengajar, Sidina Community, dan Komunitas Pemuda Pelajar Merdeka, dengan tema ‘Bergerak Bersama, Berdaya Bersama’, yang digelar di Hotel Sutasoma Jakarta, pada Selasa (24/5).

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) dan Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) serta bekerja sama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) meluncurkan program Beasiswa Indonesia Maju (BIM).

“Terobosan beasiswa pendidikan Indonesia dilakukan Kemendikbudristek bersama LPDP untuk mendobrak batasan-batasan dalam program beasiswa yang ada sebelumnya," ungkap Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, dalam sambutan peluncuran BIM secara virtual seperti dikutip dari laman indonesia.go.id, Senin (30/5).

Bagi yang belum tahu, BIM merupakan bagian dari manajemen talenta nasional untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing. Program BIM terdiri dari beasiswa bergelar (degree) dan nongelar (nondegree).

Untuk mengetahuinya, berikut penjelasan lebih lanjut terkait program BIM.

1. Program BIM Non Gelar

Program pertama adalah BIM Program Persiapan S1 Luar Negeri yang diselenggarakan oleh Puspresnas. Program ini merupakan program beasiswa yang diberikan guna mempersiapkan peserta didik berprestasi pada jenjang pendidikan menengah dan pendidikan khusus untuk memperoleh kesempatan pendidikan S1 di luar negeri.

Di tahun 2022, BIM Program Persiapan S1 Luar Negeri Angkatan 2 diberikan kepada peserta didik kelas XI pada jenjang SMA/SMK/MA/sederajat yang berprestasi di ajang olimpiade/lomba/kompetisi/festival di beberapa bidang, yaitu sains, riset, teknologi dan inovasi, bidang seni, literasi, dan bahasa, bidang olahraga dan kesehatan jasmani, serta bidang vokasi dan kewirausahaan tingkat nasional maupun internasional.

Adapun biaya yang akan didapatkan pada program beasiswa nongelar ini antara lain:

a. Biaya kursus persiapan tes TOEFL/IELTS/Bahasa asing lainnya,

b. Biaya tes TOEFL/IELTS/bahasa asing lainnya,

c. Biaya kursus persiapan tes SAT/ACT,

d. Biaya tes SAT/ACT,

e. Biaya penerjemah dokumen,

f. Biaya konselor pendidikan,

g. Biaya pendaftaran ke perguruan tinggi luar negeri tujuan, dan

h. Biaya program pengayaan talenta nonakademi.

Pendaftaran sudah dibuka sejak 11 Mei 2022 dan akan ditutup pada 31 Mei 2022. Selanjutnya pada 1 s.d. 17 Juni 2022 akan dilakukan seleksi administrasi.

Untuk lebih jelasnya, calon pelamar dapat mengakses laman http://pusatprestasinasional.kemdikbud.go.id/beasiswa-indonesia-maju/.

Program BIM Jenjang S1 dan S2

FOTO: Mendikbud - DPR Evaluasi Belajar dari Rumah hingga Kesiapan Rekrutmen Guru Honorer
Mendikbud Nadiem Makarim saat rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (16/11/2020). Rapat membahas evaluasi program belajar dari rumah terkait subsidi kuota internet serta isu-isu kesiapan rekrutmen guru honorer tahun 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Selanjutnya adalah BIM bergelar jenjang S1 dan S2, dalam dan luar negeri yang dilaksanakan oleh Puslapdik. Beasiswa ini merupakan bagian dari beasiswa pendidikan Indonesia yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek dalam bentuk bantuan biaya pendidikan bagi peserta didik atau lulusan berprestasi, baik dari ajang yang diselenggarakan oleh Puspresnas maupun dari ajang atau nonajang talenta yang dikurasi oleh Puspresnas.

Seperti dilansir dari laman Puslapdik, ada empat jenis kurasi talenta, di antaranya:

1. Kurasi ajang kompetisi talenta 1.0, yakni kurasi terhadap penyelenggara ajang talenta.

2. Kurasi ajang kompetisi talenta 2.0, yakni terhadap siswa yang berprestasi melalui ajang kompetisi talenta.

3. Kurasi ajang nonkompetisi talenta 3.0, yakni terhadap siswa yang berprestasi melalui ajang nonkompetisi talenta, seperti keikutsertaan dalam festival, pameran, dan sebagainya.

4. Kurasi nonajang talenta 4.0, yakni bagi pencetak rekor MURI, Youtubers berprestasi, dan pegiat lingkungan hidup yang mendapat penghargaan.

Untuk jenjang S2, pendaftar merupakan lulusan S1 yang berprestasi dalam empat pengembangan talenta, yaitu sains, riset, teknologi dan inovasi, bidang seni, literasi, dan bahasa, bidang olahraga dan kesehatan jasmani, serta bidang vokasi dan kewirausahaan tingkat nasional maupun internasional.

Nantinya penerima program beasiswa S1 akan mendapatkan dua komponen bantuan buatan berupa:

1. Dana Pendidikan

a. Dana SPP (tuition fee)

b. Dana Pendaftaran

c. Dana Tunjangan Buku

d. Dana Bantuan Skripsi

2. Biaya Pendukung

a. Dana Kedatangan (luar negeri)

b. Dana Hidup Bulanan

c. Dana Keadaan Darurat

Sementara itu, penerima program beasiswa S2 akan menerima dua komponen bantuan biaya berupa:

1. Dana Pendidikan

a. Dana SPP (tuition fee)

b. Dana Pendaftaran

c. Dana Tunjangan Buku

d. Dana Bantuan Thesis

2. Biaya Pendukung

a. Dana Transportasi

b. Dana Aplikasi Visa (luar negeri)

c. Dana Asuransi Kesehatan

d. Dana Kedatangan (luar negeri)

e. Dana Hidup Bulanan

f. Dana Keadaan Darurat

Sebagai informasi, pendaftaran program BIM dibuka serentak sejak 11 Mei 2022 dan ditutup pada 30 Juni 2022 untuk program S1/S2 Luar Negeri dan 31 Juli 2022 untuk program S1/S2 Dalam Negeri.

Terkait informasi lebih lanjut mengenai program ini, Anda dapat mengunjungi situs https://beasiswa.kemdikbud.go.id/informasi/.

Infografis 5 Cara Lindungi Diri dan Cegah Penyebaran Covid-19 Varian Omicron. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 5 Cara Lindungi Diri dan Cegah Penyebaran Covid-19 Varian Omicron. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya