Sempat Terisolasi Kasus Pembunuhan Jamal Khashoggi, Putra Mahkota Saudi MbS Kini Muncul

Putra mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman telah kembali ke panggung internasional. Ia sudah melakukan tur luar negeri.

diperbarui 23 Jun 2022, 15:12 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2022, 14:48 WIB
Bertemu presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi (kiri), 20 Juni 2022. (Royal Court of Saudi Arabia/AA)
Bertemu presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi (kiri), 20 Juni 2022. (Royal Court of Saudi Arabia/AA)

, Istanbul - Putra mahkota Arab Saudi, Mohammad bin Salman telah kembali ke panggung internasional. Ia sudah melakukan tur luar negeri.

Namanya sempat meredup sejak kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, dan saat inilah peluangnya kembali berfoto dengan para pemimpin negara.   

Mengutip DW Indonesia, Kamis (23/6/2022), jadwal Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman, yang dikenal dengan akronimnya MbS, saat ini penuh dengan pertemuan tingkat tinggi. Pria berusia 36 tahun itu bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi di Kairo dan dengan Raja Yordania Abdullah II di Amman.

Pada Rabu 22 Juni, dia melakukan perjalanan ke Ankara untuk bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan bulan depan dia akan menerima kunjungan Presiden AS Joe Biden di Riyadh.

Dengan invasi Rusia ke Ukraina, kekayaan minyak Arab Saudi kini menjadi dagangan diplomasi yang diburu banyak negara. MbS resmi diangkat menjadi Putra Mahkota lima tahun lalu, pada 21 Juni 2017.

"Selama tahun-tahun pertamanya, Mohammad bin Salman sangat bergantung pada eskalasi dan provokasi, tetapi dia telah menyesuaikan strategi kebijakan luar negerinya dalam beberapa tahun terakhir," kata Sebastian Sons, pakar politik di Center for Applied Research in Partnership with the Orient, lembaga pemikir yang berbasis di Jerman, kepada DW.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sempat Terisolasi Kasus Pembunuhan Jurnalis

Jamal Khashoggi, wartawan Arab Saudi yang hilang sejak 2 Oktober di Istanbul, Turki (AP/Hasan Jamali)
Jamal Khashoggi, wartawan Arab Saudi yang hilang sejak 2 Oktober di Istanbul, Turki (AP/Hasan Jamali)

Setelah pembunuhan jurnalis dan kritikus Saudi Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada Oktober 2018, persepsi internasional tentang MbS sempat mencapai titik terendahnya. Banyak negara menutup pintu baginya.

Secara khusus Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ketika itu berjanji menegakkan keadilan dalam kasus Khashoggi. "Erdogan bertanggung jawab atas memburuknya citra Mohammed bin Salman di dunia Islam dan Arab setelah pembunuhan Khashoggi," kata Cinzia Bianco, peneliti di Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri.

Namun saat ini, Erdogan yang berusaha menjalin hubungan lagi dengan Arab Saudi. April lalu, Turki memindahkan persidangan terhadap 26 tersangka sehubungan dengan kasus pembunuhan Khashoggi dari Pengadilan Tinggi Kriminal Istanbul ke Riyadh. Akhir bulan itu, Erdogan melakukan perjalanan ke Arab Saudi dan bertemu dengan MbS.

"Turki telah menyetujui tuntutan Arab Saudi dan kita mungkin akan melihat penerimaan besar Mohammed bin Salman di Turki," Cinzia Bianco.

 

Erdogan Perlu Cerita Sukses

Keakraban Erdogan, Putin, Rouhani Saat Bahas Perdamaian Suriah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (AFP PHOTO/ADEM ALTAN)

Menurut media Turki, Erdogan mengharapkan untuk menandatangani serangkaian perjanjian bilateral di berbagai bidang seperti investasi dan energi. Namun pendorong perubahan di Turki adalah dorongan politik, bukan hanya dorongan ekonomi.

Menyusul pembunuhan Jamal Khashoggi, hubungan bilateral antara Turki dan Arab Saudi sempat anjlok. Sedangkan saat ini, Turki sendiri sedsang menghadapi krisis ekonomi. Presiden Erdogan sangat membutuhkan cerita sukses, demi memenangkan pemilihan presiden mendatang.

Hubungan MbS dengan AS juga membaik. Meskipun Mohammad bin Salman akan Presiden Biden tidak akan saling berpelukan pada pertemuan mereka nanti, ada banyak hal yang diperlukan AS dari Arab Saudi.

MbS sendiri berusaha memenuhi harapan negara-negara Barat yang dulu sangat kritis karena pembunuhan Jamal Khashoggi. Awal Juni lalu, kelompok OPEC+ yang dipimpin Arab Saudi berjanji untuk meningkatkan produksi minyak pada Juli dan Agustus, ketika dunia sedang kekurangan minyak terkait perang di Ukraina. Itu sebabnya, Presiden Joe Biden cepat secara menyambut isyarat itu dengan mengumumkan rencana kunjungan ke Riyadh.

Mantan Intel Arab Saudi Sebut Pangeran MBS Ingin Racuni Raja Abdullah dengan Cincin Rusia

Pangeran Mohammed bin Salman
Mohammed bin Salman ditunjuk jadi putra Mahkota Arab Saudi (Foto:Hassan Ammar/AP)

Sebelumnya, mantan intel Arab Saudi, Dr. Saad Aljabri, mengungkap sejumlah cerita terkait Pangeran Muhammad bin Salman (MbS) yang merupakan putra mahkota kerajaan. Dr. Saad menyebut sang pangeran pernah sesumbar ingin meracuni Raja Abdullah. 

Raja Abdullah adalah pemimpin Arab Saudi pada 2005 hingga wafat di 2015. Menurut Dr. Saad, Pangeran MbS ingin meracuni sang raja dengan cincin beracun.

Sesumbar itu dilakukan di hadapan Pangeran Nayef yang merupakan bos dari Dr. Saad. 

"Ia (Pangeran MbS) bilang kepadanya (Pangaren Nayef), saya ingin membunuh Raja Abdullah. Saya memiliki cincin beracun dari Rusia. Cukup bagi saya untuk menjabat tangan dengannya dan ia akan selesai," ungkap Dr. Saad dalam wawancara eksklusif dengan CBS News, dikutip Senin (25/10/2021).

Dr. Saad berkata tak tahu apakah Pangeran MbS sedang bercanda, namun para intel memutuskan untuk menganggapnya serius, sehingga ucapan itu ditangani secara internal. 

Kondisi Dr. Saad saat ini sedang lari dari Kerajaan Arab Saudi. Ia menyebut sedang diincar Pangeran MbS, anak-anak dan menantunya di Arab Saudi juga telah ditangkap.

Infografis Perempuan Arab Saudi Bebas dari Belenggu
Infografis Perempuan Arab Saudi Bebas dari Belenggu (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya