Liputan6.com, Tokyo - Jepang telah memasuki gelombang ketujuh infeksi COVID-19. Lonjakan diduga akibat penyebaran subvarian BA.5 dari varian Omicron yang lebih menular.
Namun, panel pakar COVID-19 di pemerintah Jepang memutuskan untuk tidak dulu menaikkan level pembatasan sosial jika warga berusaha melawan virus ini.
Baca Juga
"Saya bilang jika semua orang melakukan yang bisa mereka lakukan, maka saat ini tidak perlu menerapkan pembatasan pergerakan," ujar Shigeru Omi, penasihat virus corona pemerintah Jepang, dikutip Kyodo, Selasa (12/7/2022).
Advertisement
Kasus baru COVID-19 di Jepang masih berada di 10 besar dunia. Pada Senin (11/7), kasus harian mencapai 37 ribu di Jepang. Jumlah itu adalah 120 persen kenaikan dari sepekan sebelumnya. Kasus di Tokyo dan Osaka terutama naik dua kali lipat.
Pada 7 Juli 2022, kasus harian COVID-19 di Jepang sebenarnya sudah tembus 47 ribu.
Pemerintah prefektur Osaka telah menaikkan level siaga mereka dari hijau menjadi kuning. Rumah perawatan (nursing home) diminta untuk tidak menerima tamu terlebih dahulu.
Gubernur Prefektur Osaka Hirofumi Yoshimura berkata ingin menghindari adanya cluster di nursing home.
Warga Jepang tampak masih memilih menggunakan masker saat beraktivitas.Â
Memasuki Juli 2022, pemerintah Jepang juga mulai melonggarkan aturan travel bagi beberapa negara, seperti China, Korea Selatan, dan India. Warga Jepang kini bisa melakukan travel yang bersifat non-esensial ke negara-negara tersebut.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Korea Selatan Bersiap Hadapi Gelombang Baru COVID-19
Di seberang Laut Jepang, pemerintah Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol juga bersiap untuk melawan lonjakan kasus COVID-19. Perintah pun diberikan kepada Perdana Menteri Han Duck Soo untuk melakukan persiapan yang bersifat ilmiah.
Dilaporkan Yonhap, Senin (11/7/2022), PM Han diminta untuk melakukan persiapan yang menyeluruh untuk menghadapi COVID-19, serta memperhatikan harga konsumen dan reformasi regulasi.
"Presiden Yoon mendiskusikan situasi COVID-19 terbaru dengan Perdana Menteri Han, dan mendorong pemerintah, dengan perdana menteri di posisi sentral, untuk bersiap secara menyeluruh untuk kebangkitan COVID-19," ujar juru bicara kepresidenan Kang In Sun.
Lebih lanjut, Presiden Yoon Suk Yeol meminta agar perubahan-perubahan panduan anti-virus harus dijelaskan dengan detail bagi masyarakat yang mencoba memahaminya.
PM Han berkata berusaha untuk mengamankan lebih banyak kasur di rumah sakit dan memperluas suntikan booster untuk bertahan melawan peningkatan COVID-19. PM memberitahu presiden bahwa ada ancaman lonjakan COVID-19 di Korea Selatan pada musim panas.
Menurut data Kementerian Kesehatan Korea Selatan, kasus harian mencapai 12.693 pada 11 Juli 2022. Rata-rata mingguan ada 18.388 baru dan 12 meninggal.
Kasus di Seoul ada 20 persen, Provinsi Gyeonggi mencatat 27,2 persen, namun 46 persen kasus berasal dari luar wilayah itu, termasuk di Busan.
Kematian paling banyak akibat COVID-19 adalah pasien berusia 70 tahun ke atas, yakni 81 persen dari total kematian. Selama pandemi, Korea Selatan mencatat 24.661 kematian.
Advertisement
Jokowi Ajak Masyarakat Gunakan Masker Lagi
Di Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan masyarakat untuk terus memakai masker saat beraktivitas di tempat umum. Bukan cuma di dalam ruangan tapi saat berada di luar ruangan juga harus pakai masker selama pandemi COVID-19.
Hal ini Jokowi sampaikan usai sholat Idul Adha di Masjid Istiqlal Jakarta, pada Minggu, 10 Juli 2022 pagi.Â
"Saya juga ingin mengingatkan kepada kita semua, COVID-19 masih ada, oleh sebab itu baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan memakai masker adalah masih sebuah keharusan," kata Jokowi.
Penggunaaan masker dengan tepat dan disiplin harus dilakukan terutama pada kota-kota dengan interaksi tinggi.
Hal ini semata-mata guna menekan pencegahan virus SARS-CoV-2 yang mau tak mau masih ada di sekitar kita.
Sikap disiplin dan kehati-hatian ini merupakan upaya bersama agar penularan tidak makin banyak. Apalagi BA.4 dan BA.5 yang sudah mendominasi penularan COVID-19 di RI memiliki karakter mudah menular.
"Kita harus hati-hati, kita harus tetap waspada. Faktanya COVID-19 masih ada."Â
"Utamanya varian BA.4 dan BA5 di semua negara. Alhamdulillah kita masih berada di angka-angka yang masih terkendali, negara-negara lain ada yang masih 100 ribu kasus hariannya, itu yang harus kita waspadai," tegasnya.Â
Selain protokol kesehatan, ia juga mengingatkan masyarakat yang belum melengkapi vaksinasi untuk segera mendatangi puskesmas atau sentra vaksinasi. Lalu, segera juga mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 dosis ketiga atau booster.
"Saya masih mengingatkan lagi pemerintah daerah, pemerintah kota, kabupaten dan provinsi serta TNI/Polri untuk terus melakukan vaksinasi booster karena memang ini diperlukan," tuturnya.
Satgas COVID-19 Mohon Komitmen Masyarakat Tetap Pakai Masker Ketika Sakit dan Berkerumun
Indonesia saat ini tengah mengalami kenaikan kasus COVID-19 akibat varian Omicron BA.4 dan BA.5. Diperkirakan, puncaknya akan terjadi pada minggu kedua atau ketiga bulan Juli.
Kenaikan kasus tersebut juga bisa terlihat dari penambahan kasus harian COVID-19 yang terjadi di Indonesia belakangan ini. Berdasarkan data terakhir yang dihimpun Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pada Senin, 4 Juli 2022, penambahan kasus harian COVID-19 ada sebanyak 1.434 kasus.
Sedangkan dalam tiga minggu terakhir, kasus harian COVID-19 di Indonesia pun sempat berkali-kali melewati angka dua ribu per harinya. Tepatnya pada tanggal 24 hingga 30 Juni dan 1 Juli 2022.
Namun seperti yang diketahui, aturan yang memperbolehkan masyarakat untuk lepas masker di luar ruangan juga masih berlaku. Hal ini pun telah dikonfirmasi lebih lanjut oleh Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 RI, Prof Wiku Adisasmito.
"Sejauh ini tidak ada perubahan aturan namun kami tetap mengimbau masyarakat untuk terus berhati-hati. Dimohon komitmennya juga untuk saling menjaga yaitu memakai masker saat sakit dan saat berkerumun," ujar Wiku melalui keterangan pada Health Liputan6.com, Selasa (5/7).
Wiku menjelaskan bahwa saat ini Indonesia masih terus untuk berupaya mengendalikan kasus COVID-19. Ia pun berharap kenaikan kasus yang diprediksikan akibat Omicron BA.4 dan BA.5 tidak terjadi secara signifikan.
"Indonesia saat ini masih terus berupaya mengendalikan kondisi kasus COVID-19. Kita berharap bersama, tren kenaikan kasus tidak terjadi signifikan," kata Wiku.
Advertisement