Liputan6.com, Jakarta - Pertempuran di perbatasan antara pasukan Iran dan Taliban, Afghanistan telah menewaskan satu orang, menurut seorang pejabat Afghanistan setempat.
Dilansir dari laman Al Jazeera, Senin (1/8/2022), Mawlawi Mohammad Ebrahim Hewad, komandan perbatasan Imarah Islam di provinsi Nimroz, dikutip oleh TOLOnews Afghanistan mengatakan bahwa satu tentara Taliban telah tewas dan seorang lagi terluka pada hari Minggu.
Dia mengklaim pasukan Iran memulai pertempuran yang katanya terjadi di distrik Kong di Nimroz.
Advertisement
Kantor berita Reuters juga mengutip seorang pejabat polisi di Nimroz yang mengatakan seorang anggota jika pasukan Taliban telah tewas.
IRNA yang dikelola negara Iran tidak mengomentari korban yang dilaporkan, tetapi mengatakan pertempuran itu dimulai oleh pasukan Taliban.
Menurut IRNA dan outlet berita semi-resmi Tasnim, pertempuran dimulai ketika pasukan Taliban memasuki tanah Iran di Hirmand, yang terletak di provinsi Sistan dan Balochistan, dan mencoba mengibarkan bendera mereka sendiri.
Mereka mengatakan pasukan Taliban sekali lagi salah mengira tembok yang dibangun untuk membatasi penyelundup, dan sebenarnya tidak mewakili perbatasan antara kedua negara.
“Dengan pemahaman yang salah tentang garis perbatasan, pasukan Taliban membayangkan tembok itu adalah perbatasan antara Iran dan Afghanistan, padahal sebenarnya bukan,” kata Tasnim. “Pejabat perbatasan Iran telah mencoba membuat mereka memahami hal ini selama beberapa bulan terakhir.”
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kejadian Serupa
Sebuah video pendek yang beredar di media sosial Iran pada hari Minggu konon menunjukkan pasukan Iran menembakkan peluru dari belakang sebuah truk di daerah perbatasan.
Beberapa insiden serupa telah terjadi sejak pengambilalihan bersenjata oleh Taliban atas Afghanistan pada Agustus 2021.
Insiden pertama yang dipublikasikan, yang tidak menimbulkan korban, terjadi pada bulan Desember dan disebut sebagai "kesalahpahaman" oleh otoritas kedua negara.
Iran belum secara resmi mengakui Taliban sebagai pemerintah Afghanistan, mempertahankan bahwa pengakuannya akan bergantung pada pembentukan pemerintahan "inklusif".
Keduanya juga berselisih mengenai hak air Iran dari sungai Helmand, yang belum diberikan Taliban meskipun mengakui hak tersebut.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Janji Taliban
Pemimpin tertinggi Taliban, Mullah Haibatullah Akhundzada, menegaskan bahwa tanah Afghanistan tidak akan dipakai untuk mengancam negara lain. Ia pun meminta agar komunitas internasional tidak mencampuri urusan dalam negeri Afghanistan.
Taliban berkata mengikuti persetujuan yang mereka buat dengan Amerika Serikat di 2020 sebelum mengambil kekuasaan, yakni mereka janji akan melawan teroris. Afghanistan terus berjanji bahwa negaranya tidak akan menjadi basis untuk melancarkan serangan ke negara-negara lain.
"Kami memastikan ke tetangga-tetangga kami, kawasan, dan dunia bahwa kita tidak akan mengizinkan siapapun menggunakan kawasan kita untuk mengancam keamanan ngara lain. Kami juga ingin negara-negara lain tidak ikut campur masalah-masalah dalam negeri kami," ujar Akhundzada dalam pidato sebelum Hari Raya Idul Adha.
Sebelumnya, pemerintah Taliban dijatuhkan koalisi AS pada 2001 karena menampung Osama bin Laden. Taliban kembali merebut kekuasaan pada 2020 pada kudeta yang berlangsung cepat. Mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menyelamatkan diri ke Uni Emirat Arab.
Pemimpin Taliban
Sosok Akhundzada yang reklusif menjadi pemimpin spiritual Taliban sejak pendahulunya, Mullah Akhtar Mansour, terbunuh oleh serangan drone AS pada 2016.
Usai berkuasa, Akhundzada mendapat dukungan dari Ayman Al-Zawahiri, pemimpin Al-Qaeda.
Namun, ia kini berkata berkomitmen ingin memiliki hubungan diplomatik yang baik dengan berbagai negara, termasuk Amerika Serikat.
"Di dalam kerangka interaksi dan komitmen bersama, kami ingin relasi diplomatik, ekonomi, dan politik yang baik dengan dunia, termsuk Amerika Serikat, dan kami menganggap ini kepentingan semua pihak," ujar Akhundzada.
Advertisement