Liputan6.com, Helsinki - Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin telah mengakui berpesta dengan sedikit di luar kendali setelah video pribadinya beredar ke publik - tetapi mengatakan dia marah karena rekaman itu, yang memicu kritik dari lawan politik, bocor ke media.
"Video-video ini bersifat pribadi dan direkam di ruang pribadi. Saya kesal karena ini diketahui publik," kata Sanna Marin kepada wartawan di Kuopio, Finlandia seperti dikutip dari CNN, Jumat (19/8/2022).
Baca Juga
"Saya menghabiskan malam dengan teman-teman. Kami hanya berpesta, juga dengan cara yang riuh. Saya menari dan bernyanyi," katanya.
Advertisement
Rekaman itu menunjukkan PM Finlandia Sanna Marin dan lima orang lainnya berpose ke arah kamera dan menari. Klip lain muncul untuk menunjukkan Marin di lantai, bernyanyi ke arah kamera.
Video itu telah mendorong beberapa lawan Marin untuk mengkritik perilakunya sebagai seorang perdana menteri yang tidak pantas. Mikko Karna, seorang anggota parlemen oposisi, mentweet bahwa Marin harus menjalani tes narkoba.
Marin mengatakan kepada wartawan bahwa alkohol dikonsumsi tetapi dia tidak mengetahui adanya penggunaan narkoba selama pesta.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Â
Bukan Kali Pertama Kehidupan PM Sanna Marin Dipolitisasi
Ini bukan pertama kalinya kehidupan pribadi Sanna Marin dipolitisasi di Finlandia. Dia sebelumnya meminta maaf kepada publik pada tahun 2021 setelah fotonya muncul di sebuah klub malam, setelah menteri luar negeri Finlandia dinyatakan positif COVID-19.
"Saya melakukan kesalahan. Saya seharusnya mempertimbangkan situasi dengan lebih hati-hati," kata Marin dalam wawancara televisi oleh penyiar publik Yle saat itu.
Tetapi dia juga mengatakan bahwa dia adalah "individu, seseorang, orang biasa juga, meskipun saya seorang perdana menteri. Jadi, saya tidak akan mengubah cara saya berperilaku. Tentu saja, saya harus berhati-hati dengan apa yang saya katakan. karena itu dapat diartikan mewakili seluruh pemerintahan".
Advertisement
Sanna Marin Segera Jadi PM Wanita Termuda di Dunia
Sanna Marin, yang ketika terpilih berusia 34 tahun, menjadi perdana menteri termuda di dunia sebagai kepala pemerintahan koalisi yang dipimpin wanita di Finlandia.
Menteri transportasi ini dipilih partai Sosial Demokrat untuk mengambil alih setelah PM Antti Rinne berhenti. Dia diperkirakan akan dilantik minggu ini. Demikian dikutip dari BBC, Senin (9/12/2019).
Dia memimpin koalisi kiri-tengah dari lima partai yang semuanya dipimpin oleh perempuan.
Rinne mengundurkan diri setelah kehilangan kepercayaan seorang anggota koalisi atas penanganan mogok di departemennya.
Ketika dia menjabat, Marin akan menjadi perdana menteri termuda di dunia.
Di negara lain, PM Selandia Baru Jacinda Ardern berusia 39, sedangkan Perdana Penteri Ukraina Oleksiy Honcharuk berusia 35 tahun.
"Kami memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat," ujar Marin, yang memenangkan pemungutan suara dengan selisih yang tipis.
Namun, ia menepis pertanyaan ketika ditanya mengenai usianya, dengan mengatakan: "Saya tidak pernah memikirkan umur atau jenis kelamin saya, saya memikirkan alasan saya terjun ke dunia politik dan hal-hal yang membuat kami mendapat kepercayaan dari para pemilih.
Marin menjadi perdana menteri wanita ketiga di negara Nordik.
Demokrat Sosial muncul sebagai partai terbesar dalam pemilihan yang diadakan pada bulan April, dan dengan demikian dapat menunjuk perdana menteri yang memimpin koalisi pemerintahan.
Menurut penyiar Finlandia YLE, Sanne Marin dibesarkan oleh seorang ibu tunggal dan merupakan orang pertama dalam keluarganya yang belajar di universitas.
PM Finlandia Berfoto Tampilkan Belahan Dada, Tuai Perdebatan Soal Seksisme
Sebelum kasus video pesta tersebar, sebuah foto yang melibatkan Perdana Menteri Finlandia, Sanna Marin, memicu perdebatan tentang seksisme di negara tersebut.
Marin, yang menjadi Perdana Menteri termuda di dunia ini, berpose pada majalah Trendi edisi Oktober dengan mengenakan blazer berbelahan rendah, tanpa kemeja di baliknya.
Mari Paalosalo-Jussinmäki, direktur media wanita di grup majalah A-lehdet penerbit Trendi, mengatakan bahwa ada reaksi yang "sangat besar" terhadap pemotretan dan cerita sampul di Finlandia tersebut. Dia mengatakan majalah itu menerima kritikan yang keras di media sosial segera setelah dirilis pada 9 Oktober.
"Jika Anda harus menggeneralisasikannya, maka pria yang mengatakan itu salah, dan wanita yang mengatakan itu luar biasa," kata Paalosalo-Jussinmäki mengenai banyaknya kritikan majalah di Finlandia tersebut.
"Itu sedikit mengejutkan," katanya, menambahkan: "Kami telah memiliki foto semacam itu sebelumnya, jelas, di majalah mode mengkilap wanita: kami telah menggambarkan wanita dalam blazer tanpa pakaian apa pun selama bertahun-tahun, dan mereka tidak pernah membuat tanggapan seperti ini." seperti dikutip di CNN, Sabtu (17/10/2020).
Paalosalo-Jussinmaki mengatakan bahwa banyak kritikus tampak kesal dikarenakan Perdana Menteri telah tampil di majalah gaya hidup wanita, dan beberapa kritikus marah karena dia melakukannya saat pemerintah menangani pandemi Virus Corona COVID-19.
"Ini dianggap membuang-buang waktu Perdana Menteri," katanya.
Tetapi cerita sampul yang menampilkan Marin, berbicara mengenai tuntutan pekerjaannya, kelelahan, dan kesulitan menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan keluarga dan juga memicu curahan dukungan di media sosial. Sebagai tanggapan, wanita dan pria telah memposting gambar mereka sendiri dengan menggunakan blazer, dengan tagar #imwithsanna, untuk mendukung sang perdana menteri.
Marin bukanlah politikus wanita pertama yang menghadapi kritik atas penampilannya itu, baik dalam kehidupan publik, maupun dalam penampilan majalah. Pada tahun 2016, mantan Perdana Menteri Inggris Theresa May menghadapi pengawasan dari pers tabloid setelah difoto dengan celana kulit untuk Majalah Sunday Times.
Sementara itu, anggota parlemen Inggris Tracy Brabin tahun ini dipaksa untuk menanggapi troll daring setelah menerima pelecehan di media sosial setelah bahunya terungkap selama debat di House of Commons, dengan beberapa mempertanyakan apakah pakaian anggota parlemen itu adalah sebuah "pakaian yang pantas."
Â
Advertisement