Liputan6.com, Jakarta - Banyak dari Anda yang kerap bertanya-tanya, mengapa film porno kerap disebut sebagai film biru?
Ungkapan ini sangat melekat dengan konten dewasa tersebut. Dalam sebuah obrolan pergaulan dan untuk menyamarkan tujuan, beberapa orang menggunakan istilah film biru.
Namun, tahukah Anda asal muasal dari istilah itu?
Advertisement
Dikutip dari laman Scoopwhoop.com, Sabtu (20/8/2022), dahulunya, iklan film porno di sejumlah bioskop dicetak dalam poster berwarna putih dan biru.
Baca Juga
Tujuannya agar tidak menarik perhatian banyak orang. Cara seperti ini disebutkan telah dipraktikkan di sejumlah tempat di dunia.
Cerita lain mengatakan, syuting film porno itu tidak mudah dibuat. Anggaran adalah masalah yang terbesar.
Jadi, pembuat film dan produser harus menggunakan cara yang lebih murah untuk produksi, terutama penggunaan gulungan hitam film.
Untuk gulungan film yang menghasilkan gambar berwarna akan sangat mahal. Oleh karenanya, dipilih gulungan film dengan kualitas rendah, sehingga gambar yang ditampilkan lebih berwarna kebiru-biruan.
Industri seks adalah industri terbesar dan paling menguntungkan di dunia, termasuk di antaranya prostitusi jalanan, klub yang berisi penari telanjang, telepon seks, dan pornografi.
13.000 video dewasa diproduksi setiap tahunnya, mengumpulkan lebih dari US$ 13 miliar dolar dalam bentuk laba. Sebagai perbandingan, Hollywood merilis 507 film dan hanya menghasilkan US$ 8,8 miliar.
Industri pornografi juga menghasilkan lebih banyak uang ketimbang gabungan dari The National Football League, The National Basketball Association dan Major League Baseball.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Fakta Film Porno
Setiap detik dalam sehari, ada sebanyak 30.000.000 pengunjung situs dewasa yang menonton film porno. Sedangkan kata yang paling banyak dicari di Amerika adalah "creampie", menurut analisis Pornhub baru-baru ini. Kata "teen" juga sangat populer.
Namun secara global, "teen" lebih mendominasi dari segala pencarian.
Kebanyakan pria mengaku pernah menonton film porno. Seseorang dari Universitas Montreal mencoba melakukan penelitian. Ia mensurvei pria usia 20-an yang belum pernah menikmati film porno. Hasilnya, ia tidak dapat menemukan satu pun.
Hampir setengah konten yang ada di internet berbau pornografi. Sebuah studi Universitas Montreal menemukan bahwa kebanyakan pria menonton film porno untuk pertama kalinya pada usia 10 tahun, dengan mengakses situs-situs dewasa tanpa pengawasan orang tua.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Helm Pembaca Pikiran China Bisa Deteksi Pria yang Menonton Film Porno
Peneliti China mengklaim telah mematenkan perangkat pembaca pikiran yang mampu "membaca pikiran pria" dan mendeteksi ketika mereka menonton film porno. Demikian menurut sebuah laporan yang dikutip dari New York Post, Kamis (30/6/2022).
Menurut informasi yang dilansir South China Morning Post, alat berbentuk helm yang masih berupa prototipe ini disebut mampu mendeteksi gelombang otak yang dipicu oleh paparan konten porno.
Perangkat itu akan membantu otoritas China menegakkan hukum yang melarang warganya mengonsumsi konten pornografi.
Peneliti dilaporkan telah menguji helm itu pada 15 mahasiswa laki-laki yang duduk di depan layar komputer sambil mengenakannya di kepala mereka.
Setiap kali gambar eksplisit ditampilkan, perangkat memicu alarm bersamaan dengan gelombang otak yang terdeteksi.
Para peneliti menguji helm "polisi porno" itu dengan menyandingkan gambar eksplisit beserta gambar-gambar yang tidak akan memicu reaksi gelombang otak yang sama. Perangkat kemudian akan dapat memproses aliran foto dan menandai sesuatu yang mencurigakan.
Xu Jianjun, direktur departemen teknik listrik di Universitas Jiaotong Beijing, mempublikasikan hasil temuannya itu dalam Journal of Electronic Measurement and Instrumentation. Dia menyebut perangkat helm pembaca pikiran itu untuk deteksi informasi yang buruk.
Alat yang diklaim para peneliti 80 persen akurat tersebut dikatakan mampu menyaring sinyal lain yang dapat memicu gelombang otak ketika orang memancarkan emosi yang tidak terkait dengan paparan porno.
Konten Porno Ilegal di China
Pemerintah China bertindak tegas terhadap pornografi dengan merilis sensor yang dikenal sebagai "penilai porno" guna menyisir media sosial untuk menandai konten yang dianggap tidak pantas.
Karena pornografi adalah ilegal di China, para peneliti mengalami kesulitan menemukan bahan yang cukup untuk digunakan dalam 'melatih' perangkat tersebut.
Gambar-gambar eksplisit yang dapat diperoleh para peneliti harus disunting dan disensor untuk menghindari pelanggaran hukum.
Pada tahun 2018, dilaporkan bahwa pihak berwenang Tiongkok menawarkan kepada warganya hadiah sebesar US$ 86.000 bagi yang berani mengadu pada sesama warga yang dicurigai menonton materi pornografi.
China dilaporkan telah berinvestasi dalam penelitian untuk perangkat pembaca pikiran lainnya. Militer China yang juga dikenal sebagai Tentara Pembebasan Rakyat, mendanai pengembangan helm pembaca pikiran yang memungkinkan tentara berkomunikasi dengan senjata pintar.
Tahun lalu, sebuah perusahaan rintisan teknologi California, Kernel, mengatakan telah mengembangkan helm senilai US$ 50.000 untuk menganalisis neuron di otak yang dapat memberi para peneliti sebuah jendela tentang emosi, memori, gairah, perhatian, dan pembelajaran manusia.
Advertisement