Gedung Putih: Referendum Rusia Diatur dan Dimanipulasi

Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengecam referendum "palsu" yang digelar Rusia di wilayah Ukraina yang diduduki.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Sep 2022, 14:30 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2022, 14:30 WIB
Ekspresi Vladimir Putin saat Perayaan 8 Tahun Rusia Merebut Krimea
Presiden Rusia Vladimir Putin menyapa orang-orang setelah pidatonya di konser perayaan delapan tahun referendum tentang status negara bagian Krimea dan Sevastopol serta penyatuannya kembali dengan Rusia, di Moskow, Rusia (18/3/2022). (Ramil Sitdikov/Sputnik Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Washington D.C - Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengecam referendum "palsu" yang digelar Rusia di wilayah Ukraina yang diduduki. Ia menilai proses tersebut sebagai proses yang "diatur dan dimanipulasi" dan "langsung dari buku pedoman Kremlin."

Jean-Pierre, pada Rabu (28/9), membuat komentar dalam pemaparan Gedung Putih, sehari setelah pejabat pro-Rusia mengatakan bahwa dalam jumlah yang luar biasa, penduduk di keempat wilayah Ukraina yang diduduki memilih bergabung dengan Rusia dalam referendum yang digelar oleh Kremlin.

Menyebut hasil referendum sebagai "pemaksaan dan disinformasi oleh otoritas boneka," Gedung Putih menyatakan tindakan Rusia "jelas-jelas curang dan tidak memiliki signifikansi hukum apa pun, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (29/9/2022).

"Kami tidak akan pernah mengakui upaya pencaplokan yang ilegal dan tidak sah ini," kata Jean-Pierre.

Hasil yang telah ditentukan sebelumnya itu membuka celah untuk fase baru yang berbahaya dalam invasi Rusia ke Ukraina yang telah berlangsung selama tujuh bulan. Kremlin mengancam akan mengerahkan lebih banyak pasukan ke pertempuran itu dan kemungkinan akan menggunakan senjata nuklir.

Sementara, Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina akan "membela" warganya di wilayah-wilayah yang diduduki Rusia, ketika pihak berwenang di sana mengumumkan hasil dari apa yang disebut referendum yang telah dikecam oleh Barat.

"Lelucon di wilayah pendudukan ini bahkan tidak bisa disebut sebagai tiruan referendum," kata Zelensky pada Selasa 27 September 2022 dalam sebuah video yang diposting di Telegram. "Kami akan bertindak untuk melindungi rakyat kami baik di wilayah Kherson, di wilayah Zaporizhzhia, di Donbas, di daerah yang saat ini diduduki di wilayah Kharkiv, dan di Krimea."


Hasil Pemungutan Suara

Pasukan Ukraina Pukul Mundur Tentara Rusia dari Wilayah Kharkiv
Seorang tentara Ukraina berdiri di atas bendera Rusia di Izium, wilayah Kharkiv, Ukraina, 13 September 2022. Pasukan Rusia tampak meninggalkan Kota Izium dan Svatove di Luhansk usai pasukan Ukraina memulai serangan baru ke arah timur melalui Kharkiv. (AP Photo/Kostiantyn Liberov)

Di Kherson yang tertelak pada wilayah tenggara, pihak berwenang mengatakan 87% pemilih memilih penyerobotan Rusia setelah penghitungan suara selesai.

Di wilayah Luhansk, Ukraina timur yang dikendalikan oleh separatis pro-Rusia, 98,4% memilih penyerobotan oleh Rusia, kata kantor berita Rusia, mengutip otoritas setempat. "Sudah jelas" bahwa Luhansk akan kembali ke pangkuan Rusia, kata Leonid Pasechnik, pemimpin Republik Rakyat Lugansk yang memproklamirkan diri di Telegram.

Di wilayah Donetsk yang berbatasan, badan jajak pendapat mengatakan 99,2% pemilih memilih penyerobotan Rusia setelah semua surat suara dihitung, demikian menurut kantor-kantor berita setempat.


Penolakan dari Blok Barat

Pasukan Ukraina Pukul Mundur Tentara Rusia dari Wilayah Kharkiv
Amunisi Rusia berserakan di lantai pabrik yang ditinggalkan di Izium, wilayah Kharkiv, Ukraina, 13 September 2022. Anthony Blinken menyatakan terlalu dini menjelaskan apa yang terjadi sekarang di Kharkiv. (Ukrainian Military Unit Kholodnyi Yar, Iryna Rybakova via AP)

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken mengatakan bahwa Blok Barat tidak akan pernah mengakui penyerobotan Rusia atas wilayah Ukraina, yang disebutnya sebagai bagian dari "skema jahat" oleh Moskow.

Nato mengecam referendum sebagai "palsu" dan "pelanggaran hukum internasional".

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen terhadap integritas teritorial Ukraina di dalam perbatasan yang diakui.

Sebelumnya, dalam sebuah pidato di hadapan dewan keamanan PBB, Presiden Volodymyr Zelenskiy memperingatkan bahwa Ukraina tidak akan dapat bernegosiasi dengan Rusia setelah pemungutan suara.

"Pengakuan Rusia atas referendum sebagai hal wajar, penerapan apa yang disebut skenario dan upaya lain untuk mencaplok wilayah Ukraina berarti tidak ada yang bisa dibicarakan," katanya dalam pesan video.

"Di depan mata seluruh dunia, Rusia melakukan lelucon yang disebut "referendum" di wilayah Ukraina yang diduduki," katanya.


Dugaan Referendum Palsu

Rudal Rusia Hantam Depot Minyak Ukraina
Asap mengepul setelah serangan rudal Rusia menghantam depot minyak di kota Vasylkiv di luar Kiev, Ukraina (27/2/2022). Menteri luar negeri Ukraina mengatakan pada 27 Februari, bahwa Kyiv tidak akan menyerah pada pembicaraan dengan Rusia mengenai invasinya. (AFP/Dimitar Dilkof)

"Orang-orang dipaksa untuk mengisi beberapa kertas untuk gambar TV di bawah moncong senapan mesin. Angka-angka yang diduga hasil dari referendum semu itu telah digambar sebelumnya."

Presiden Vladimir Putin dijadwalkan berpidato di hadapan kedua majelis parlemen Rusia pada Jumat (30/9) mungkin menggunakan pidato tersebut untuk secara resmi mengumumkan penyerobotan ke Rusia dari wilayah Ukraina yang mengadakan referendum, kata Kementerian Pertahanan Inggris dalam pembaruan intelijen terbarunya.

Presiden Vladimir Putin mengatakan pada Selasa (27/9) bahwa Rusia ingin "menyelamatkan orang-orang" di wilayah-wilayah tersebut.

Infografis Rusia Serang Ukraina dan Dalih Vladimir Putin. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Rusia Serang Ukraina dan Dalih Vladimir Putin. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya