Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Iran untuk Indonesia Mohammad Azad menyampaikan kabar terbaru mengenai kondisi Iran setelah pecah demo besar-besaran akibat kematian wanita muda bernama Mahsa Amini. Wanita itu meninggal ketika ditangkap polisi moral.
Demonstrasi tersebut menimbulkan korban jiwa yang besar karena masyarakat geram dengan aksi polisi moral.
Advertisement
Baca Juga
"Sebagian dari mereka memakai pistol untuk membunuh. 40 polisi telah dibunuh. Itu menunjukkan brutalitas," ujar Dubes Iran Mohammad Azad di Jakarta, Rabu (9/11/2022).
Dubes Iran berkata situasi bergejolak "hanya tiga minggu dan tertangani". Namun, Dubes Iran berkata para pengunjuk rasa juga melakukan aksi bakar-bakaran, termasuk membakar kitab suci, bank, dan masjid.
Dubes Iran juga kembali membantah bahwa Mahsa Amini meninggal karena aksi kekerasan polisi. Ia berkata ada belasan ahli kesehatan yang memeriksa Mahsa Amini dan menyebut wanita itu punya penyakit di otak.
Pada awal November 2022, Direktur Amnesty International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Heba Morayef, berkata lebih dari 200 orang meninggal dunia akibat represi pemerintah Iran pada demo Masha Amini.
Pihak Amnesty International lantas mengkritik komunitas internasional karena gagal menyetop hal ini.
"Kegagalan komunitas internasional untuk bertindak telah memicu otoritas Iran untuk memperkuat penggunaan kekuatan yang tak sesuai hukum terhadap para pengunjuk rasa, membunuh lebih dari 200 orang, termasuk 30 anak-anak sejak unjuk rasa dimulai pada 16 September," ujar pihak Amnesty International.
Kronologi Kasus Kematian Mahsa Amini
Republik Islam Iran sedang mencekam karena demo besar-besaran. Rakyat Iran, terutama para wanita, protes atas kematian wanita berusia 22 tahun bernama Mahsa Amini.
Para wanita Iran dengan berani membuka hijab mereka di tempat umum sebagai bentuk protes.
Polisi moral juga menjadi sasaran protes. Sebab, mereka menangkap Mahsa Amini karena masalah hijab.
Berikut kronologi kasus Mahsa Amini seperti dirangkum berbagai sumber:
13 September 2022: Salah Pakai Hijab
Berdasarkan laporan AP News, Mahsa Amini ditangkap pada 13 September di Tehran. Ia sebetulnya bukan orang Tehran, tetapi hanya berkunjung dari daerah Kurdi di barat Iran.
Alasan ia ditangkap polisi moral adalah karena tidak memakai hijab dengan benar. Sesuai ketentuan yang berlaku di Iran.
16 September 2022: Nyawa Melayang
Mahsa Amini kolaps ketika berada di kantor polisi. Tiga hari kemudian ia dinyatakan meninggal dunia.
Polisi membantah melakukan kekerasan pada Mahsa Amini. Penyebab kematian wanita itu disebut karena masalah jantung.
Namun, Amnesty Iran berkata kematian Mahsa Amini mencurigakan. Mereka meminta adanya investigasi kriminal bagi para polisi moral.
"Semua agen dan penjabat yang bertanggung jawab harus menghadapi keadilan," tulis Amnesty Iran di Twitter. Protes masyarakat pun dimulai.
17 September 2022: Pemakaman
Al Arabiya melaporkan Mahsa Amini dimakamkan pada Sabtu, 17 September 2022. Demo juga pecah di hari pemakaman itu.
Para pendemo berkumpul di di Saqez, kota tempat tinggal Mahsa Amini. Mereka memberikan kecaman kepada pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khomenei.
18 September 2022: Presiden Iran Telepon Keluarga Korban
Pada Minggu (18/9), Presiden Iran Ebrahim Raisi telah menelepon keluarga Mahsa Amini. Menurut laporan situs Iran International, pihak pemerintah berjanji akan menuntaskan kasus ini.
"Anak perempuanmu dan semua gadis Iran adalah anak-anak saya juga, dan perasaan terhadap insiden ini seperti kehilangan anak-anak tersayang saya," ujarnya.
19 September 2022: Keterangan Polisi vs. Ayah Korban
Ayah dari korban, Amjad Amini, mengaku putrinya dipukuli saat di mobil polisi. Hal itu berbeda dari keterangan polisi yang berkata Mahsa Amini meninggal akibat masalah jantung.
"Tidak jelas bagaimana ia dipukuli. Para wanita yang berada di ambulans berkata ia dipukul di kepala," ujar Amjad Amini kepada media Kurdi, Rudaw.
Amjad Amini juga menegaskan bahwa kabar di televisi Iran bahwa putrinya kolaps karena penyakit adalah kabar bohong.
Advertisement
Polisi Tembaki Ribuan Pelayat di Makamnya dan Lepas Gas Air Mata
Sebelumnya, Polisi Iran dilaporkan telah menembaki pengunjuk rasa di Saqqez, kota asal Mahsa Amini yang meninggal dalam tahanan setelah ditangkap karena diduga mengenakan jilbabnya "secara tidak benar".
Ribuan orang berkumpul di dekat makam wanita Kurdi itu dan bentrok dengan pihak keamanan, 40 hari sejak kematiannya.
Mengutip laporan BBC, Kamis (27/10), sebuah kelompok hak asasi manusia dan saksi mata mengatakan petugas menembakkan peluru tajam dan gas air mata ke kerumunan di kota.
Pada Rabu 26 Oktober, pasukan keamanan dikerahkan di Saqqez dan bagian lain dari provinsi Kurdistan, untuk mengantisipasi demonstrasi baru pada hari berkabung ke-40 untuk Mahsa Amini - acara budaya yang signifikan bagi Iran.
Video menunjukkan ribuan pelayat berjalan di sepanjang jalan, melalui lapangan dan menyeberangi sungai untuk melewati penghalang jalan dan mencapai kuburan tempat Amini dimakamkan.
Kerumunan terdengar meneriakkan "Perempuan, hidup, kebebasan" dan "Matilah diktator" - dua nyanyian khas gerakan protes - serta "Hancurkan pengkhianat" dan "Kurdistan akan menjadi kuburan fasis".
Tidak jelas apakah anggota keluarga Amini hadir.
Sebuah sumber yang dekat dengan keluarga mengatakan kepada wartawan BBC Jiyar Gol bahwa agen intelijen Iran menekan ayahnya untuk mengatakan bahwa mereka tidak mengadakan peringatan.
Kelompok hak asasi manusia Kurdi Hengaw, yang berbasis di Norwegia, kemudian mentweet bahwa pelayat telah berbaris menuju kantor pemerintah provinsi di Saqqez, dan bahwa pasukan keamanan telah menembaki orang-orang di alun-alun Zindan.
Kantor berita Reuters mengutip seorang saksi mata yang tidak disebutkan namanya mengatakan: "Polisi anti huru hara menembak pelayat yang berkumpul di kuburan ... Puluhan lainnya telah ditangkap."
Kantor berita semi-resmi Isna melaporkan bahwa "sejumlah kecil dari mereka yang hadir di peringatan Mahsa Amini bentrok dengan pasukan polisi di pinggiran Saqqez dan bubar".
Hengaw juga melaporkan demonstrasi di beberapa kota di Kurdistan. Dikatakan polisi telah menggunakan tembakan langsung di beberapa tempat, termasuk di Marivan.
Jerman Panggil Dubes Iran, Protes Aksi Kekerasan Aparat Bendung Demo Mahsa Amini
Kementerian Luar Negeri Jerman memanggil Duta Besar Iran untuk memprotes tindakan keras aparat keamanan yang sedang berlangsung di negara itu.
“Saya dapat mengonfirmasi pada saat ini bahwa duta besar kami di Teheran dan Duta Besar Iran di Berlin diundang untuk berbicara di kementerian luar negeri masing-masing kemarin," kata Wakil Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Jerman Andrea Sasse dalam konferensi pers di Berlin, Jumat.
"Kami telah menegaskan posisi pemerintah federal (Jerman)," ujar Sasse, menambahkan sebagaimana diwartakan Anadolu Ajansi, dikutip dari Antara, Sabtu (29/10).
Ini adalah ketiga kalinya diplomat Iran di Jerman dipanggil sejak dimulainya protes anti rezim yang dipicu oleh kematian perempuan Iran berusia 22 tahun, Mahsa Amini, di dalam tahanan kepolisian.
Polisi moral Iran menangkap Amini karena diduga melanggar aturan berpakaian secara Islam.
Advertisement