Dewan Keamanan PBB Desak Houthi Yaman Perpanjang Gencatan Senjata

Anggota Dewan Keamanan PBB mendesak kelompok pemberontak Houthi Yaman untuk memperpanjang gencatan senjata yang berakhir pada Oktober lalu.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Nov 2022, 08:04 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2022, 08:04 WIB
Militan Houthi menguasai Hodeidah yang menjadi pelabuhan utama di Yaman (AP Photo)
Militan Houthi menguasai Hodeidah yang menjadi pelabuhan utama di Yaman (AP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Dewan Keamanan PBB mendesak kelompok pemberontak Houthi Yaman untuk memperpanjang gencatan senjata yang berakhir pada Oktober lalu. Mereka juga mengajak Houthi terlibat pembicaraan substantif untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung lebih dari delapan tahun.

Dalam pertemuan dewan tersebut pada Selasa (22/11), utusan khusus PBB untuk Yaman, Hans Grundberg mengatakan, “Saya ingin pihak-pihak yang berkonflik tidak hanya memperbarui gencatan senjata tapi– yang terpenting – berkomitmen mengambil langkah-langkah komprehensif menuju terciptanya resolusi konflik.”

Gencatan senjata selama dua bulan awalnya disepakati pada 2 April untuk memperingati bulan suci Ramadan. Selama masa itu, jumlah korban sipil jauh menurun, dan terjadi sedikit kelonggaran dalam impor bahan bakar, dan penerbangan komersial kembali beroperasi.

Kedua pihak yang berseteru memperpanjang gencatan senjata sebanyak dua kali, tetapi berakhir pada 2 Oktober lalu. Pemberontak Houthi yang didukung Iran belum setuju untuk memperpanjangnya kembali.

Meski sudah berakhir, menurut utusan PBB itu, dalam tujuh minggu ini tidak tampak dimulainya kembali perang. Namun serangan Houthi baru-baru ini terhadap terminal minyak dan pelabuhan di provinsi Hadramaut dan Shabwa di Yaman selatan telah menimbulkan kekhawatiran akan kembalinya konflik yang lebih luas.

Pekan lalu di Teluk Oman, Angkatan Laut Amerika Serikat mengatakan pihaknya menyita 170 ton bahan yang digunakan untuk bahan bakar rudal dan bahan peledak. Bahan-bahan itu disembunyikan dalam kapal dari Iran ke Yaman.

Arab Saudi, yang memimpin koalisi Arab memerangi Houthi, selama ini menjadi sasaran serangan drone dan rudal Houthi. Saudi mengatakan tidak akan ragu untuk membela diri.

Drone Kelompok Houthi Yaman Sasar Kilang Minyak dan Bandara Arab Saudi

Pesawat Tak Berawak Ditembak Jatuh di Yaman
Puing-puing pesawat tak berawak terlihat setelah jatuh di di ibu kota Sanaa, Yaman (23/5/2022). Pesawat tak berawak diklaim telah ditembak jatuh oleh pemberontak Houthi. (AFP/Mohammed Huwais)

Pemberontak Houthi Yaman mengatakan mereka menggunakan 14 pesawat tak berawak untuk menyerang sasaran di Arab Saudi termasuk kilang minyak Aramco dan bandara King Abdullah di Jeddah.

Yahya Saree, juru bicara pemberontak, mengatakan di Twitter bahwa pesawat tak berawak itu juga menargetkan pangkalan Raja Khalid di Riyadh, Bandara Internasional Abha, serta Abha, Jizan dan Najran. Saree tidak mengatakan kerusakan seperti apa yang disebabkan oleh serangan itu.

Pemberontak yang didukung Iran melakukan serangan sebagai tanggapan atas agresi kekerasan yang meningkat oleh Arab Saudi, seperti dikutip dari UPI, Minggu (21/11/2021).

"Angkatan bersenjata akan menghadapi eskalasi dengan eskalasi sampai agresi berhenti dan pengepungan dicabut," kata Saree.

Perang Saudi yang Tak Kunjung Usai

Pesawat Tak Berawak Ditembak Jatuh di Yaman
Orang-orang dan petugas keamanan berkumpul di sekitar bangkai pesawat tak berawak yang dilaporkan jatuh di ibu kota Sanaa, Yaman (23/5/2022). Pesawat tak berawak diklaim telah ditembak jatuh oleh pemberontak Houthi. (AFP/Mohammed Huwais)

Pemberontak Houthi, yang bersekutu dengan minoritas Syiah di negara itu, telah melancarkan perang saudara sejak lama melawan pemerintah Yaman. Pada 2014, pemberontak menguasai ibu kota Yaman, Sanaa.

Koalisi yang dipimpin Saudi telah membuat kemajuan dan mengatakan telah menghancurkan 13 sasaran militer Houthi di Sanaa, Marib dan Saada, Bloomberg melaporkan. Target termasuk depot senjata, sistem pertahanan udara dan sistem komunikasi drone.

Houthi melancarkan serangan pada Februari untuk merebut kembali Marib, provinsi kaya minyak yang merupakan benteng terakhir pemerintah yang diakui PBB di Yaman Utara.

Presiden Joe Biden mengatakan pada Februari bahwa Amerika Serikat, sekutu Arab Saudi, akan mengakhiri dukungan untuk operasi militer di Yaman.

Infografis Bencana Kelaparan di Tengah Perang Yaman
Infografis Bencana Kelaparan di Tengah Perang Yaman (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya