Utusan Khusus LGBTQI+ Joe Biden, Jessica Stern Batal ke Indonesia Usai Tuai Polemik

Kedutaan Besar AS di Jakarta merespons polemik perihal kunjungan utusan Joe Biden untuk memajukan HAM LGBTQI+, Jessica Stern ke Indonesia yang mendapat penolakan dari MUI.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 02 Des 2022, 18:37 WIB
Diterbitkan 02 Des 2022, 18:11 WIB
Bendera Amerika Serikat (AP PHOTO)
Bendera Amerika Serikat (AP PHOTO)

Liputan6.com, Jakarta - Utusan Khusus AS untuk Memajukan HAM LGBTQI+ (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Queer dan Interseks) Jessica Stern dijadwalkan untuk melawat ke sejumlah negara di Asia. Di antaranya Vietnam, Filipina dan Indonesia.

Menurut informasi yang dikutip dari situs resmi pemerintah AS state.gov, utusan Joe Biden, Jessica Stern akan berkunjung ke Vietnam mulai 28 November-2 Desember 2022; Filipina dari 3-6 Desember 2022; dan Indonesia pada 7-9 Desember 2022.

Selama kunjungannya, Utusan Khusus Stern dijadwalkan akan bertemu dengan pejabat pemerintah dan perwakilan dari masyarakat sipil untuk membahas hak asasi manusia, termasuk memajukan hak asasi manusia LGBTQI+.

Kabar kedatangan Jessica Stern ke Indonesia menuai polemik. MUI menyatakan menolak kunjungan kenegaraan tersebut.

Kedutaan Besar AS di Jakarta kemudian merespons polemik tersebut.

"Walaupun kami menantikan untuk melanjutkan dialog dengan para pemimpin keagamaan, pejabat pemerintah, dan anggota masyarakat tentang topik penting untuk memastikan penghormatan terhadap hak asasi manusia LGBTQI+, setelah berdiskusi dengan rekan-rekan kami di pemerintah Indonesia, kami telah memutuskan untuk membatalkan Kunjungan Utusan Khusus Stern ke Indonesia," kata Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Kim dalam pernyataan tertulis yang disampaikan kedutaan besar AS di Jakarta, Jumat (2/12/2022).

Menurut Dubes Sung Kim, mengetahui bahwa orang-orang LGBTQI+ di seluruh dunia mengalami tingkat kekerasan dan diskriminasi yang tidak proporsional, penting untuk melanjutkan dialog dan memastikan rasa saling menghormati satu sama lain, daripada menganggap seolah-olah isu tersebut tidak ada.

"Negara-negara seperti Indonesia dan AS dapat saling belajar mengenai cara melawan kebencian dan memastikan masyarakat yang lebih sejahtera dan inklusif untuk semuanya."

 

Pentingnya Dialog HAM

Duta Besar AS untuk Indonesia, Sung Y. Kim. (Dok Kedubes AS)
Duta Besar AS untuk Indonesia, Sung Y. Kim. (Dok Kedubes AS)

Dalam pernyataannya, Dubes Sung Kim mengutarakan bahwa salah satu alasan hubungan Amerika Serikat dan Indonesia begitu kuat adalah "karena kita sama-sama menjunjung tinggi nilai-nilai seperti demokrasi, hak asasi manusia, keragaman, dan toleransi. Nilai-nilai tersebut harus berlaku untuk setiap anggota masyarakat, termasuk kelompok LGBTQI+."

"Di setiap negara, dialog tentang hak asasi manusia sangat penting. Dialog, bagaimanapun juga merupakan hal yang fundamental bagi demokrasi. Demokrasi yang maju menolak kebencian, intoleransi, dan kekerasan terhadap kelompok mana pun, dan mendorong dialog yang mencerminkan keragaman luas di masyarakat mereka," pungkasnya.

Penolakan MUI

Gedung MUI
Gedung Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jalan Proklamasi No 51, Menteng, Jakarta Pusat. (bimasislam.kemenag.go.id)

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menegaskan menolak kedatangan utusan khusus Amerika Serikat Jessica Stern ke Indonesia pada 7 hingga 9 Desember 2022 mendatang. Apalagi, kedatangan Jessica dalam rangka memajukan hak asasi manusia (HAM) Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Questioning, and Intersex LGBTQI+ (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Queer dan Interseks).

"Sehubungan dengan akan datangnya Jessica Stern utusan Khusus Amerika Serikat untuk memajukan hak asasi manusia (HAM) LGBTQI+ tanggal 7-9 Desember ke Indonesia, maka MUI menyatakan menolak dengan tegas kehadiran dari utusan khusus tersebut," ujar Wakil Ketua Umum MUI, Anwar abbas dalam keterangan tertulisnya yang dikutip Kamis 1 Desember 2022.

Anwar Abbas memahami terkait istilah tamu adalah raja. Namun menurut dia, kedatangan Jessica hanya akan merusak agama dan budaya yang dianut bangsa Indonesia. Maka menurut dia menolak tamu lebih baik daripada menerima.

"Sebagai bangsa yang beragama dan beradab kita disuruh untuk menghormati tamu. Tapi kita juga tidak bisa menerima tamu yang tujuannya datang ke sini adalah untuk merusak dan mengacak-acak nilai-nilai luhur dari agama dan budaya bangsa kita. Karena kita tahu dari enam agama yang diakui di negeri ini, tidak ada satupun yang mentolerir praktek LGBTQ+ tersebut," demikian alasan Anwar Abbas.

 

 

 

MUI Tak Mentolerir Praktik LGBTQI+

Ilustrasi LGBT
Ilustrasi LGBT(SatyaPrem/Pixabay).

Menurut Anwar, dari enam agama yang diakui oleh Negara Indonesia, tak ada satu pun yang mentolerir praktek LGBTQI+ tersebut. Lagipula, menurut Anwar, perilaku LGBTQI+ sangat berbahaya dan akan membuat umat manusia punah.

"Jika perilaku tersebut dibiarkan, maka dia bisa membuat umat manusia punah di muka bumi ini karena sudah merupakan fithrah laki-laki kalau kawin dengan laki-laki dan atau perempuan kawin dengan perempuan maka dia sudah pasti tidak akan bisa melahirkan keturunan," kata dia.

"Sehingga kalau praktek tersebut dibiarkan berkembang, maka dia akan bisa membuat manusia punah di atas bumi ini dan kita tentu saja tidak mau hal demikian terjadi," pungkas Anwar Abbas.

 

Infografis Isu LGBT Berhembus di Parlemen
Infografis Isu LGBT Berhembus di Parlemen
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya