Liputan6.com, Kyiv - Rusia kembali menembakan rudal ke Ukraina. Gangguan listrik kembali dilaporkan di Ukraina, terutama di bagian timur.
Dilaporkan BBC, Selasa (6/12/2022), pihak Ukraina berkata ada empat orang tewas dalam serangan terbaru ini. Serangan ini merupakan gelombang ke delapan dalam delapan pekan terakhir.Â
Advertisement
Baca Juga
Rusia berkata berhasil mengenai semua targetnya yang berjumlah 17 dalam serangan ini. Namun, Ukraina mengaku telah menangkal 60 dari 70 rudal yang ditembakkan Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkata serangan Rusia turut mengenai persediaan listrik di Moldova. Aksi Rusia tersebut disebutnya sebagai serangan teroris.
"Ini sekali lagi membuktikan kemampuan Rusia untuk melaksanakan serangan-serangan teroris yang masif adalah ancaman yang tak hanya kepada Ukraina, tetapi ke seluruh kawasan," ujar Presiden Volodymyr Zelensky pada Senin malam.
Sebelumnya, serangan-serangan Rusia mengenai grid energi Ukraina. Jutaan orang pun kehilangan listrik dan penghangat, padahal musim dingin sedang tiba. Namun, serangan pekan ini tak separah yang sebelumnya.
Peringatan terhadap serangan Rusia ini telah beredar selama beberapa hari. Serangan terjadi beberapa jam setelah ada ledakan di dua pangkalan udara di Rusia. Pemerintah Rusia menyalahkan drones Ukraina.
Menteri Pertahanan Rusia berkata ada tiga prajurit tewas dan dua pesawat rusak ringan akibat ledakan tersebut. Pihak Ukraina belum berkomentar mengenai hal ini.
BBC mencatat serangan skala besar kepada power grid di Ukraina terjadi sejak 10 oktober. Sejak itu, sekitar setengah infrastruktur energi Ukraina telah rusak dan berdampak ke jutaan warga Ukraina.
Kanselir Jerman Olaf Scholz Bakal Terus Berunding dengan Putin hingga Rusia Mundur dari Ukraina
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan pada Minggu 4 Desember 2022 merupakan sebuah kesalahan besar untuk berhenti berbicara sama sekali dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dilansir VOA Indonesia, Senin (5/12), Scholz menyampaikan hal itu setelah dirinya dan Putin berbincang melalui sambungan telepon Jumat 2 Desember lalu untuk mendiskusikan invasi Rusia ke Ukraina yang masih berlanjut.Â
"Itu sebabnya penting bagi presiden Prancis dan saya, sebagai perwakilan negara-negara G7 dan dua negara anggota NATO, untuk kembali mengupayakan dialog. Namun, tanpa ilusi," kata Scholz pada sebuah upacara penganugerahan penghargaan Hadiah Marion Doenhoff yang tahun ini diberikan kepada Irina Scherbakowa, pendiri organisasi HAM Rusia Memorial.
Scholz mengatakan dirinya membahas serangan Rusia terhadap infrastruktur energi Ukraina dan perlunya pasukan Rusia untuk mundur dari Ukraina dalam pembicaraan telepon itu.
"Saya akan terus melakukannya, berapa lama pun perbincangan itu berlangsung," tambah Scholz.
Dalam pidatonya sebelum menyerahkan hadiah itu kepada Scherbakowa, Scholz memuji perjuangan perempuan itu dan bahwa hadiah itu diberikan kepadanya untuk mewakili semua warga Rusia yang dapat membayangkan "masa depan Rusia yang berbeda, lebih baik dan lebih cerah."
Memorial juga menerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini bersama dengan pegiat hak asasi manusia asal Belarusia Ales Bialiatski dan organisasi HAM Ukraina Center for Civil Liberties.
Advertisement
Rusia Dilaporkan Bangun Pangkalan Militer Baru di Mariupol Ukraina
Rusia sedang mengkonsolidasikan kehadiran militernya di kota pelabuhan Mariupol Ukraina yang direbut dengan membangun pangkalan tentara besar, foto satelit yang dirilis dari perusahaan pengamatan Maxar tampaknya menunjukkan.
Kompleks baru berbentuk U ini terletak di dekat pusat kota. Di atapnya, bintang merah, putih dan biru tentara Rusia dapat dilihat, dengan huruf-huruf bertuliskan: "Untuk orang-orang Mariupol."
Maxar mengatakan bangunan itu tampaknya merupakan fasilitas militer Rusia, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (4/12).
Namun BBC tidak dapat memverifikasi ini atau mengkonfirmasi untuk apa gedung baru itu digunakan.
Pasukan Moskow mengepung kota selama hampir tiga bulan awal tahun ini, dan rentetan artileri yang konstan meninggalkan sebagian besar reruntuhan.
Para pejabat Ukraina memperkirakan bulan lalu bahwa sekitar 25.000 warga sipil tewas dalam serangan itu, sementara PBB mengatakan telah mengkonfirmasi kematian 1.348 warga sipil, tetapi mengatakan jumlah korban tewas sebenarnya "kemungkinan ribuan lebih tinggi".
Joe Biden Siap Duduk dengan Vladimir Putin
Presiden Amerika Serikat Joe Biden berkata siap duduk bersama Presiden Rusia Vladimir Putin. Niat Presiden Biden dapat membuka potensi perdamaian antara Rusia dan Ukraina yang berperang sejak Februari 2022.
"Saya siap berbicara dengan Mr. Putin jika faktanya ada ketertarikan dari dirinya bila ia mencari cara untuk mengakhiri perang ini," ujar Presiden AS Joe Biden, dikutip Sabtu (3/12).Â
Ucapan itu diberikan Presiden Biden saat melaksanakan konferensi pers bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron yang berkunjung ke Gedung Putih.Â
Presiden Joe Biden berkata akan berkonsultasi dengan sekutu AS terkait perbincangan dengan Presiden Vladimir Putin.Â
"Saya akan senang untuk duduk dengan Putin untuk mengetahui apa yang ia pikirkan, lanjut Presiden Biden.Â
Meski demikian, Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan tidak akan mengabaikan Ukraina dalam perbincangan damai ini. Presiden Macron menyebut tidak mau apabila Ukraina harus dipaksa untuk menyetujui syarat yang tak mereka inginkan.
"Kami tidak akan pernah membuat Ukraina membuat kompromi yang tidak bisa diterima oleh mereka," ujar Presiden Macron.
Selama berbulan-bulan ini, Ukraina masih terus menolak berkompromi dengan Rusia. Ukraina menuntut agar Rusia angkat kaki dari semua wilayah Ukraina jika ingin bernegosiasi.
Konflik pun semakin rumit setelah Rusia menganeksasi sejumlah wilayah Ukraina. Empat wilayah tersebut adalah Donetsk, Kherson, Luhansk dan Zaporizhzhia. Ukraina berhasil memukul mundur Rusia dari Kherson, dan berambisi merebut daerah-daerah lain.
Advertisement