Gunung Fuego di Guatemala Kembali Erupsi, Warga Waspada

Penduduk Alotenango, Guatemala City melihat lava mengalir setelah Gunung Fuego erupsi pada Sabtu malam, 10 Desember 2022.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Des 2022, 17:22 WIB
Diterbitkan 12 Des 2022, 17:22 WIB
Letusan gunung berapi Fuego di Guatemala pada 2018 telah menewaskan sedikitnya 215 orang dan menyebabkan ratusan lainnya hilang. (Dok. Diamond TV Zambia via Facebook)
Letusan gunung berapi Fuego di Guatemala pada 2018 telah menewaskan sedikitnya 215 orang dan menyebabkan ratusan lainnya hilang. (Dok. Diamond TV Zambia via Facebook)

Liputan6.com, Guatemala City - Gunung Fuego dilaporkan kembali erupsi.

Gunung berapi Fuego (Volcan de Fuego) terletak sekitar 16 kilometer (10 mil) dari Antigua, bekas ibu kota negara yang indah dan objek wisata terbesar di Guatemala.

Fuego meletus rata-rata setiap empat sampai lima tahun. Pada Juni 2018, sebuah letusan mengirimkan sungai lava mengalir ke sisinya, menghancurkan desa San Miguel Los Lotes, menewaskan sekitar 200 orang dan menyebabkan 200-an orang lainnya hilang.

Pihak berwenang memantau erupsi terbaru dengan cermat dan sejauh ini belum ada yang dievakuasi, kata Rodolfo Garcia, juru bicara perlindungan sipil, dikutip dari VOA News, Senin (12/12/2022).

“Dengan apa yang terjadi pada 2018, kini aparat sudah lebih sigap dan aktif,” kata Jose Sul, seorang warga Alotenango.

Penduduk Alotenango -- sekitar 65 kilometer ke tenggara dari Guatemala City -- melihat lava mengalir secara tiba-tiba yang membuat langit memerah pada Sabtu malam, 10 Desember 2022.

"Orang-orang di sini terbiasa mengalami ini, dan mereka melihatnya sebagai hal biasa," kata Demetrio Pamal, seorang petani Suku Maya berusia 28 tahun, menurut laporan AFP.

Banyak keluarga setempat menyiapkan ransel berisi makanan, air, senter, dan obat-obatan sehingga mereka dapat mengungsi hingga tiga hari dengan mudah.

Guatemala memiliki dua gunung berapi aktif lainnya, Santiaguito di barat negara itu dan Pacaya di selatan.

Fuego juga berbatasan dengan gunung berapi Acatenango yang tidak aktif dengan ketinggian 3.500 meter.

Tidak seperti gunung berapi Andes di Amerika Selatan, Guatemala tidak tertutup salju karena iklim Amerika Tengah yang lebih hangat.

Amerika Tengah memiliki lebih dari 100 gunung berapi, banyak di antaranya merupakan tempat wisata yang sangat populer, meskipun terkadang menyebabkan kematian dan kehancuran.

Gunung Fuego Erupsi di Guatemala, 4.000 Orang Mengungsi

Gunung Fuego di Guatemala
Gunung Fuego di Guatemala (@MrProfitt_Geog/Twitter).

Pada November 2018 silam, sekitar 4.000 orang dievakuasi dari ancaman erupsi Gunung Fuego di Guatemala, menyusul laporan tentang muntahan materi dan abu vulkanik yang menuruni lereng dengan cepat.

Dikutip dari The Guardian pada Selasa (20/11/2018), erupsi pada hari Senin itu merupakan ketiga kalinya, setelah sebelumnya terjadi pada awal dan pertengahan tahun 2022.

Unit vulkanologi Guatemala mengatakan bahwa ledakan dari gunung setinggi 3.763 meter itu mengguncang rumah dengan "suara konstan mirip lokomotif kereta".

Material pijar meledak setinggi 3,200 kaki (setara 975 meter) di atas kawah, yang diikuti oleh aliran batu panas dan abu sejauh sekitar 1,5 mil (setara 2,4 kilometer) di beberapa sisi gunung berapi.

Ledakan panas dari material piroklastik terdorong hingga ke lembah di lereng, sementara abu melayang menuju Guatemala City di arah timur.

Ratusan keluarga dikabarkan bergegas mematuhi perintah otoritas koordinasi bencana Guatemala untuk menaiki sekumpulan bus sekolah, yang telah disiapkan untuk perjalanan ke tempat penampungan. Komisi bencana nasional mengatakan 3.925 orang dievakuasi pada Senin pagi, 19 November 2018.

Gunung Fuego adalah salah satu gunung berapi yang paling aktif di Amerika Tengah, di mana letusan sebelumnya pada bulan Juni 2018, menewaskan 194 orang dan 234 lainnya secara resmi hilang.

Sebelumnya, Gunung Fuego sempat memuntahkan abu dan batu panas pada Oktober 2018, mendorong peringatan waspada untuk masyarakat di sekitarnya. Tidak ada laporan kerusakan berarti dan korban jiwa kala letusan November 2018 itu.

Gunung Berapi Lascar di Chile Bergolak, Semburkan Asap dan Abu Setinggi 6.000 M

Gunung Lascar di Chile bergejolak. (AFP)
Gunung Lascar di Chile bergejolak. (AFP)

Sementara itu, dua bulan lalu, erupsi juga terjadi di Chile. Sebuah gunung berapi di Andes, utara Chile bergemuruh pada Sabtu 10 Oktober 2022 pagi waktu setempat, memicu gempa bumi kecil dan mengirimkan kepulan asap dan abu setinggi 6.000 meter (hampir 20.000 kaki) ke langit yang cerah.

National Geology and Mining Service (Layanan Geologi dan Pertambangan Nasional) Chile melaporkan bahwa pada pukul 12.36 (15:36 GMT) Gunung Api Lascar bergemuruh.

"Gunung berapi mengirimkan kolom letusan yang terdiri dari abu vulkanik dan gas panas 6.000 meter di atas kawahnya," kata layanan tersebut seperti dikutip dari AFP, Senin (12/12/2022).

Pihak berwenang Chile menyiagakan kota terdekat, Talabre, 30 kilometer (19 mil) dari gunung berapi, jika evakuasi diperlukan. Tapi sejauh ini tidak ada kerusakan properti yang dilaporkan, dan layanan tersebut mempertahankan level hijau, level siaga terendah.

Gunung Lascar, dengan ketinggian 5.592 meter (18.346 kaki) di atas permukaan laut, berjarak 70 kilometer (44 mil) dari San Pedro de Atacama, pusat wisata populer yang menarik pengunjung untuk trekking, astronomi amatir, dan kunjungan ke Gurun Atacama, tempat yang paling kering di Bumi.

Lascar meletus pada tahun 1993 tetapi juga memiliki aktivitas vulkanik yang lebih rendah pada tahun 2006 dan 2015.

Lebih jauh ke selatan, peringatan level kuning tetap berlaku untuk wilayah di sekitar kompleks vulkanik Nevados de Chillan, 385 kilometer (240 mil) selatan ibu kota Santiago, dan Gunung Berapi Villarica 800 kilometer (500 mil) ke selatan.

Status Gunung Semeru Turun Jadi Level Siaga, Berikut Rekomendasi Badan Geologi

Gunung Semeru Pasca Erupsi
Gunung Semeru menyemburkan asap tipis terlihat dari desa Curah Kobokan di Lumajang, Jawa Timur, Rabu (8/12/2021). Usai meletus pada Sabtu 4 Desember 2021, Gunung Semeru yang terletak di Lumajang tersebut berstatus level 2 waspada. (ADEK BERRY / AFP)

Di Indonesia, baru-baru ini gunung terbesar di Jawa mengalami erupsi sejak awal Desember.

Kondisi terbaru, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) resmi menurunkan status Gunung Semeru di Jawa Timur, dari sebelumnya level IV atau Awas menjadi level III atau Siaga, pada Jumat (9/12/2022).

“Mengingat karakteristik erupsi Gunung Semeru, potensi ancaman bahaya, hasil pemantauan visual dan kegempaan, maka tingkat aktivitas Gunung Semeru dapat diturunkan dari level IV (Awas) menjadi level III (Siaga) terhitung sejak tanggal 9 Desember 2022 pukul 12.00 WIB,” kata Plt Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam keterangan tertulis, Jumat (9/12/2022).

Wafid menjelaskan, tingkat aktivitas Gunung Semeru ini akan ditinjau kembali jika terdapat kemunculan gempa-gempa vulkanik dan deformasi yang berkaitan dengan proses supply magma ke permukaan (gempa low frequency, tremor, tiltmeter dan GPS) dalam kecenderungan yang signifikan.

“Potensi ancaman bahaya Gunung Semeru saat ini berupa berupa banjir lahar bila material hasil erupsi dan APG tercampur dengan intensitas hujan tinggi terutama di sungai yang berhulu di puncak (Besuk Bang, Besuk Kembar, Besuk Kobokan, dan Besuk Sat, serta anak-anak sungai di sekitarnya),” ujar Wafid.

Selegkapnya klik di sini ...

 

Penulis: Safinatun Nikmah

 

Infografis Riwayat Letusan Gunung Semeru. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Riwayat Letusan Gunung Semeru. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya