Liputan6.com, Bangkok - Angkatan Laut Thailand mengatakan 31 pelaut hilang setelah sebuah kapal perang yang membawa lebih dari 100 awak kapal terbalik dan tenggelam saat badai di Teluk Thailand, dilansir dari BBC News, Senin (19/12/2022).
HTMAS Sukhotai tenggelam setelah air membanjiri kontrol dayanya pada Minggu malam, 18 Desember 2022.
Baca Juga
Pihak berwenang mengatakan pada hari Senin mereka menyelamatkan 75 awak tetapi 31 masih hilang di laut yang ganas.
Advertisement
"Sudah lebih dari 12 jam tapi kami akan terus mencari," kata seorang juru bicara angkatan laut, menurut BBC.
Tim pencari bekerja sepanjang malam untuk menemukan korban selamat dan operasi dilanjutkan pada Senin, kata angkatan laut.
Mereka juga mengumumkan penyelidikan atas penyebab bencana tersebut.
"Ini hampir tidak pernah terjadi dalam sejarah pasukan kami, terutama pada kapal yang masih aktif digunakan," kata juru bicara Laksamana Pogkrong Monthardpalin.
Para pejabat mengatakan kapal tenggelam setelah kemasukan air yang membanjiri lambung kapal dan memutus aliran listriknya.
Dengan hilangnya kekuatan, kru berjuang untuk mempertahankan kendali atas kapal yang miring ke salah satu sisi sebelum tenggelam sekitar pukul 23:30 waktu setempat pada hari Minggu (16:30 GMT).
Saat itu HTMAS Sukhotai sedang berpatroli hanya sekitar 32 km (20 mil) barat Bang Saphan, di provinsi Prachuap Khiri Khan, ketika terjebak dalam badai pada hari Minggu.
Gambar-gambar dramatis yang diposting oleh akun Twitter Royal Thai Navy menunjukkan kapal yang miring ke kanan dan kapal penyelamat cadangan berusaha menemukan korban selamat di perairan berombak.
Tiga kapal angkatan laut dan helikopter dikirim untuk membantu, tetapi hanya fregat HTMAS Kraburi yang mencapai kapal sebelum tenggelam.
Fregat itu mengangkut sebagian besar pelaut di Sukhotai, kata angkatan laut. Pelaut berjaket pelampung ditemukan di sekoci penyelamat.
Angkatan laut telah mengungkapkan sedikit detail tentang kondisi mereka. Media lokal menerbitkan gambar-gambar yang menunjukkan petugas medis di dermaga menurunkan awak kapal dengan tandu.
Kapal Migran Terbalik di Selat Inggris, 4 Orang Tewas
Insiden kapal terbalik juga terjadi di Inggris. Sebuah kapal kecil yang membawa puluhan migran terbalik dalam kegelapan di Selat Inggris pada Rabu, 14 Desember 2022, menewaskan empat orang.
Insiden ini meningkatkan seruan pada pemerintah Inggris untuk bertindah lebih dalam usaha mencegah orang mempertaruhkan nyawa mereka dengan mencoba menyeberang salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia itu.
Helikopter dan perahu penyelamat dikirim dari pangkalan di Inggris selatan setelah pihak berwenang menerima laporan tentang sebuah kapal kecil mengalami kesulitan di perairan antara Inggris dan Prancis tepat setelah pukul 3 pagi waktu setempat.
Asosiasi Pers Inggris, mengutip sumber-sumber pemerintah, mengatakan 43 orang diselamatkan, dengan lebih dari 30 orang ditarik dari air. Operasi tersebut dikoordinasikan oleh U.K. Maritime and Coastguard Agency dan melibatkan personel dari Inggris dan Prancis, dikutip dari AP News, Kamis (15/12/2022).
Tidak jelas apakah masih ada orang yang hilang.
"Investigasi sedang berlangsung dan kami akan memberikan informasi lebih lanjut pada waktunya," kata pemerintah dalam sebuah pernyataan. "Ini adalah insiden yang benar-benar tragis."
Pemerintah Inggris berada di bawah tekanan untuk menghentikan para penyelundup yang mengenakan biaya ribuan dolar bagi para migran untuk menyeberangi Selat dengan perahu karet tipis, setelah sedikitnya 27 orang tewas ketika kapal mereka tenggelam pada November tahun lalu.
Advertisement
Kapal Dibakar Polisi Australia, Bagaimana Nasib 13 Pencari Suaka Asal Irak di Pulau Rote Ndao?
Baru-baru ini, insiden menegangkan di kapal juga terjadi di perairan Australia dan Indonesia. Sebanyak 13 warga negara asing (WNA) asal Irak yang terdampar di perairan pulau terselatan Indonesia Rote Ndao dibawa kepolisian setempat untuk dipindahkan ke Kupang pada Sabtu (17/12) pagi.
“Mereka akan tiba di Kupang pada Sabtu (17/12) siang nanti sekitar pukul 12.00 WITA atau 13.00 WITA,” kata Kepala Keamanan Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Kupang Melsy Fanggi di Kupang, Sabtu pagi.
Dia mengatakan hal ini terkait perkembangan kasus sejumlah pencari suaka asal Irak yang terdampar di perairan Pulau Rote Ndao, setelah ditolak ke wilayah Australia.
Melsy menjelaskan bahwa sejumlah WNA Irak itu berangkat ke Kupang menggunakan kapal Ferry yang dikawal oleh sejumlah personel kepolisian Rote Ndao.
“Jadi ada tujuh personel kepolisian Rote Ndao dan perwakilan dari Pemda Rote Ndao yang mendampingi pemindahan mereka dari Rote ke Kupang,” ujar dia, dikutip Antara.
Dia menjelaskan para WNA Irak itu, saat tiba di Kupang akan langsung dibawa ke Kantor Imigrasi Kupang untuk diperiksa lebih lanjut.
"Usai dari Kantor Imigrasi Kupang, akan langsung dibawa ke Rudenim untuk proses lebih lanjut,” ujar dia.
Berdasarkan kronologis yang diceritakan para ABK diketahui bahwa pada Sabtu (10/12) pekan lalu ketiga orang ABK asal Desa Papela Rote itu bertemu dengan tiga orang ABK asal Sulawesi yang membawa para imigran serta menyerahkan perahu dan para imigran kepada ABK asal Papela.
Usai menyerahkan para imigran itu pada Minggu (11/12) mereka bertolak ke Australia dengan mengantar para imigran tersebut.
Pada Selasa (12/12) pagi kapal yang ditumpangi mereka ditangkap oleh polisi perairan Australia Pulau Ahsmore atau yang dikenal dengan sebutan Pulau Pasir oleh nelayan Indonesia.
Setelah ditangkap para imigran dipindahkan ke kapal milik Australia bernama Rushani untuk beristirahat, dikarenakan kapal yang dipakai untuk melintas batas negara sudah diamankan dan dibakar oleh Custom Australia.
Kemudian pada Selasa (12/12) sekitar pukul 22.00 WITA, para ABK asal Papela bersama para imigran diberangkatkan oleh otoritas Australia kembali ke perairan Indonesia.
ABK WNI dan Korea Selatan Selamat dari Pembajakan Kapal di Pantai Ganding
Sementara itu, kejadian tragis di kapal juga menimpa WNI awal bulan ini. Sejumlah ABK Warga Negara Indonesia serta 2 ABK asal Korea Selatan berhasil diselamatkan dari aksi pembajakan Kapal Tanker B-Ocean di perairan wilayah Selatan Pantai Gading. Mereka diselamatkan pada 3 Desember 2022.
Dilaporkan situs Kemlu RI, Senin (5/12/2022), Jumat, 25 November 2022, KBRI Dakar menerima laporan pada 25 November 2022 bahwa Kapal Tanker B-Ocean, berbendera Kepulauan Marshall yang didalamnya terdapat 17 ABK Indonesia dan 2 ABK Korea Selatan hilang kontak di bagian selatan perairan Pantai Gading.
Melalui koordinasi erat dengan Kemlu RI, Athan KBRI Abuja, KBRI Seoul, Konhor RI di Abidjan dan PT Amas (Agen ABK di Indonesia) diperoleh informasi bahwa Kapal Tanker B-Ocean yang dimiliki oleh Doorae Shipping South Korea, telah hilang kontak sejak 24 November 2022 akibat pembajakan kapal.
Para pembajak mengambil seluruh stok minyak kapal B-Ocean serta merusak hampir seluruh peralatan komunikasi yang membuat awak kapal sulit terhubung dengan otoritas di darat. Berkat upaya IMO dan adanya Angkatan Laut Italia yang berada pada titik terakhir komunikasi Kapal Tanker B-Ocean dengan otoritas darat, maka pada 26 November 2022, Angkatan Laut Italia berhasil menemukan kapal tersebut.
Pada Minggu, 27 November 2022, KBRI Dakar menerima informasi bahwa pihak pelabuhan di Abidjan telah mengirim kapal tug (penarik) untuk menarik Kapal B-Ocean ke pelabuhan Abidjan, Pantai Gading dan diperkirakan memakan waktu sekitar 2 hari.
Mendapatkan informasi ini, Dubes RI Dindin Wahyudin langsung menugaskan Pelaksana Fungsi Protokol dan Konsuler, Dyah Kuncorowati ke Abidjan untuk bersama Konhor RI Abidjan, Sylla Darboux menemui dan membantu para ABK Indonesia di Kapal B-Ocean.
Penulis: Safinatun Nikmah.
Advertisement