Ulama Iran: Curah Hujan Berkurang Karena Perempuan Tidak Berjilbab

Ulama Iran itu pun menggambarkan mereka yang tidak berjilbab sebagai 'musuh' dan harus dilawan oleh negara.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 14 Jan 2023, 16:44 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2023, 16:44 WIB
Ilustrasi bendera Iran (pixabay)
Ilustrasi bendera Iran (pixabay)

Liputan6.com, Teheran - Seorang imam di Iran mengatakan bahwa fenomena kurangnya curah hujan di seluruh negeri diakibatkan oleh para perempuan yang tidak mengenakan jilbab. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Mohammad-Mehdi Hosseini Hamedani, yang merupakan seorang imam salat Jumat dan perwakilan pemimpin tertinggi Iran di Kota Karaj.

"Gerakan melepas jilbab, yang wajib bagi perempuan di Iran, telah menyebabkan kurangnya curah hujan di seluruh negeri," demikian dilaporkan situs berita Iran International seperti dikutip dari Alarabiya News, Sabtu (14/1/2023).

Hamedani menegaskan kembali bahwa kepatuhan terhadap jilbab harus ditegakkan secara ketat di masyarakat. Ia menggambarkan mereka yang tidak berjilbab sebagai 'musuh' dan harus dilawan oleh negara.

"Sulit percaya bahwa kita hidup di negara Islam ketika kita masuk ke sejumlah institusi, pusat perbelanjaan, farmasi, dan sebagainya (melihat perempuan tidak berjilbab)," ungkap Hamedani yang kemudian menyerukan pihak berwenang untuk memperingatkan toko-toko dan mal yang melayani wanita yang tidak berjilbab.

Ia bahkan meminta pihak berwenang menutup toko dan mal jika peringatan saja tidak cukup.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bukan Kali Pertama

Ilustrasi perempuan berjilbab.
Ilustrasi perempuan berjilbab. (dok. Zibik/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Ini bukan kali pertama seorang ulama Iran menghubungkan kekeringan atau bencana alam dengan perilaku keagamaan.

Yousef Tabatabai Nejad, perwakilan Ali Khamenei di pusat Kota Isfahan, pada 2016 mengatakan bahwa wanita yang tidak berjilbab dan mengambil foto "layaknya orang Eropa" adalah alasan di balik mengeringnya Sungai Zayanderud atau Zayandeh Rud. Ia menambahkan jika ini terus berlanjut, hulu sungai juga akan mengering.

 


Protes Kematian Mahsa Amini

Iran mencekam di demo Mahsa Amini. Foto pendemo 19 September 2022.
Iran mencekam di demo Mahsa Amini. Foto pendemo 19 September 2022. Dok: AP Photo

Sejak September 2022, Iran dilanda protes antipemerintah di seluruh negeri menyusul kematian Mahsa Amini. Perempuan usia 22 tahun itu tewas dalam tahanan setelah ditangkap oleh polisi moral atas tuduhan melanggar aturan berpakaian bagi wanita.

Demonstrasi yang dilabeli otoritas Iran sebagai kerusuhan yang didukung kekuatan asing telah menewaskan ratusan orang, menyebabkan sejumlah lainnya dihukum mati.

Protes yang diikuti dengan gerakan melepas jilbab dilaporkan telah berkembang menjadi seruan untuk mengakhiri rezim Islam Iran, isu yang telah menjadi tantangan bagi para mullah di negara itu sejak Revolusi 1979 yang menggulingkan monarki pimpinan Shah Mohammad Reza Pahlavi.


Krisis Air

ilustrasi hujan.
ilustrasi hujan. (Liputan6)

Saat ini, Iran tengah menghadapi kekurangan air yang parah di seluruh negeri sekaligus mencatat fenomena kekeringan terburuk dalam 50 tahun terakhir.

Krisis air telah memengaruhi rumah tangga, pertanian, peternakan, bahkan hingga menyebabkan pemadaman listrik.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya