Kekuatan Biosains Bisa Bangkitkan Hewan yang Sudah Punah?

Perusahaan Colossal Biosciences yang berbasis di Dallas, Texas, Amerika Serikat (AS) ini mengumumkan proyek untuk mengedit DNA dari kerabat terdekat burung dodo untuk menciptakan kembali burung yang telah punah.

oleh Alycia Catelyn diperbarui 05 Feb 2023, 12:00 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2023, 12:00 WIB
Ilustrasi burung dodo. (Unsplash/Beeldbewerking)
Ilustrasi burung dodo. (Unsplash/Beeldbewerking)

Liputan6.com, Dallas - Burung dodo atau dikenal dengan Raphus cucullatus merupakan spesies asli Pulau Mauritius yang telah punah pada 1600-an. 

Burung yang tidak bisa terbang punah akibat kombinasi perburuan oleh para pelaut dan perusakan habitatnya oleh spesies invasif yang dibawa menyeberang ke pulau Samudra Hindia dengan kapal mereka.

Setelah lebih dari 400 tahun sejak penampakan burung dodo terakhir yang tercatat, para ilmuwan mengarahkan pandangan mereka untuk menghidupkan kembali burung dodo.

Perusahaan Colossal Biosciences yang berbasis di Dallas, Amerika Serikat (AS), yang dua tahun lalu mengumumkan rencana untuk mengembalikan mammoth berbulu, mengatakan sekarang ingin mengembalikan burung dodo juga.

Perusahaan biosains tersebut telah mengumpulkan tambahan 150 juta dolar AS (2 triliun rupiah) untuk mendukung proyek tersebut, dilansir dari Sky News, Jumat (3/2/2023). 

Perusahaan Colossal Biosciences berharap dapat membuat ulang dodo melalui DNA dengan cara mengambil DNA dari kerabat terdekat dodo, yakni merpati Nicobar. Setelahnya, mereka mengeditnya agar menyerupai sel dodo.

Dimungkinkan untuk menempatkan sel-sel ini ke dalam telur burung lain yang sedang berkembang seperti merpati atau ayam, untuk menciptakan keturunan yang pada gilirannya dapat menghasilkan telur dodo secara alami, jelas Beth Shapiro, seorang ahli biologi molekuler di dewan penasehat ilmiah Colossal Biosciences. Ia telah telah mempelajari burung dodo selama dua dekade.

Konsepnya masih dalam tahap teoritis awal untuk burung dodo.

Tim Shaprio sekarang berencana untuk mempelajari perbedaan DNA antara merpati Nicobar dan dodo untuk memahami "gen apa yang benar-benar membuat dodo menjadi dodo".

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tanggapan Skeptis dari Ahli Lainnya

Ilustrasi riset, penelitian, peneliti, ilmuwan. (Pixabay/Michal Jarmoluk)
Ilustrasi riset, penelitian, peneliti, ilmuwan. (Pixabay/Michal Jarmoluk)

Beth Shaprio mengatakan ada ratusan dodo dalam koleksi di seluruh dunia, yang berarti memungkinkan untuk mengurutkan genom burung yang mati. Namun, ia memperingatkan bahwa tidak mungkin untuk membuat ulang 100 persen salinan identik dari sesuatu yang telah hilang.

Sebab, hewan adalah produk dari genetika dan lingkungannya, yang telah berubah secara dramatis sejak burung dodo terakhir terlihat pada 1600-an.

Sementara itu, ilmuwan lain skeptis tentang gagasan proyek tersebut, memperingatkan bahwa upaya "menghilangkan kepunahan" mengalihkan perhatian dan uang dari upaya menyelamatkan spesies yang masih ada di Bumi.

"Ada bahaya nyata mengatakan bahwa jika kita menghancurkan alam, kita dapat menyatukannya kembali, karena nyatanya kita tidak bisa," ucap Ahli Ekologi Duke University Stuart Pimm.

"Dan di mana Anda akan meletakkan mammoth berbulu, selain di kandang?"

Boris Worm, seorang ahli biologi di University of Dalhousie di Halifax, menambahkan, "Mencegah kepunahan spesies sejak awal harus menjadi prioritas kita, dan dalam kebanyakan kasus itu jauh lebih murah."

Melansir dari The Guardian, Jumat (3/2/2023), Ewan Birney, wakil direktur Laboratorium Biologi Molekuler Eropa mengatakan akan "sangat menantang" pada tingkat teknis untuk menciptakan kembali genom burung dodo.

"Tidak diragukan lagi ini adalah burung ikonik. Saya tidak tahu apakah mekanisme ini akan berfungsi seperti yang mereka klaim, tetapi pertanyaannya bukan hanya dapatkah Anda melakukan ini, tetapi haruskah Anda melakukannya," kata Birney.

"Ada orang yang berpikir bahwa karena Anda dapat melakukan sesuatu yang seharusnya, tetapi saya tidak yakin apa tujuannya, dan apakah ini benar-benar alokasi sumber daya terbaik. Kita harus menyelamatkan spesies yang kita miliki sebelum mereka punah," imbuhnya.


Hewan Laut yang Terancam Punah

Ilustrasi Ikan Sturgeon. (Pixabay)
Ilustrasi Ikan Sturgeon. (Pixabay)

Campur tangan manusia di alam mendorong beberapa spesies ke ambang kepunahan, yang mengakibatkan deforestasi dan perusakan habitat. Oleh karena itu, diperlukan upaya konservasi yang nyata dan praktis.

Ikan Sturgeon termasuk dalam famili Acipenseridae, atau lebih umum dikenal dengan ikan penghasil kaviar ini dapat tumbuh hingga 16 kaki, setara dengan panjang rata-rata mobil.

Sturgeon hidup di habitat sungai dan laut di sepanjang Pantai Timur. 

Pada 1800-an, ikan Sturgeon dihargai karena telurnya, yang dinilai sebagai kaviar berkualitas tinggi. Pasalnya, orang berbondong-bondong ke AS bagian timur untuk berburu Sturgeon dan memanen telur mereka yang berharga.

Sejak Sturgeon terdaftar di bawah Endangered Species (spesies langka) Act pada 2012, mereka tidak lagi terancam oleh penangkapan ikan secara langsung.

Ada juga penyu lekang (Lepidochelys olivacea), disebut juga olive ridley sea turtle dalam bahasa Inggris yang merupakan spesies penyu yang hidup di perairan tropis dan subtropis yang berperairan dangkal.

Seperti semua penyu laut lainnya, diketahui penyu lekang betina kembali ke darat untuk bertelur di pasir. Mereka adalah navigator yang luar biasa dan biasanya kembali ke pantai di area umum tempat mereka menetas.

Sayangnya, perilaku ini memudahkan seseorang untuk mengambil telur dalam jumlah yang banyak dan membunuh betina dewasa dalam jumlah besar, hanya untuk dikonsumsi. Inilah penyebab utama penurunan jumlah penyu lekang di seluruh dunia.

Baca selebihnya di sini...


Dampak Krisis Iklim Membuat Banyak Spesies Hewan Australia Terancam Punah

Potret Kebakaran Hutan yang Menerpa Perth saat Lockdown Covid-19
Seorang petugas pemadam kebakaran memadamkan kobaran api di dekat Wooroloo, di Perth, Australia, Selasa (2/1/2021). Kebakaran hutan tak terkendali di sebuah wilayah di sebelah timur laut Perth telah menghancurkan puluhan rumah dan kemungkinan mengancam lebih banyak lagi. (Evan Collis/DFES via AP)

Pemerintah Australia berjanji untuk menghentikan kepunahan tumbuhan dan hewan pada Selasa, 4 Oktober 2022, saat memasukkan ular abu-abu dan walabi kecil di antara 15 spesies baru yang terancam.

Banyak spesies unik Australia yang bertahan hidup, habitat mereka menyusut akibat aktivitas manusia dan peristiwa ekstrem seperti kebakaran hutan Musim Panas Hitam 2019 hingga 2020, kata kelompok satwa liar.

Pemerintah Perdana Menteri Anthony Albanese mengumumkan skema 10 tahun baru untuk mencoba menghentikan kepunahan 110 "spesies prioritas" dan untuk melindungi 20 "tempat prioritas" dari degradasi lebih lanjut.

Ini menetapkan tujuan untuk mencegah kepunahan baru tumbuhan dan hewan sambil melestarikan setidaknya 30 persen dari daratan Australia.

Kelompok satwa liar menyalahkan catatan buruk Australia dalam melindungi spesies uniknya sebagian besar pada perusakan habitat, dipercepat oleh pemanasan global dan cuaca ekstrem yang dihasilkan.

Kebakaran Musim Panas Hitam membakar 5,8 juta hektar di Australia timur dan membunuh atau menelantarkan sekitar 1 miliar hingga 3 miliar hewan.

Baca selebihnya di sini...

Infografis Kepunahan Bahasa Daerah
Infografis Kepunahan Bahasa Daerah
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya