Apa Hubungan Makanan dan Perubahan Iklim? Ini Penjelasannya

Sistem pangan berkontribusi besar terhadap perubahan iklim. Berikut ini penjelasan singkatnya.

oleh Linda Sapira diperbarui 05 Mar 2023, 15:06 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2023, 15:06 WIB
Perubahan iklim
Ilustrasi: akibat perubahan iklim dan pemanasan global (sumber: wisdominnature.org)

Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah kalian berpikir pemanasan global bisa disebabkan karena makanan yang kita konsumsi sehari-hari? 

Ternyata perubahan iklim yang setiap harinya semakin menyebabkan badai yang lebih parah, banjir besar, kekeringan yang berkepanjangan, dan pola cuaca yang tidak dapat diprediksi, merupakan ancaman yang semakin besar terhadap sistem pangan. Hal ini dapat mengurangi produksi tanaman, mengganggu rantai pasokan makanan, dan memaksa seluruh komunitas untuk bermigrasi jika mereka tidak dapat memberi makan sendiri.

Permintaan produksi pangan akan terus meningkat, karena populasi global terus bertambah. Sebenarnya banyak orang tidak sadar, bahwa sisa makanan bisa berkonstribusi banyak terhadap emisi gas rumah kaca global dan menguras sumber daya air.

Sistem pangan diperkirakan menyumbang sebanyak 34% dari total emisi gas rumah kaca, menurut the International Food Policy Research Institute’s 2022 Global Food Policy Report. Hal ini sebagian berasal dari menanam, memupuk, dan mengolah makanan.

Guna mengurangi persentase tersebut, bisa dilakukan pendesainan ulang sistem pangan.

Untuk diketahui, transportasi, distribusi, penyiapan, dan bahkan pembuangan makanan menghasilkan gas rumah kaca yang memerangkap panas matahari dan berkontribusi terhadap perubahan iklim.

"Sistem pangan berkontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca dan harus memainkan peran dalam mitigasi melalui perubahan praktik pertanian dan penggunaan lahan, rantai nilai yang lebih efisien, dan pengurangan kehilangan dan pemborosan pangan," kata Laporan Kebijakan Pangan Global.

Pemerintah, petani, perusahaan, dan organisasi yang terlibat di seluruh sistem pangan telah meluncurkan upaya untuk melakukan perubahan guna mengurangi emisi. Mereka mencoba mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan emisi dalam transportasi, irigasi, dan penyimpanan dingin.

Mereka menggunakan teknik inovatif untuk menggunakan lebih banyak tenaga surya, membuat dan menanam varietas benih yang lebih tahan terhadap guncangan iklim. Dan mereka mencoba mengelola lahan pertanian dan hutan dengan lebih baik untuk menjadikannya sebagai penyerap karbon.

Tapi ini bukan hanya masalah yang bisa diselesaikan dengan perubahan dari produsen dan pemerintah, kata para ahli.

"Mengurangi emisi dari sektor pangan memerlukan perubahan di semua tahap, dari produsen hingga konsumen," kata PBB di situs webnya. 

Mengutip decoder.com, Minggu (5/3/2023), ada tiga hal sederhana yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mengurangi perubahan iklim, berikut ini di antaranya:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


1. Pikirkan Terlebih Dahulu apa yang Akan Anda makan.

Makan Berlebih
Ilustrasi makan berlebihan dengan mengonsumsi junk food. Credits: pexels.com by Dayvison de Oliveira Silva

Pertimbangkan untuk bergerak lebih ke arah pola makan kaya dengan tumbuhan.

Jumlah terbesar gas rumah kaca terkait makanan berasal dari pertanian dan penggunaan lahan, kata PBB. Ini termasuk metana dari pencernaan ternak, dinitrogen oksida dari pupuk, dan karbon dioksida dari penebangan hutan untuk memperluas lahan pertanian dan emisi pertanian lainnya.

Makanan hewani, terutama daging merah, produk susu, dan udang budidaya, dikaitkan dengan emisi gas rumah kaca tertinggi. Sementara makanan nabati menggunakan lebih sedikit energi, lahan, dan air serta memiliki intensitas gas rumah kaca yang lebih rendah.

Berbelanja makanan yang diproduksi secara lokal dapat membantu petani lokal, tetapi PBB mengatakan "apa yang Anda makan lebih penting daripada seberapa jauh makanan tersebut telah berjalan atau seberapa banyak kemasan yang dimilikinya. Transportasi dan pengemasan biasanya hanya menyumbang sebagian kecil dari emisi gas rumah kaca makanan."

Sarah Zoubek, direktur asosiasi Pusat Kebijakan Pangan Dunia Universitas Duke, mengatakan kadang-kadang sebenarnya lebih baik dari sudut pandang emisi untuk mengirim sesuatu ke seluruh dunia daripada membawanya dengan truk, karena pengiriman lebih efisien daripada truk diesel. 

 


2. Kurangi Sisa Makanan

Makanan Sisa
Ilustrasi Makanan Sisa redit: pexels.om/Cleo

Hampir satu miliar ton makanan, 17% dari semua makanan yang tersedia untuk konsumen di seluruh dunia, terbuang sia-sia setiap tahun, kata PBB. Memproduksi, mengangkut, dan membiarkan makanan membusuk menyumbang lebih dari 8% emisi gas rumah kaca global.

Zoubek menunjuk limbah makanan sebagai hal yang mudah diperbaiki.

"Ketika Anda memikirkannya dalam hal emisi, Anda dapat memikirkan begitu banyak limbah makanan," katanya. “Pikirkan tentang semua energi dan nutrisi serta sumber daya yang digunakan untuk memproduksi makanan ini. Dan saat itu masuk ke TPA atau saat berada di lapangan, hal ini juga akan mengeluarkan beberapa emisi.

Mengurangi limbah makanan bisa semudah memastikan, bahwa Anda hanya membeli apa yang di butuhkan dan menggunakan apa yang telah di beli. Jika memang perlu membuang makanan, pengomposan dapat mengurangi jumlah metana dan karbon dioksida yang dilepaskan oleh sampah organik.

"Di dunia kecil Anda, Anda selalu dapat mengurangi kehilangan dan pemborosan makanan," kata Zoubek.

3. Berbelanja Dengan Tas yang Dapat Digunakan Kembali

Produksi, penggunaan, dan pembuangan plastik berkontribusi terhadap perubahan iklim. Jika berbelanja dengan tas sendiri yang dapat digunakan kembali, Anda akan membantu mengurangi jumlah sampah plastik. 


Penyebab Perubahan Iklim Lainnya

Ilustrasi perubahan iklim
Ilustrasi perubahan iklim (AFP)

Selain makanan, perubahan iklim juga bisa disebabkan oleh aktivitas pemanasan global. Pembangkit listrik dan instalasi industri lainnya adalah penghasil CO2 utama. Suhu rata-rata global saat ini adalah 0,85ºC lebih tinggi dari pada akhir abad ke-19. Masing-masing dari tiga dekade terakhir telah lebih hangat daripada dekade sebelumnya sejak pencatatan di mulai pada tahun 1850.

Para ilmuwan iklim terkemuka di dunia berpikir aktivitas manusia hampir pasti merupakan penyebab utama dari pemanasan dan penyebab perubahan iklim global yang diamati sejak pertengahan abad ke-20. Peningkatan 2°C dibandingkan dengan suhu di masa pra-industri dilihat oleh para ilmuwan sebagai ambang batas.

Di mana ada risiko yang jauh lebih tinggi bahwa penyebab perubahan iklim global berbahaya dan kemungkinan bencana di lingkungan global akan terjadi. Alasan penyebab perubahan iklim global ini, masyarakat internasional telah mengakui perlunya menjaga pemanasan di bawah 2°C.

Kendaraaan Bermotor

Bensin termasuk dari bahan bakar fosil, pembuangan gas pada kendarakan bermotor juga mengandung banyak polusi gas kimia lainnya yang dapat menjadi penyebab perubahan iklim global. Hal ini tentunya menjadi salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim yang tidak terbantahkan lagi.

CFC untuk Kulkas dan Aerosol

CFC atau chloro-fluoro-carbo' tidak terbentuk secara alami. Manusia memakainya untuk keseluruhan proses industri padahal ini bisa menjadi penyebab perubahan iklim global. CFC digunakan sebagai pendingin di lemari es dan bahan pembakar pada aerosol.

Hal ini merupakan penyebab perubahan iklim global yang menimbulkan sekitar 10.000 kali 'efek rumah kaca' dari CO2. CFC juga menghancurkan ozon, bagian penting yang berada di lapisan atas atmosfer.

Baca selengkapnya disini...

Infografis Journal_ Sisa Makanan Jadi Sampah Dominan di Indonesia
Infografis Journal_ Sisa Makanan Jadi Sampah Dominan di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya