Kemlu AS Marah Besar Akibat Rusia Tangkap Jurnalis The Wall Street Journal

Kemlu AS meminta agar warganya menghindari Rusia setelah insiden penangkapan jurnalis The Wall Street Journal.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 31 Mar 2023, 12:14 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2023, 12:00 WIB
1 Tahun Invasi Rusia ke Ukraina, Joe Biden Sampaikan Pidato Berapi-api di Polandia
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyampaikan pidato yang menandai peringatan satu tahun invasi Rusia ke Ukraina di Royal Castle Gardens, Warsawa, Polandia, 21 Februari 2023. Dalam pidatonya yang berapi-api, Biden bersumpah untuk terus mendukung Ukraina saat memasuki tahun kedua perang. (AP Photo/ Evan Vucci)

Liputan6.com, Washington, DC - Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat memberikan kecaman keras kepada pemerintah Rusia karena menangkap jurnalis The Wall Street Journal (WSJ) bernama Evan Gershkovich. Jurnalis itu ditangkap pada Rabu (29/3) karena dituduh melakukan spionase.

WSJ telah tegas membantah tuduhan tersebut. Pihak Badan Keamanan Rusia (FSB) berkata Evan Gershkovich melakukan spionase terkait salah satu perusahaan industri militer Rusia. 

"The Wall Street Journal dengan marah membantah dugaan-dugaan dari FSB dan meminta pelepasan segera dari reporter terpercaya dan berdedikasi kami, Evan Gershkovich," tulis pernyataan resmi The Wall Street Journal, dikutip Jumat (31/3/2023).

Jurnalis berusia 31 tahun itu ditangkap di kota Yekaterinburg. Evan merupakan keturunan Rusia, orang tuanya pindah dari Uni Soviet ke Amerika Serikat.

Kecaman Menlu AS

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memberikan kecaman keras kepada Rusia karena dianggap ingin menghukum jurnalisme. Warga AS juga diminta agar tidak ke Rusia. 

"Dengan istilah-istilah terkuat, kami mengecam upaya-upaya berkelanjutan Kremlin untuk mengintimidasi, merepresi, dan menghukum suara-suara jurnalis dan masyarakat sipil," ujar Blinken seperti dikutip WSJ.

Melalui Twitter, Blinken meminta warga AS yang bertempat tinggal atau berpergian di Rusia agar secepatnya pergi dari negara tersebut.

Pesan serupa diberikan oleh Gedung Putih agar warga AS segera angkat kaki dari Rusia. 

"Kami sudah sangat jelas terkait rakyat Amerika supaya tidak ke Rusia. Ini tidak aman," ujar jubir Gedung Putih Karine Jean-Pierre.

Pasal Spionase

Wartawan The Wall Street Journal Evan Gershkovich
Wartawan The Wall Street Journal Evan Gershkovich (31) dikawal oleh petugas dari pengadilan Lefortovsky ke sebuah bus, di Moskow, Rusia, Kamis, 30 Maret 2023. (AP Photo/Alexander Zemlianichenko)

Juru bicara Kemlu AS Vedant Patel berkata pihak kedutaan besar AS sudah berusaha meminta keterangan resmi dari pemerintah Rusia.

"Kedutaan Besar AS di Moskow telah meminta notifikasi resmi atas penangkapan tersebut dan Rusia diharuskan menyediakan hal itu di bawah konvensi bilateral kita," ujar Patel.

Ia menjelaskan bahwa perwakilan AS biasanya mendampingi warganya yang terkena masalah hukum secepat mungkin.

Namun, kemungkinan perwakilan AS baru bisa mendampingi Evan beberapa hari kemudian karena isu administrasi di Rusia.

Patel berkata pihak Kemlu AS berkomunikasi erat dengan pihak The Wall Street Journal. Selain itu, ia menegaskan kepada warga AS supaya segera meninggalkan Rusia.

Media pemerintah Rusia, TASS, melaporkan bahwa FSB menuding Evan Gershkovich mengumpulkan data rahasia tentang perusahaan terkait industri militer Rusia. Ia lantas terjerat pasal spionase. Juru bicara kepresidenan Rusia Dmitry Peskov menyebut Evan tertangkap basah. 

Peskov berkata sudah memantau laporan-laporan jurnalistik yang dibuat Evan sebelumnya. Ia menambahkan bahwa jurnalis WSJ lain bisa bekerja dengan aman dan berharap media itu tak menutup kantornya di Rusia.

Vladimir Putin: Rusia Akan Menempatkan Senjata Nuklir Taktis di Belarus

Rusia Resmi Caplok 4 Wilayah Ukraina
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara bersama Pemimpin Republik Rakyat Luhansk Leonid Pasechnik (kiri), dan Pemimpin Republik Rakyat Donetsk Denis Pushilin (kanan) saat perayaan menandai penggabungan wilayah Ukraina dengan Rusia di Lapangan Merah, Moskow, Rusia, 30 September 2022. (Sergei Karpukhin, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Sementara itu, di sisi lain Rusia akan menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus. Hal itu disampaikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.

Presiden Putin mengatakan, langkah itu tidak akan melanggar perjanjian non-proliferasi nuklir. Ia membandingkannya dengan Amerika Serikat yang menempatkan senjatanya di berbagai negara di Eropa Barat. 

Kendati demikian, Moskow tidak akan memberikan kendali senjata nuklir tersebut ke Minsk (ibu kota Belarus), kata Putin seperti dikutip dari BBC, Minggu (26/3).

Belarus berbatasan dengan Rusia di timur dan Ukraina di selatan. Sepanjang Perang Rusia-Ukraina, Minsk dianggap membantu Moskow dalam melancarkan operasi militer ke Kiev.

AS mengatakan tidak percaya Rusia sedang bersiap untuk menggunakan senjata nuklir setelah pengumuman itu.

"Kami belum melihat alasan untuk menyesuaikan postur nuklir strategis kami sendiri," kata Departemen Pertahanan AS dalam sebuah pernyataan.

"Kami tetap berkomitmen untuk pertahanan kolektif aliansi NATO."

Presiden Putin mengatakan kepada televisi negara Rusia pada hari Sabtu bahwa pemimpin Belarus Alexander Lukashenko telah lama mengangkat masalah penempatan senjata nuklir taktis di Belarus.

"Tidak ada yang aneh di sini juga," katanya. "Pertama, Amerika Serikat telah melakukan ini selama beberapa dekade. Mereka telah lama mengerahkan senjata nuklir taktis mereka di wilayah negara sekutu mereka."

Rusia akan menyelesaikan pembangunan fasilitas penyimpanan senjata nuklir taktis di Belarus pada 1 Juli, tambah Presiden Putin.

AS Percaya China Belum Memasok Senjata ke Rusia untuk Perang Ukraina

Presiden China Xi Jinping Bertemu Vladimir Putin di Moskow
Dalam foto selebaran yang dirilis oleh Kantor Pers Kepresidenan Rusia ini memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Tiongkok Xi Jinping berjabat tangan sebelum pembicaraan mereka di Kremlin di Moskow, Senin (20/3/2023). (Russian Presidential Press Office via AP)

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Jumat (24/3) meyakini China belum memasok senjata ke Rusia setelah pasukan Presiden Vladimir Putin menyerbu Ukraina.

“Saya sudah mendengar selama tiga bulan terakhir (bahwa) China akan memasok senjata yang signifikan ke Rusia… Mereka belum melakukannya. Bukan berarti mereka tidak akan melakukannya, tetapi mereka belum melakukannya,” katanya dalam konferensi pers saat berkunjung ke Kanada, seperti dikutip dari VOA Indonesia (26/3). 

"Saya tidak menganggap enteng China. Saya tidak menganggap enteng Rusia," tambahnya. Biden menyatakan laporan tentang kemitraan kedua negara tersebut terlihat "dibesar-besarkan.”

Sebaliknya, Biden menggarisbawahi ikatan yang kuat di antara negara-negara demokrasi Barat, dengan mengatakan "jika terjadi sesuatu, Barat bersatu secara signifikan."

Dia mencontohkan aliansi keamanan AS di kawasan Pasifik seperti Quad yang juga mencakup Australia, India dan Jepang serta AUKUS dengan Australia dan Inggris.

Selama kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Moskow pada minggu ini, Rusia dan Beijing menyebutkan adanya "sifat khusus" dari hubungan mereka.

Xi berjanji akan menyokong sektor perdagangan dan memberikan dukung moral kepada Moskow. Namun dia tidak berkomitmen untuk memasok senjata bagi pasukan Rusia yang terkuras di Ukraina, sebuah langkah yang akan mengundang sanksi Barat terhadap China.

Beijing juga tidak memberikan komitmen untuk membeli gas dari Rusia dalam volume yang besar setelah Moskow tidak lagi memasok kebutuhan Eropa.

Infografis 1 Tahun Perang Rusia - Ukraina, Putin Tangguhkan Perjanjian Senjata Nuklir dengan AS. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 1 Tahun Perang Rusia - Ukraina, Putin Tangguhkan Perjanjian Senjata Nuklir dengan AS. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya