Liputan6.com, Jakarta - Beberapa pemain dan penggemar sepak bola Palestina mengalami sesak napas dan tersedak setelah pasukan Israel menembakkan gas air mata selama pertandingan final piala di Yerusalem Timur, kata Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA).
Pada Kamis (30/3) malam, pasukan Israel menembakkan gas air mata di dalam Stadion Internasional Faisal Al-Husseini di jalan Dahiat al-Barid di al-Ram, sebuah kota di Yerusalem Timur, dikutip dari laman middleeasteye.net, Rabu (5/4/2023).
Baca Juga
Beberapa pemain sepak bola Palestina dan puluhan suporter, termasuk anak-anak, menderita lantaran menghirup gas.
Advertisement
Bahkan banyak dari mereka yang dirawat di lapangan, sementara tiga orang dibawa ke rumah sakit.
PFA mengatakan, penyerangan terjadi saat jeda turun minum dalam pertandingan antara Markaz Balata, klub dari Nablus, dan Jabal Al-Mukaber dari Yerusalem.
"Tanpa peringatan sebelumnya, tentara pendudukan menghujani stadion dengan bom gas, yang jatuh di lapangan dan di antara tribun, di mana ratusan penggemar, termasuk anak-anak, hadir," kata PFA.
PFA kemudian mengajukan keluhan kepada FIFA tentang insiden tersebut dan mengkomunikasikan masalah ini dengan federasi sepak bola di Asia dan seluruh dunia "untuk mengakhiri terorisme terhadap olahraga".
Hingga kini, FIFA masih belum menjatuhkan sanksi ataupun tindakan terkait situasi ini.
Pemain Sepak Bola Palestina Usai Diserang Israel: Mereka Ingin Kami Hidup di Neraka
Saed Abu Saleem, penjaga gawang dan kapten klub sepak bola Palestina Markaz Balata, mengatakan bahwa serangan tentara Israel menunjukkan bahwa mereka ingin mereka hidup rakyat Palestina seperti di neraka.
"Ini adalah pendudukan. Mereka ingin membuat hidup kami seperti neraka bagi rakyat Palestina."
"Para penggemar datang untuk melihat tim mereka bermain, tetapi pendudukan Israel tidak menginginkan anak atau orang tua, hidup normal seperti orang-orang di seluruh dunia," katanya.
Abu Saleem mengatakan, gas air mata telah mencapai ruang ganti mereka, dan beberapa pemain menderita akibatnya.
Hafid Derradji, seorang jurnalis dan komentator sepak bola di BeIn Sport, sebuah saluran olahraga pan-Arab, men-tweet bahwa insiden itu "adalah stigma lain yang tidak kurang dari semua praktik tidak manusiawi yang menjadi sasaran orang-orang Palestina".
Beberapa penggemar Palestina melakukan perjalanan dari kota-kota yang jauh di utara Tepi Barat untuk menonton pertandingan.
Advertisement
Sejumlah Warga Palestina Dirawat
Tim medis klub dan Bulan Sabit Merah Palestina merawat beberapa penggemar di lokasi stadion, beberapa di antaranya berupaya agar tetap bisa menghirup udara segar.
Jabal Al-Mukaber memenangkan final piala, 1-0, setelah Zaid Qunbor mencetak gol sundulan pada menit ke-27.
Pada bulan Oktober, pengadilan pendudukan Israel menghukum Tariq Al-Araj, seorang pemain di tim nasional Palestina, empat tahun penjara karena dituduh menjadi "anggota kelompok terlarang" setelah dia ditangkap di sebuah pos pemeriksaan militer di Jenin.
Pemerintah sayap kanan Perdana Menteri Israel saat ini Benjamin Netanyahu menentang pembentukan negara Palestina atau kehadiran institusi dan acara Otoritas Palestina (PA) di Yerusalem Timur yang diduduki, yang tetap dipertahankan oleh warga Palestina sebagai ibu kota mereka.