Israel Berniat Bagi Kompleks Masjid Al-Aqsa, PM Palestina: Jatuhkan Sanksi, Jangan Sekadar Mengutuk

Palestina mengingatkan Israel bahwa usulan untuk membagi Kompleks Masjid Al-Aqsa akan menyebabkan kemarahan yang luar biasa dengan hasil yang tidak dapat diprediksi.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 15 Jun 2023, 09:58 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2023, 09:28 WIB
Potret Warga Palestina Sholat Idul Fitri di Tengah Ketegangan dengan Israel
Umat Muslim merayakan setelah sholat Idul Fitri pagi, menandai akhir bulan suci Ramadhan, di luar masjid Kubah Batu di kompleks masjid Al-Aqsa di Yerusalem Tua (13/5/2021). (AFP/Ahmad Gharabli)

Liputan6.com, Ramallah - Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh memperingatkan Israel agar menentang rancangan undang-undang (RUU) yang diusulkan anggota parlemennya, Amit Halevi, yang akan membagi Kompleks Masjid Al-Aqsa atau Al-Haram Al-Sharif atau Temple Mount antara muslim dan Yahudi.

"Mengambil langkah tersebut akan menyebabkan kemarahan yang luar biasa dengan hasil yang tidak dapat diprediksi mengingat kesucian dan nilai religius Masjid Al-Aqsa bagi rakyat Palestina, Arab, dan muslim sebagai kiblat pertama dan persinggahan Nabi Muhammad dalam Isra dan Mi'raj," ungkap PM Shtayyeh dalam rapat kabinet seperti dikutip dari kantor berita Palestina, WAFA, Kamis (15/6/2023).

PM Shtayyeh mendesak tindakan segera dari negara-negara Arab, Islam, dan dunia internasional untuk menjatuhkan sanksi terhadap Israel yang dapat mencegah perubahan apapun di Kompleks Masjid Al-Aqsa dan pelanggaran lainnya terhadap umat Islam dan Kristen di Yerusalem, bukan hanya sekadar kutukan dan celaan.

Dalam konteks lainnya, PM Shtayyeh menyerukan tekanan internasional yang nyata untuk menghentikan rencana pemukiman Yahudi yang dikenal sebagai E1.

Menurut PM Shtayyeh, berdasarkan rencana tersebut, Israel akan membangun sebuah koloni baru yang menghubungkan pemukiman Yahudi di Yerusalem dengan Ma'ale Adumim. Artinya, itu akan membagi Tepi Barat menjadi dua wilayah terpisah, merusak solusi dua negara (two state solution) dan memicu konsekuensi keamanan serta perdamaian di kawasan dan dunia.

PM Shtayyeh juga menyerukan upaya untuk mencegah Israel melanjutkan rencana kolonial dan ekspansionisnya, termasuk membangun zona industri utama antara koloni Ariel di Tepi Barat utara yang diduduki dan Israel, di mana itu berarti mencakup desa-desa Palestina, yaitu Sineria, Rafat, dan al-Zawiya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tingginya Pembunuhan di Komunitas Arab Israel

Ilustrasi Konflik Israel dan Palestina
Ilustrasi Konflik Israel dan Palestina

Shtayyeh, sementara itu, mengungkapkan keprihatinan mendalam atas meningkatnya pembunuhan di kalangan komunitas Arab di Israel, yang merenggut lebih dari 100 nyawa sejak awal tahun 2023.

Dia menyerukan otoritas Israel bertanggung jawab penuh atas tingginya tingkat pembunuhan dengan tidak melakukan apapun untuk menghentikan kejahatan itu atau menuntut pelakunya karena alasan rasis.

"Sebagai negara kolonial, Israel ingin menghancurkan kohesi dalam masyarakat Palestina, menabur perselisihan, tidak memaksakan ketertiban, dan ingin Anda untuk selalu membunuh satu sama lain," kata PM Shtayyeh, menyerukan warga Palestina di Israel untuk berhenti menumpahkan darah satu sama lain.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya