El Nino Ancam China: Suhu Panas Melonjak, Hebei Catat 40 Derajat Celsius

Suhu panas terjadi di China. Suhu bisa mengalahkan panasnya Jakarta.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 16 Jun 2023, 16:35 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2023, 16:35 WIB
Melintasi Jembatan Kaca Perkotaan Pertama di China
Sejumlah orang melintasi jembatan kaca di Shijiazhuang, Provinsi Hebei, China. Jembatan ini memiliki efek khusus dimana kaca akan tampak retak ketika pengunjung berjalan di atasnya. (AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Beijing - Sejumlah kota di China utara sedang mencatat rekor suhu panas pada musim panas 2023. Namun, sejak Maret (musim semi) China ternyata sudah merasakan suhu panas.

Pakar di China menyebut kondisi cuaca yang terjadi sudah termasuk ekstrim. Persediaan listrik di China pun ikut terganggu akibat pemakaian listrik ikut meningkat untuk melawan suhut panas.

Dilaporkan The Standard, Jumat (16/6/2023), provinsi Hebei menjadi yang pertama yang mencatat suhu yang mencapai 40 derajat celcius di ibu kota Shijiazhuang.

Suhu di Beijing juga tidak jauh berbeda. Panas di ibu kota China diperkirakan mencapai 37-39 derajat celcius hingga Sabtu besok.

Administrasi Metereologi Pusat di China juga telah mengeluarkan sejumlah peringatan panas di China pada Jumat ini.

Media pemerintah China, Global Times, menyebut El Nino telah tiba sejak Selasa lalu. Kehadiran El Nino itu akan membuat cuaca di China lebih ekstrim lagi.

Zhou Bing, kepala pakar dari administrasi meteorologi China, menyebut El Nino bisa memecahkan rekor suhu di China pada 2023 atau 2024 ini.

Lebih lanjut, Zhou berkata El Nino yang moderat tetap bisa memecehkan rekor cuaca global paling hangat sejak 2016. Pemerintah China akan terus memantau dampak dari El Nino tersebut.

Trauma El Nino 2009

World Meteorological Organization (WMO) menyebut El Nino biasanya terjadi tiap dua dan tujuh tahun, kemudian berlangsung selama sembilan hingga 12 bulan.

Pada Juli 2009, El Nino memicu kekeringan ekstrim di 17 provinsi di China akibat El Nino yang moderat. El Nino tersebut berlangsung dari Juni 2009 hingga April 2010.

Zhou menegaskan bahwa para meteorologis akan terus memantau apakah El Nino pada tahun ini akan separah 2009-2010.

Pusat Iklim Nasional China mencatat bahwa ketika El Nino biasanya daerah yang terdampak adalah China Utara, bagian utara dari China Tengah, bagian tengah China Timur, dan bagian timur China Barat Laut.

Moeldoko Minta Warga Kurangi Makan Nasi

Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko (Tim Humas Kantor Staf Presiden)
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko (Tim Humas Kantor Staf Presiden)... Selengkapnya

Beralih ke dalam negeri, Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Moeldoko meminta masyarakat mengurangi konsumsi nasi. Alasannya karena konsumsi nasi masyarakat sangat terlalu tinggi sedangkan lahan produksi padi setiap tahun berkurang.

“Saya berpesan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk efisien dan mulai memikirkan bahwa kita makan nasi masih terlalu banyak seperti zaman Jepang, 40 tahun lalu,” kata Moeldoko pada acara HUT Ke-50 HKTI di Hotel Discovery Ancol, Jakarta Utara, Rabu (7/6).

Kepala Staf Kepresidenan (KSP) ini menyarankan agar masyarakat mulai berhemat. Agar keseimbangan antara suplai dan permintaan terhadap padi bisa tetap terjaga. Apalagi, mulai Agustus tahun ini dampak fenomena el nino kian terasa dengan adanya potensi musim kemarau panjang.

“Mulai sekarang berhematlah dan mulai mengurangi nasi agar ada keseimbangan antara suplai dan demand,” kata dia. 

Sebagai gantinya, masyarakat bisa mengkonsumsi sumber karbohidrat lainnya seperti sorgum, sagu, ubi dan sejenisnya. Moeldoko mengatakan masih banyak bahan pangan yang bisa menjadi pengganti nasi yang saat ini menjadi makanan pokok masyarakat.

“Terhadap sumber-sumber itu mari kita gali bersama. Ingat pertumbuhan populasi manusia makin banyak. Di sisi lain ladang sawah selalu berkurang, maka ada gape di situ,” kata dia. 

El Nino Memicu Kekeringan di Sejumlah Wilayah Indonesia

Pengamat Nilai Program Kementan untuk Antisipasi El Nino Sudah Tepat
Ilustrasi kekeringan. (Istimewa)... Selengkapnya

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menyebutkan, fenomena El Nino yang semakin menguat dengan adanya Indian Ocean Dipole (IOD) menuju positif dapat memicu kekeringan di Indonesia pada musim kemarau.

Dwikorita menyebut bahwa dua fenomena tersebut telah diprakirakan BMKG pada Maret 2023. Keduanya berpotensi mengakibatkan wilayah Indonesia menjadi lebih kering.

Fenomena El Nino dipengaruhi oleh suhu muka air laut di Samudra Pasifik, dan Indian Ocean Dipole yang dipengaruhi suhu di Samudra Hindia, keduanya terjadi bersamaan pada musim kemarau tahun ini.

"Diprediksi pada semester 2 ini dapat berdampak pada semakin berkurangnya curah hujan di sebagian wilayah Indonesia selama periode musim kemarau ini. Bahkan sebagian wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan dengan kategori di bawah normal, atau lebih kering dari kondisi normalnya," kata Dwikorita dilansir dari Antara, Selasa (6/6).

Merujuk fenomena kekeringan pada 2019, Dwikorita menjelaskan, saat itu disebabkan oleh fenomena IOD yang menguat ke arah positif.

Namun, musim kemarau tahun ini terjadi dua fenomena El Nino dan IOD yang harus diantisipasi karena saling menguatkan.

Dia menjelaskan memasuki Mei 2023 hingga saat ini, fenomena yang terkait dengan suhu muka air laut di Samudra Pasifik mengalami perubahan yang yang mengarah pada El Nino pada Juni 2023 yang berakibat semakin menghangat kawasan itu.

"Anomali temperatur di Samudra Pasifik ini semakin meningkat ya, saat ini sudah mencapai angka 0,8 dan sudah dekat dengan 1. Kalau sampai menyentuh angka 1 berarti El Nino moderat, saat ini masih 0,8 di bawah 1 itu El Nino-nya lemah, namun ada tren untuk segera memasuki moderat," ucap dia.

Hal itu mengindikasikan intensitas semakin menguat dengan peluang lebih dari 80 persen sehingga ENSO Netral beralih menuju fase El Nino.

Selain itu, katanya, gangguan iklim juga terjadi di Samudra Hindia yaitu IOD yang dikontrol oleh suhu muka air laut di Samudra Hindia saat ini berada pada fase arah menuju fase positif mulai Juni hingga Oktober mendatang.

Dampak ke Pertanian

Antisipasi Fenomena El Nino, Kementan Gencar Sosialisasi AUTP ke Petani
Ilustrasi kondisi kekeringan.... Selengkapnya

Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menyebut dampak perubahan ikim di Indonesia sudah semakin nyata. El Nino yang merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik juga sudah terlihat. 

Suharso Monoarfa melanjutkan, dampak perubahan iklim dan fenomena El Nino sudah terlihat nyata saat ini dengan contooh suhu di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, sudah naik 0,9 derajat celcius.

"Di Kabupaten Berau ini sudah naik 0,9 derajat celccius," kata Suharso dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi XI di Komplek Parlemen, Jakarta Pusat, Senin 5 Juni 2023.

Suharso menyebut fenomena El Nino ini pun akan beradadi puncaknya mulai Juli 2023. "Ini akan dimulai bulan depan dan turun sebentar dan naik kembali," kata dia.

Diperkirakan, El Nino akan berlanjung sepanjang tahun. Alhasil, fenomena ini akan berdampak pada turunnya produksi padi yang menjadi makanan pokok mayoritas masyarakat di Indonesia.

"Berdasarkan data yang kita miliki 1990-2020, ada peurunan produksi padi setiap kejadian El Nino," kata dia.

Tak tanggung penurunan produksi akibat El Nino ini bisa mengurangi 1 juta sampai 5 juta ton padi. Semua bergantung pada lamanya fenomena El Nino berlangsung.

"Ini bevairasi 1-5 juta ton tergantung entitas El Nino ini dampaknya harus diantisipasi dari jauh sebelumnya," kata dia.

Infografis Deretan Wilayah Indonesia Terancam Kekeringan Parah dan Terdampak El Nino. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Deretan Wilayah Indonesia Terancam Kekeringan Parah dan Terdampak El Nino. (Liputan6.com/Trieyasni)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya