Liputan6.com, London - Pengusaha kelahiran Mesir yang memiliki department store Harrods, Mohamed Al Fayed meninggal dunia pada usia 94 tahun.
Kematiannya terjadi hampir 26 tahun setelah kecelakaan mobil di Paris yang menewaskan putra sulungnya, Dodi Al Fayed dan sang kekasih Putri Diana atau Princess of Wales, pada 31 Agustus 1997.
Baca Juga
Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Fulham FC terkait Mohamed Al Fayed meninggal, seperti juga dikutip dari The Guardian, Sabtu (2/9/2023), keluarganya mengatakan: “Nyonya Mohamed Al Fayed, anak dan cucunya ingin mengkonfirmasi bahwa suami tercinta, ayah dan kakek mereka, Mohamed, telah meninggal dunia dengan damai di usia tua pada Rabu 30 Agustus 2023.
Advertisement
"Dia menikmati masa pensiun yang panjang dan memuaskan, dikelilingi oleh orang-orang yang dicintainya. Keluarga telah meminta privasi mereka dihormati saat ini."
Berikut ini profil Mohamed Al Fayed, calon bapak mertua Putri Diana mengutip The Guardian:
Mohamed Al Fayed lahir di Alexandria dan merupakan putra seorang guru sekolah.
Bisnisnya mulai berkembang setelah ia bertemu istri pertamanya, Samira Khashoggi, saudara perempuan jutawan pedagang senjata Adnan Khashoggi, yang mempekerjakannya di bisnis impor Arab Saudi.
Peran tersebut membantunya menjalin koneksi baru di Mesir dan ia kemudian meluncurkan bisnis pelayarannya sendiri, sebelum menjadi penasihat salah satu orang terkaya di dunia, Sultan Brunei, pada tahun 1966.
Ketika tiba di Inggris pada tahun 1960an, ia bergabung dengan dewan konglomerat pertambangan Lonrho pada tahun 1975, namun keluar sembilan bulan kemudian. Pada tahun 1979, bersama saudaranya Ali, dia membeli Paris Ritz Hotel.
Target keluarga Fayed berikutnya adalah Harrods, dan pada tahun 1985 Fayed bersaudara adalah berhasil mendapatkan tawaran pengambilalihan toko di Knightsbridge senilai 615 juta pound sterling.
Mohamed Al Fayed mempertahankan kepemilikan toko tersebut setelah grup Frasers memasuki perdagangan publik hingga tahun 2010, ketika dia menjualnya ke Qatar Holding. Pengusaha itu juga menghidupkan kembali majalah satir Punch.
Bos Klub Sepak Bola Fulham
Pada tahun 1997 ia membeli klub sepak bola Fulham di London barat seharga £6,25 juta dan terkenal mengundang Michael Jackson untuk menonton pertandingan di Craven Cottage.
Pada tahun 1999, Fayed menyetujui manajer klub, Kevin Keegan, untuk mengambil alih jabatan manajer tim nasional Inggris. Fayed menjual klub tersebut kepada pengusaha miliarder Shahid Khan pada tahun 2013.
Khan mengatakan pada Jumat malam: "Atas nama semua orang di Fulham Football Club, saya menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada keluarga dan teman-teman Mohamed Al Fayed atas berita kematiannya pada usia 94 tahun.
"Kisah Fulham tidak dapat diceritakan tanpa satu bab pun tentang dampak positif dari Al Fayed sebagai ketuanya. Warisannya akan dikenang dalam promosi kami ke Premier League, final Liga Europa, dan momen-momen ajaib dari para pemain dan tim.
"Saya selalu menikmati waktu saya bersama Al Fayed, yang bijaksana, penuh warna, dan berkomitmen terhadap Fulham, dan saya selamanya berterima kasih atas kepercayaannya kepada saya untuk menggantikannya sebagai ketua pada tahun 2013."
"Saya bergabung dengan pendukung kami di seluruh dunia dalam merayakan kenangan Mohamed Al Fayed, yang warisannya akan selalu menjadi inti tradisi kami di Fulham Football Club."
Advertisement
Skandal Uang
Pengusaha ini dikenal karena keterlibatannya dalam skandal cash-for-questions (uang tunai) pada tahun 1994, yang menyebabkan para anggota parlemen mengundurkan diri setelah gagal menyatakan bahwa mereka telah dibayar oleh orang Mesir tersebut untuk mengajukan pertanyaan di parlemen.
Mohamed Al Fayed berbicara kepada The Guardian terkait tuduhan tersebut pada tahun 1994, perihal yang menyebabkan pengunduran diri sejumlah anggota parlemen Tim Smith sebagai menteri Irlandia Utara.
Anggota parlemen lainnya, Neil Hamilton, diketahui menerima suap, termasuk liburan di Ritz dan belanja gratis di Harrods. Hamilton tidak mundur, kalah dalam kasus pencemaran nama baik yang diajukannya terhadap Al Fayed, dan kehilangan kursinya pada pemilihan umum 1997.
Kampanye Sang Miliarder Atas Tudingan Pembunuhan Dodi Al Fayed dan Putri Diana
Mohamed Al Fayed menikah dengan sosialita Finlandia dan mantan model Heini Wathén pada tahun 1985, dan dikaruniai empat anak: Jasmine, Karim, Camilla, dan Omar.
Miliarder tersebut melakukan kampanye jangka panjang setelah kematian putranya Dodi bersama sang kekasih Putri Diana, dengan menuduh bahwa kecelakaan itu bukanlah sebuah kecelakaan dan telah diatur oleh dinas keamanan Inggris.
Namun, polisi Prancis menyimpulkan bahwa itu adalah kecelakaan, yang sebagian disebabkan oleh ngebut dan tingginya kadar alkohol dalam darah pengemudi Henri Paul. Pada tahun 2006, penyelidikan polisi Metropolitan yang dipimpin oleh Lord Stevens tidak menemukan bukti yang mendukung klaim bahwa dinas keamanan terlibat dengan cara apa pun.
Al Fayed menjadi teman Putri Diana melalui sponsornya pada kegiatan amal dan acara yang dihadiri oleh anggota keluarga kerajaan. Hubungan sang miliarder dengan keluarga kerajaan baru-baru ini digambarkan di season kelima serial Netflix The Crown, di mana ia diperankan oleh Salim Daw.
Dia juga diketahui mendirikan Yayasan Amal Al Fayed pada tahun 1987 untuk memperbaiki kehidupan anak-anak muda yang miskin, trauma, dan sakit parah.
Al Fayed berselisih dengan pemerintah Inggris karena penolakan pemerintah Inggris untuk memberinya kewarganegaraan dari negara yang menjadi rumahnya selama beberapa dekade, dan mengancam akan pindah ke Prancis, yang memberinya Legion of Honor, penghargaan sipil tertinggi.
Advertisement