23 September 2018: Hari Berkabung Atas Tenggelamnya Feri di Tanzania yang Telan 224 Nyawa

Tanzania menyatakan berduka atas tragedi tenggelamnya feri di Danau Victoria yang menewaskan 224 orang pada hari Minggu, 23 September 2018.

oleh Erina Putri diperbarui 23 Sep 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2023, 06:00 WIB
Tenggelamnya feri di victoria
Tim penyelamat mengambil jenazah pada hari Jumat dari perairan dekat Pulau Ukara di Danau Victoria di Tanzania. (Dok: AP)

Liputan6.com, Dodoma - Tanzania menyatakan berduka atas tragedi tenggelamnya feri di Danau Victoria yang menewaskan 224 orang pada hari Minggu, 23 September 2018.

Perdana Menteri Kassim Majaliwa memimpin upacara pemakaman nasional di Pulau Ukara, tempat MV Nyerere mengalami kecelakaan pada Kamis sebelumnya.

Dia menyampaikan duka mendalam dari seluruh bangsa ketika dua belas jenazah pertama dimakamkan, banyak di antaranya belum teridentifikasi.

Sisanya akan dikebumikan atau diserahkan kepada keluarga untuk pemakaman pribadi pada kala itu.

Selain itu, Perdana Menteri juga mengumumkan rencana pembangunan monumen peringatan di Ukara.

Melansir dari nst.com.my, upaya penyelam untuk mencari korban selamat yang tersisa telah dilakukan selama tiga hari sejak kecelakaan, namun harapan semakin suram. 

Meskipun demikian, penyelam terus melanjutkan pencarian di sekitar kapal yang terbalik, sementara feri itu sendiri akan diangkat kembali ke darat.

Perdana Menteri pun memberikan pembaruan mengenai para korban, dengan rincian 126 wanita, 71 pria, 17 anak perempuan, dan 10 anak laki-laki. Hanya ada 41 orang yang selamat.

Kementerian Transportasi, melalui Menteri Isack Kamwelwe, mengungkapkan bahwa ada 265 orang di atas feri yang seharusnya hanya muat sekitar seratus penumpang.

Penyelidikan awal menunjukkan bahwa salah satu penyebab kecelakaan adalah karena kelebihan muatan.

"Semua orang yang bertanggung jawab atas operasi dan pengawasan MV Nyerere telah ditahan dan sedang dalam pemeriksaan," tambahnya.

Pemerintah juga akan membentuk sebuah komisi penyelidikan yang lebih luas untuk mengungkap penyebab pasti dari bencana ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ungkapan Para Saksi

Tenggelamnya feri di victoria
Para pejabat mengatakan kapal feri itu berkapasitas sekitar 100 orang, namun diperkirakan ada 400 orang di dalamnya. (Dok: AP)

Saksi mata menyebutkan bahwa feri tenggelam karena penumpang berdesakan untuk turun saat mendekati dermaga, sementara saksi yang lain menyalahkan sang kapten atas manuver tiba-tiba.

Penyelidikan atas kecelakaan ini telah diserahkan kepada otoritas pertahanan dan keamanan oleh pemerintah Tanzania.

Kamwelwe pun melaporkan pada hari Sabtu (22/9) bahwa 172 jenazah telah diidentifikasi oleh keluarga.

Pantai di sekitar lokasi kejadian dipenuhi peti mati kayu yang menanti keluarga korban, sementara polisi dan relawan berusaha menjaga ratusan warga yang ingin menyaksikan.

Aisha William datang untuk mengambil jenazah suaminya dan berkata, "dia pergi pada hari Selasa sekitar tengah hari, tapi dia tidak pernah pulang. Saya tidak tahu bagaimana cara saya akan menghidupkan dua anak saya."

 


Kerabat Korban Marah

Tenggelamnya feri di victoria
Tim penyelamat mengambil mayat dari air pada hari Jumat di dekat Pulau Ukara di Danau Victoria. (Dok: AP)

Ahmed Caleb, seorang pedagang berusia 27 tahun, menyuarakan rasa marah atas tragedi ini yang seharusnya bisa dihindari. 

"Saya kehilangan bos saya, teman-teman, dan orang-orang yang pernah saya temui saat sekolah," katanya.

Feri yang sudah tua, yang melambung dan baling-balingnya terlihat di atas permukaan air, juga mengangkut muatan seperti karung gandum, pisang, dan semen ketika terbalik.

Danau Victoria, yang memiliki luas permukaan 70.000 kilometer persegi dan berbentuk oval, seukuran negara Irlandia dan dibagi oleh Tanzania, Uganda, dan Kenya.

Kejadian feri tenggelam tidak jarang terjadi di danau ini, dan jumlah korban sering tinggi karena kurangnya jaket pelampung dan kenyataan bahwa banyak penduduk setempat tidak bisa berenang.

Pada tahun 1966, lebih dari 800 orang kehilangan nyawa mereka ketika MV Bukoba tenggelam di kota Mwanza, menurut laporan Palang Merah.

Infografis Skincare Lokal
Infografis Skincare Lokal. (Liputan6.com/Triyasni)  
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya