Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi: Kelaparan Adalah Harga yang Layak Dibayar demi Kemajuan Negara

Presiden Abdel Fattah el-Sisi akan kembali mencalonkan diri dalam Pilpres Mesir yang berlangsung pada 10-12 Desember.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 03 Okt 2023, 13:09 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2023, 13:09 WIB
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi (AFP Photo)
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi (AFP Photo)

Liputan6.com, Kairo - Abdel Fattah el-Sisi mengatakan bahwa rakyatnya harus menerima konsekuensi kelaparan sebagai harga kesuksesan Mesir. Hal tersebut disampaikannya pada Sabtu (30/9/2023).

"Jangan berani-beraninya rakyat Mesir mengatakan lebih memilih makan dibanding pembangunan dan kemajuan," ujar presiden Mesir itu saat pidato di Ibu Kota Administratif Baru dalam konferensi tiga hari yang didedikasikan untuk memaparkan pencapaian sembilan tahun pemerintahannya, seperti dilansir Middle East Eye, Selasa (3/20/2023).

"Jika harga kemajuan dan kemakmuran bangsa adalah kelaparan dan kehausan maka janganlah kita makan atau minum."

Dia melanjutkan, "Jangan merusak perjuangan bangsa kita dan menjadikan kita bahan tertawaan dunia. Berdiri teguh dan ubahlah keadaan kejam yang kita alami menjadi sebuah anugerah. Semakin kuat Anda berdiri teguh, semakin cepat krisis ekonomi ini berlalu."

Dalam pidatonya, presiden Mesir itu juga menyebutkan cara-cara hipotetis yang bisa dia lakukan untuk menghancurkan Mesir, jika dia mau, yaitu dengan membagikan narkotika jenis tramadol.

Sisi menuturkan bahwa dia telah berbicara dengan Dewan Kehakiman Tertinggi mengenai betapa mudahnya menghancurkan Mesir, yaitu dengan memberikan tramadol kepada 100.000 orang yang berada dalam kondisi sulit.

"Saya mengobrol dengan pejabat Dewan Kehakiman Tertinggi pagi ini dan mengatakan kepada mereka: dapatkah Anda bayangkan saya bisa menghancurkan Mesir dengan 2 miliar pound Mesir," kata Sisi.

"Mereka sangat terkejut … Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya bisa memberi mereka tramadol dan 20 pound Mesir kepada 100.000 orang yang sedang melalui masa-masa sulit."

Dia menambahkan, "Saya bisa memberi mereka 1.000 pound Mesir, selama 10 pekan … Saya bisa menghancurkan sebuah negara dengan lebih dari 105 juta penduduk, dengan satu miliar pound Mesir … pada dasarnya 30 juta dolar, yang dibelanjakan sebagian orang untuk satu pesta."

Tidak jelas mengapa Sisi mempublikasikan pernyataan tersebut, namun komentarnya dikutuk luas secara online oleh para pemimpin oposisi dan tokoh masyarakat.

Reaksi Lawan Sisi

Ilustrasi Mesir
Ilustrasi Mesir (AP)

Ahmed Tantawi, yang memposisikan dirinya sebagai lawan utama Sisi dalam Pilpres Mesir mendatang, mengutuk pidato tersebut. Langsung ditujukan kepada Sisi, dia menulis di platform X alias Twitter, "Rakyat Mesir sebenarnya kelaparan pada masa pemerintahan Anda karena pemerintahan Anda. Mereka tidak melihat perkembangan apapun yang dijanjikan."

Tantawi lebih lanjut menuduh Sisi menyebarkan kebohongan dan menumpuk gedung-gedung tinggi, kota-kota, dan istana-istana yang dibangun di gurun pasir, sekalipun hal itu mengorbankan manusia dan hak mereka atas kehidupan dan pendidikan yang layak.

"(Pemerintah) telah mencabut perlindungan sosial bagi warga negaranya, menyebabkan dua per tiga warga Mesir hidup di bawah dan di sekitar garis kemiskinan, sementara sepertiga sisanya mengalami kondisi yang sangat buruk," ungkap Tantawi.

Pengguna lain di platform X mengatakan bahwa komentar presiden secara teknis dapat menjebloskannya ke penjara.

Ketika Mesir dihadapkan pada krisis ekonomi yang semakin parah, reaksi Sisi terhadap kritik disebut menjadi semakin tidak menentu.

Adapun Pilpres Mesir sendiri sudah dekat, yaitu pada 10-12 Desember, di mana Sisi diperkirakan akan kembali menang.

Krisis Ekonomi

Ilustrasi Mesir. (Freepik)
Ilustrasi Mesir. (Freepik)

Para analis memperkirakan Mesir adalah negara kedua yang paling berisiko terkena krisis utang, setelah Ukraina yang dilanda perang.

Dan Sisi yang tidak gentar dengan meningkatnya masalah ekonomi bertanya, "Negara seperti apa yang ingin Anda tinggali? Apakah Anda ingin membangun Mesir dan menjadikannya negara terkemuka atau tidak? Apakah Anda mempertimbangkan untuk membangun sebuah petualangan? Apakah Anda menganggap reformasi sebagai sebuah petualangan?"

Mesir dilaporkan telah dilanda krisis ekonomi selama bertahun-tahun, situasi ini diperburuk oleh perang Ukraina yang sangat mempengaruhi harga pangan di negara tersebut.

Angka resmi menunjukkan inflasi tahunan di Mesir mencapai rekor baru sebesar 39,7 persen pada Agustus, sementara pound Mesir mengalami penurunan dramatis terhadap dolar.

Mesir telah bergantung pada dana talangan (bailout) dari sekutu-sekutunya yang lebih kaya di Teluk dan Dana Moneter Internasional (IMF) dalam beberapa tahun terakhir, seiring investor menarik dana miliaran dolar dari negara tersebut.

Meskipun krisis keuangan disebabkan oleh berbagai hal, banyak tokoh oposisi yang menyalahkan meningkatnya cengkeraman militer terhadap perekonomian setelah kudeta tahun 2013 yang menggulingkan pemerintahan terpilih Mohamed Morsi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya