Hamas Soal Perang dengan Israel: Iran dan Hezbollah Tidak Terlibat tapi Akan Bergabung Jika Gaza Jadi Target Pemusnahan

Hamas mengakui bahwa Iran dan kelompok militan Hezbollah Lebanon telah membantunya di masa lalu. Akan tetapi, sejak perang Gaza tahun 2014, Hamas telah memproduksi roket dan melatih para pejuangnya sendiri.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 10 Okt 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2023, 10:00 WIB
Militan Palestina meluncurkan puluhan roket ke Israel
Tentara Israel memperingatkan adanya sirene di seluruh bagian selatan negara itu, sementara polisi mendesak masyarakat untuk menjauhi tempat-tempat perlindungan bom. (SAID KHATIB / AFP)

Liputan6.com, Beirut - Pejabat senior Hamas di Lebanon Ali Barakeh pada Senin (9/10/2023), mengisahkan tentang serangan yang dilancarkan kelompoknya pada Sabtu 7 Oktober 2023. Faktanya, tidak semua komandan Hamas di Gaza mengetahui rencana penyerbuan besar-besaran itu.

"Hanya segelintir komandan Hamas yang tahu tentang zero hour," kata Barakeh dalam wawancaranya dengan AP, seperti dilansir Selasa (10/10).

Bahkan, menurut Barakeh, sekutu terdekat Hamas tidak diberitahu sebelumnya mengenai waktu serangan.

Dia membantah laporan yang menyebutkan bahwa pejabat keamanan Iran membantu merencanakan serangan atau memberikan lampu hijau, namun menegaskan Iran dan kelompok militan Hezbollah Lebanon akan bergabung dalam perang Hamas Vs Israel jika Gaza menjadi sasaran dari perang pemusnahan.

Barakeh mengakui bahwa Iran dan kelompok militan Hezbollah Lebanon telah membantu Hamas di masa lalu. Akan tetapi, dia menyatakan bahwa sejak perang Gaza tahun 2014, Hamas telah memproduksi roket dan melatih para pejuangnya sendiri.

Dia juga membantah spekulasi bahwa serangan, yang telah direncanakan selama lebih dari setahun, bertujuan menggagalkan upaya Amerika Serikat (AS) untuk meyakinkan Arab Saudi agar menormalisasi hubungan dengan Israel.

Sebaliknya, Barakeh mengatakan bahwa serangan pada Sabtu 7 Oktober 2023 didorong oleh serangkaian tindakan yang diambil oleh pemerintah sayap kanan Israel pimpinan Benjamin Netanyahu selama setahun terakhir, termasuk kunjungan provokatif ke situs suci Yerusalem dan meningkatnya tekanan terhadap tahanan Palestina yang ditahan Israel. Dia mengatakan pula bahwa Hamas yakin Israel punya rencana untuk membunuh para pemimpinnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Operasi Badai Al-Aqsa

Militan Palestina meluncurkan puluhan roket ke Israel
Roket ditembakkan dari Kota Gaza menuju Israel pada 7 Oktober 2023. (SAID KHATIB / AFP)

Barakeh mengakui pihaknya terkejut dengan besarnya dampak "Operasi Badai Al-Aqsa" dan memprediksi Israel dapat mencegah atau membatasi serangan tersebut.

"Kami terkejut dengan kehancuran luar biasa ini," ujar Barakeh. "Kami berencana mendapatkan keuntungan dan mengambil tahanan untuk ditukar. Tentara-tentara ini adalah paper tiger (harimau kertas)."

Menurut Cambridge Dictionary, frasa harimau kertas berarti sesuatu atau seseorang yang tampak kuat atau mengancam, namun sebenarnya lemah.

Barakeh mengungkapkan bahwa Hamas sejauh ini hanya mengerahkan sejumlah kecil pasukannya sendiri. Hampir 2.000 pasukan Hamas, ujar Barakeh, yang ambil bagian dalam pertempuran terbaru dari jumlah 40.000 pasukan yang ada di Gaza saja.

Hamas bukan tidak mungkin mengandalkan sekutunya jika mereka menghadapi kemunduran besar.

Pada hari Minggu (8/10), Hezbollah menembakkan sejumlah roket dan peluru ke tiga posisi Israel di wilayah sengketa. Pada hari Senin, kelompok militan Jihad Islam Palestina mengklaim telah mengirim empat pria bersenjata melintasi perbatasan Lebanon ke Israel.

Para militan mengatakan mereka telah melukai tujuh tentara Israel. Israel mengatakan pasukannya sendiri menembak dan membunuh beberapa pria bersenjata yang menyeberang ke negara itu dari Lebanon. Mereka juga menembaki Lebanon selatan sebagai tanggapannya.


Manfaatkan Sandera untuk Pertukaran Tahanan

Militan Palestina meluncurkan puluhan roket ke Israel
Tembakan roket diluncurkan dari beberapa lokasi di Gaza mulai pukul 06:30 pagi (0330 GMT) dan berlanjut selama hampir setengah jam, wartawan AFP melaporkan. (MAHMUD HAMS / AFP)

Barakeh lebih lanjut mengatakan bahwa kelompoknya akan menggunakan sejumlah warga Israel yang disandera untuk menjamin pembebasan semua warga Arab yang ditahan di penjara-penjara Israel dan bahkan beberapa warga Palestina yang dipenjara di AS atas tuduhan mendanai Hamas.

"Ada warga Palestina yang ditahan di AS. Kami akan meminta pembebasan mereka," ujarnya, tanpa menyebutkan siapa yang dimaksud.

Barakeh menegaskan Hamas siap berperang dalam jangka waktu panjang dengan Israel. Mereka mengklaim memiliki persenjataan roket yang akan bertahan lama.

"Kami telah mempersiapkan diri dengan baik untuk perang ini dan menghadapi semua skenario, bahkan skenario perang panjang," imbuhnya. "Kami akan menghentikan kehidupan entitas Zionis jika agresi tidak berhenti di Gaza."

Serangan Hamas pada Sabtu 7 Oktober benar-benar mengungkap kelengahan militer dan badan intelijen Israel. Selain ribuan serangan roket, saat itu ratusan pasukan Hamas menyerbu melalui lubang yang diledakkan di pagar perbatasan dan mengamuk di sejumlah titik hingga berujung pada penyanderaan termasuk warga negara asing.

Hingga berita ini diturunkan, jumlah korban tewas di sisi Israel mencapai sedikitnya 900 orang. Di Gaza, lebih dari 400 orang kehilangan nyawa akibat serangan balasan Israel.

Israel sendiri telah mengobarkan perang habis-habisan dan berjanji akan "menghukum" Hamas dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mobilisasi 300.000 pasukan cadangan Israel dinilai meningkatkan kemungkinan terjadinya invasi darat atau bahkan pendudukan kembali Gaza.


​Warga Negara Indonesia Diimbau Segera Tinggalkan Palestina dan Israel

Aksi Dukung Palestina di Sydney
Para pengunjuk rasa menyiapkan bendera Palestina pada awal aksi protes terhadap aksi militer Israel di Gaza saat mereka berkumpul di Sydney pada 9 Oktober 2023. (David GRAY/AFP)

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) memperbarui pernyataannya terkait dengan konflik Hamas Vs Israel. Jika sebelumnya Kemlu RI meminta Warga Negara Indonesia (WNI) untuk menunda perjalanan baik ke Palestina maupun ke Israel maka yang teranyar Kemlu RI meminta itu dibatalkan.

"Menimbang situasi keamanan terakhir dan demi keselamatan para WNI, Pemerintah Indonesia menghimbau agar WNI yang berada di wilayah Palestina maupun Israel segera meninggalkan wilayah tersebut," ungkap Kemlu RI dalam pernyataannya yang dipublikasikan pada Selasa.

"Bagi yang sudah merencanakan perjalanan ke kedua wilayah tersebut untuk membatalkan rencananya hingga adanya pemberitahuan lebih lanjut dari pemerintah."

Dalam pernyataannya pada Senin, Kemlu RI menyatakan terus berkoordinasi dengan KBRI Amman, KBRI Kairo, dan KBRI Beirut untuk memonitor situasi di Palestina menyusul perang Hamas Vs Israel dan menyiapkan rencana kontingensi.

"Evakuasi menjadi salah satu bagian dari rencana kontingensi tersebut," ungkap Direktur Perlindungan WNI Kemlu RI Judha Nugraha, melalui keterangan tertulis.

Berdasarkan pemutakhiran data terakhir, saat ini terdapat 45 WNI di Palestina, di mana 10 WNI berada di Gaza dan 35 WNI berada di Tepi Barat. Pada awal tercatat terdapat 13 WNI di Gaza, namun belakangan tiga di antaranya telah keluar wilayah Gaza ke Mesir dan Indonesia.

"Selain 45 WNI tersebut, terdapat 230 WNI yang sedang melakukan wisata religi di berbagai titik di Israel. Hingga saat ini, tidak ada WNI yang menjadi korban," tutur Judha.

Infografis Hamas-Israel Perang Lagi, Ini Respons Dunia. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Hamas-Israel Perang Lagi, Ini Respons Dunia. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya