Israel Rayu Warga Palestina di Gaza dengan Hadiah Sebagai Imbalan Informasi Sandera Hamas

Sejauh ini, empat sandera telah dibebaskan setelah dimediasi Qatar, yang juga diyakini tengah berusaha mencapai kesepakatan pembebasan 50 sandera berkewarganegaraan ganda.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 25 Okt 2023, 20:40 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2023, 20:40 WIB
Kondisi Jalur Gaza Palestina
Seorang anak melihat gedung-gedung yang hancur akibat bombardir Israel di Rafah, Jalur Gaza, Palestina, Minggu (22/10/2023). (AP Photo/Hatem Ali)

Liputan6.com, Ramallah - Militer Israel menyebarkan selebaran di Gaza yang isinya merayu warga Palestina agar memberikan informasi tentang sandera yang ditahan Hamas.

"Jika Anda ingin hidup damai dan memiliki masa depan yang lebih baik bagi anak-anak Anda, segera ambil tindakan kemanusiaan dan bagikan informasi terverifikasi dan berharga tentang sandera yang ditahan di wilayah Anda," demikian bunyi selebaran militer Israel, yang juga menawarkan keamanan serta hadiah bagi setiap informan seperti dilansir BBC, Rabu (25/10/2023).

Terdapat lebih dari 200 sandera yang ditawan dalam serangan pada Sabtu 7 Oktober. Setidaknya 1.400 orang di Israel tewas dalam serangan itu.

Langkah Israel dinilai menggarisbawahi kesulitan yang dihadapi pemerintah Benjamin Netanyahu ketika mencoba menyelaraskan tujuan mereka antara menghancurkan Hamas dan menyelamatkan sandera.

Sejauh ini, empat sandera telah dibebaskan setelah dimediasi Qatar, yang juga diyakini tengah berusaha mencapai kesepakatan pembebasan 50 sandera berkewarganegaraan ganda.

Militer Israel menggunakan pemantauan, pasukan khusus, dan interogasi terhadap anggota Hamas yang ditangkap untuk mendapatkan gambaran di mana para tawanan disekap.

Para ahli telah memperingatkan bahwa hancurnya lingkungan perkotaan di Gaza, kehadiran sejumlah besar warga sipil, kurangnya informasi intelijen, dan tersebarnya lokasi-lokasi bawah tanah di mana para sandera diperkirakan disekap akan menggagalkan operasi militer apapun.

Salah satu dari dua sandera yang dibebaskan pada Senin (23/10), Yocheved Lifshitz (85), mengatakan bahwa dia dipukul dengan tongkat ketika dibawa keluar dari rumahnya di sebuah kibbutz di dekat Gaza dan digiring melalui terowongan jaringan laba-laba di bawah Gaza ke ruang bawah tanah tempat dia dan sandera lainnya diperlakukan dengan hati-hati.

Kesaksian Lifshitz menegaskan tantangan dalam segala upaya untuk menyelamatkan sandera yang tersisa.

Lebih dari 5.700 Warga Palestina di Gaza Tewas

Duka dan kehancuran pada minggu kedua perang Israel-Hamas
Kehancuran terlihat jelas di seluruh Gaza, ketika warga Palestina mati-matian mencari korban yang selamat dan terpaksa berjalan melewati puing-puing yang tertinggal setelah pemboman Israel. (AP Photo/Ali Mahmoud)

Pasukan Israel telah berkumpul di dekat perbatasan dengan Jalur Gaza, menunggu perintah untuk melakukan invasi darat yang dimaksudkan untuk membebaskan para sandera dan memusnahkan Hamas.

Menurut otoritas kesehatan di Gaza, wilayah yang dikuasai Hamas sejak tahun 2007, serangan udara dan penembakan berkelanjutan Israel telah menewaskan lebih dari 5.700 orang di Gaza.

Para pejabat Israel mengatakan bombardir yang mereka lancarkan, bersamaan dengan blokade total pasokan bahan bakar, makanan, dan kebutuhan dasar lainnya, bertujuan untuk menekan Hamas agar membebaskan para sandera.

Berbicara di PBB pada Selasa (24/10), Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken meminta Hamas untuk segera membebaskan sandera tanpa syarat. Dalam kesempatan yang dia menggarisbawahi bahwa warga sipil Palestina harus dilindungi.

"Itu berarti Hamas harus berhenti menggunakan mereka sebagai tameng manusia … dan Israel harus mengambil tindakan pencegahan. Artinya makanan, air, obat-obatan harus bisa dialirkan ke Gaza dan kepada masyarakat yang membutuhkan. Warga sipil harus bisa keluar dari bahaya," ujarnya.

Hamas sendiri mengatakan bahwa para tawanan dapat ditukar dengan sebagian atau bahkan ribuan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel. Pemimpin Hamas Khaled Meshaal mengatakan kepada Sky News bahwa para sandera akan dibebaskan jika Israel berhenti mengebom Gaza.

Krisis Sandera yang Rumit

Anak-Anak Palestina
Warga Palestina yang terluka akibat pemboman Israel di Jalur Gaza dibawa ke rumah sakit di Rafah, Senin (23/10/2023). (AP Photo/Hatem Ali)

Para analis menilai ada pertarungan yang sedang berlangsung untuk mendapatkan opini publik global.

"Hamas sedang mencoba untuk menghilangkan kengerian yang terjadi beberapa minggu lalu (serangan Sabtu 7 Oktober). Mereka berusaha menciptakan persepsi harapan dan mendapatkan tekanan internasional untuk mencegah Israel menginvasi Gaza," kata Christopher O'Leary, pakar Soufan Group dan mantan direktur penyelamatan dan pemulihan sandera pemerintah AS.

Bilal Saab, seorang analis di Chatham House di London, menuturkan bahwa penyanderaan warga sipil selalu menjadi hal utama dalam strategi Hamas.

"Bahkan sebelum penyerangan, mereka tahu bahwa mereka perlu membawa pulang sebanyak mungkin orang. Mereka tahu persis apa yang dapat dilakukan dengan menyandera ketika Anda sedang bernegosiasi dengan musuh Anda ... Secara teoritis, pasukan pertahanan Israel (IDF) dapat melakukan apa saja untuk melemahkan dan melucuti senjata Hamas secara besar-besaran. Namun, mereka tidak bisa melakukannya karena adanya sandera," tutur Bilal.

Tidak jelas apakah semua tawanan di Gaza ditahan oleh Hamas, yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh AS dan beberapa negara Barat lainnya. Beberapa di antaranya diperkirakan ditahan oleh kelompok militan lain.

Banyaknya orang yang memiliki kewarganegaraan ganda di antara para sandera membuat krisis ini semakin rumit. Selain warga AS yang masih belum ditemukan, ada pula 17 warga Thailand di antara para sandera, dan delapan warga Jerman. Tujuh warga negara Prancis masih tergolong hilang dan beberapa di antaranya diyakini juga menjadi sandera.

Kantor perdana menteri Inggris telah merevisi jumlah warga negaranya yang diketahui terperangkap dalam serangan Hamas menjadi 12 orang tewas dan lima orang disandera.

Infografis Israel melanggar hukum internasional
Infografis Israel melanggar hukum internasional (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya