Raja Charles III Akui Kesalahan Era Penjajahan Inggris di Kenya, tapi Tidak Minta Maaf

Kunjungan Raja Charles III dan Ratu Camilla ke Kenya berlangsung empat hari, dimulai pada 31 Oktober 2023.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 01 Nov 2023, 11:02 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2023, 11:02 WIB
Raja Charles III dan Ratu Camilla berpose bersama dengan Presiden Kenya William Ruto dan istri. (Dok. Instagram/theroyalfamily)
Raja Charles III dan Ratu Camilla berpose bersama dengan Presiden Kenya William Ruto dan istri. (Dok. Instagram/theroyalfamily) 

Liputan6.com, Nairobi - Dalam jamuan makan malam di Nairobi di tengah kunjungan kenegaraannya ke Kenya, Raja Charles III bicara soal "kesalahan" di era kolonial Inggris. Dia mengakui adanya tindakan kekerasan yang menjijikkan dan tidak dapat dibenarkan yang dilakukan terhadap rakyat Kenya selama perjuangan kemerdekaan mereka.

Ayah dari Pangeran William dan Pangeran Harry itu mengungkapkan kesedihan dan penyesalan terbesarnya dan bahwa tidak ada pembenaran atas tindakan-tindakan tersebut. Namun, Raja Charles III tidak menyampaikan permintaan maaf resmi, langkah yang harus diputuskan oleh pemerintah Inggris.

Sebagai tanggapan, Presiden Kenya William Ruto memuji keberanian Raja Charles III dalam menyikapi kebenaran yang tidak menyenangkan tersebut.

Presiden Ruto mengatakan kepada Raja Charles III bahwa pemerintahan kolonial telah bersikap brutal dan kejam terhadap rakyat Afrika dan bahwa masih banyak yang harus dilakukan untuk mencapai reparasi penuh.

Menjelang kunjungan kenegaraan Raja Charles III ke Kenya, terdapat spekulasi mengenai permintaan maaf Kerajaan Inggris secara simbolis.

Namun, sekalipun raja Inggris itu tidak meminta maaf, pidatonya di Gedung Negara Kenya merupakan pengakuan yang signifikan dan tegas atas kesalahan yang dilakukan di bawah kolonialisme.

"Sangat penting bagi saya untuk memperdalam pemahaman saya mengenai kesalahan-kesalahan ini, dan bahwa saya bertemu dengan beberapa dari mereka yang kehidupan dan komunitasnya terkena dampak yang sangat menyedihkan," ujar Raja Charles III, seperti dilansir BBC, Rabu (1/11/2023).

Kejujuran dan Keterbukaan

Ilustrasi bendera Kenya. (Unsplash)
Ilustrasi bendera Kenya. (Unsplash)

Satu dekade lalu, pemerintah Inggris telah menyuarakan penyesalan atas terjadinya pelanggaran pada masa lampau dan mengumumkan pembayaran hampir 20 juta poundsterling kepada lebih dari 5.000 orang, dalam apa yang disebut sebagai "proses rekonsiliasi".

Kepala negara Inggris harus berbicara atas saran para menteri dan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak sendiri telah menolak seruan permintaan maaf.

Kurangnya permintaan maaf dalam perjalanan ini mungkin mengecewakan sejumlah pihak, termasuk David Ngasura dari klan Talai Kenya.

Dia telah menulis surat kepada Keluarga Kerajaan Inggris agar melayangkan permintaan maaf dan reparasi. Sebagai responsnya, Istana Buckingham merujuk permintaannya ke Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan.

Ada kekhawatiran bahwa permintaan maaf akan ditafsirkan sebagai pengakuan tanggung jawab dan mengarah pada tuntutan hukum. Namun, warga Kenya yang selamat dari tindakan pemerintah kolonial berpendapat bahwa hal itu akan membantu memulihkan dan mengakhiri konflik.

Raja Charles III mengatakan pula bahwa persahabatan antara Inggris dan Kenya dapat diperkuat dengan menangani sejarah kedua negara melalui kejujuran dan keterbukaan.

Pernyataan mertua Kate Middleton itu dinilai lebih jauh dari pidatonya di Rwanda tahun lalu, di mana dia bicara tentang kesedihan pribadinya yang mendalam atas penderitaan yang disebabkan oleh perdagangan budak.

Sebagian pidato Raja Charles III di Kenya disampaikan dalam bahasa Swahili.

Kerja Sama Inggris-Kenya

Raja Inggris Charles III dan Ratu Camilla
Raja Inggris Charles III (kiri) dan Ratu Inggris Camilla saat turun dari pesawat setibanya di Bandara Orly pada 20 September 2023. (Miguel MEDINA/POOL/AFP)

Hari pertama kunjungan kenegaraannya pada 31 Oktober, Raja Charles III mengadakan pertemuan dengan Presiden Ruto, mengunjungi pertanian perkotaan dan bertemu dengan pengusaha muda teknologi Kenya.

Raja Charles III juga mengunjungi museum yang didedikasikan untuk sejarah Kenya dan perjuangan kemerdekaannya.

Keluarga Kerajaan Inggris, khususnya negara-negara Persemakmuran, semakin menghadapi pertanyaan tentang warisan kolonialisme dan perbudakan, serta menyerukan permintaan maaf dan reparasi.

Awal tahun ini, Istana Buckingham mengatakan pihaknya mendukung penelitian sejarah independen untuk mengkaji hubungan kerajaan dengan perdagangan budak.

Namun, penelitian yang baru diterbitkan mengungkapkan gambaran kompleks dalam sikap Kerajaan Inggris terhadap perbudakan, dengan keluarga kerajaan pada awal tahun 1800-an terpecah belah terkait penghapusan perbudakan.

Kunjungan kenegaraan Raja Charles III dan Ratu Camilla ke Kenya akan fokus pada kerja sama kedua negara, termasuk dalam mengatasi perubahan iklim dan mendorong peluang serta lapangan kerja bagi generasi muda.

Selain itu, juga akan ada pertemuan dengan para pemimpin agama yang akan membahas tentang membangun hubungan antar komunitas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya