Liputan6.com, Tepi Barat - Pasukan Israel telah membunuh tiga militan di dalam sebuah rumah sakit di Jenin, di Tepi Barat yang diduduki.
Rekaman CCTV menunjukkan anggota unit yang menyamar sebagai petugas medis dan warga sipil lainnya berjalan melalui koridor dengan senapan terangkat.
Baca Juga
Laporan BBC, Selasa (30/1/2024), menyebut militer Israel mengatakan para militan bersembunyi di rumah sakit, dan salah satunya akan melakukan serangan.
Advertisement
Kementerian Kesehatan Otoritas Palestina menuduh Israel melakukan "pembantaian baru di dalam rumah sakit".
Hamas, kelompok Islam bersenjata Palestina yang berperang dengan Israel di Gaza yang dipicu oleh serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada 7 Oktober, mengatakan pasukan Israel telah "mengeksekusi tiga orang", termasuk salah satu anggotanya.
Kelompok bersenjata lainnya, Palestinian Islamic Jihad (PIJ) atau Jihad Islam Palestina, mengatakan dua dari mereka yang tewas adalah anggotanya dan merupakan saudara kandung. Ditambahkannya, salah satu dari mereka telah menerima perawatan di rumah sakit.
Video CCTV dari Rumah Sakit Ibnu Sina menunjukkan beberapa anggota unit penyamaran Israel – pria dan wanita – bergegas melewati koridor, mengarahkan senjata mereka ke kiri dan ke kanan. Terlihat seseorang mengambil sepotong pakaian orang tak dikenal yang sedang berlutut dengan tangan di belakang kepala, lalu menutupi kepalanya dengan itu.
Ketegangan meningkat di Tepi Barat sejak serangan 7 Oktober, dengan hampir setiap hari terjadi penangkapan oleh Israel dan bentrokan dengan warga Palestina. Jenin, basis militan, telah menjadi fokus serangan selama berbulan-bulan.
Sejak 7 Oktober, pasukan Israel telah membunuh sedikitnya 357 warga Palestina – militan, warga sipil dan penyerang – di Tepi Barat, sementara pemukim Israel telah membunuh sedikitnya delapan orang, menurut PBB.
Warga Palestina dari Tepi Barat telah membunuh sedikitnya 10 warga Israel dalam serangan di Tepi Barat dan Israel pada periode yang sama.
Tersangka Hamas yang Terbunuh Diklaim Bakal Menyerang Seperti 7 Oktober
Dalam sebuah pernyataan, Israel Defense Forces (IDF) atau Pasukan Pertahanan Israel mengatakan tersangka Hamas yang terbunuh telah "merencanakan serangan yang terinspirasi oleh pembantaian 7 Oktober". Pada tanggal tersebut, gelombang kelompok bersenjata Hamas menyerbu Israel dari Gaza, menewaskan sekitar 1.300 orang – sebagian besar warga sipil – dan menyandera sekitar 250 lainnya kembali ke Gaza.
Serangan itu memicu kampanye militer Israel di Gaza, dengan tujuan menghancurkan Hamas. Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan lebih dari 26.600 warga Palestina – sebagian besar perempuan dan anak-anak – tewas dalam serangan Israel.
Kantor berita resmi Palestina di Tepi Barat, Wafa, menyebutkan tiga warga Palestina yang berada di rumah sakit tersebut telah "dibunuh".
Menurut sumber di rumah sakit, sekitar 10 anggota pasukan khusus Israel yang mengenakan pakaian sipil pergi ke lantai tiga, di mana mereka membunuh orang-orang tersebut dengan menggunakan senjata yang dilengkapi peredam suara.
Salah satu anggota Palestinian Islamic Jihad (PIJ) atau Jihad Islam Palestina yang terbunuh sedang menerima perawatan karena cederanya di rumah sakit sejak 25 Oktober, tambah sumber tersebut.
Advertisement
Dokumen Intelijen Israel Klaim 190 Pegawai UNRWA Terkait Serangan Hamas Pemicu Perang di Gaza
Di sisi lain, sebuah dokumen intelijen Israel yang mendorong beberapa negara untuk menghentikan dana ke badan bantuan PBB untuk Palestina memuat tuduhan bahwa beberapa staf terlibat dalam penculikan dan pembunuhan selama serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perang Gaza.
Dokumen setebal enam halaman itu, yang dilihat oleh Reuters, seperti dikutip dari Channel News Asia, Selasa (30/1/2024), menuduh bahwa sekitar 190 pegawai UNRWA, termasuk guru, pernah bertugas sebagai militan Hamas atau Palestinian Islamic Jihad/PIJ (Jihad Islam). Dokumen tersebut memiliki nama dan gambar untuk 11 di antaranya.
PBB belum secara resmi menerima salinan dokumen tersebut, kata juru bicara PBB Stephane Dujarric pada hari Senin (29/1).
Sebuah dokumen intelijen Israel yang mendorong beberapa negara untuk menghentikan dana ke badan bantuan PBB untuk Palestina memuat tuduhan bahwa beberapa staf terlibat dalam penculikan dan pembunuhan selama serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perang Gaza.
Dokumen setebal enam halaman itu, yang dilihat oleh Reuters, seperti dikutip dari Channel News Asia, Selasa (30/1/2024), menuduh bahwa sekitar 190 pegawai UNRWA, termasuk guru, pernah bertugas sebagai militan Hamas atau Palestinian Islamic Jihad/PIJ (Jihad Islam). Dokumen tersebut memiliki nama dan gambar untuk 11 di antaranya.
BACA JUGA:Liga Arab Kecam Penghentian Pendanaan untuk UNRWA, Pengungsi Palestina Akan Kelaparan PBB belum secara resmi menerima salinan dokumen tersebut, kata juru bicara PBB Stephane Dujarric pada hari Senin (29/1).
Palestina menuduh Israel memalsukan informasi untuk mencemarkan nama baik UNRWA, dan mengatakan bahwa Israel telah memecat beberapa staf dan sedang menyelidiki tuduhan tersebut.
Dokumen tersebut mengatakan salah satu dari 11 orang tersebut adalah seorang konselor sekolah yang membantu putranya menculik seorang wanita selama infiltrasi Hamas di mana Israel mengatakan 1.200 orang terbunuh dan 253 orang diculik.
Seorang lainnya, seorang pekerja sosial UNRWA, dituduh terlibat secara tidak spesifik dalam memindahkan jenazah tentara Israel yang terbunuh ke Gaza dan mengoordinasikan pergerakan truk pikap yang digunakan oleh para perampok dan memasok senjata.
Orang Palestina ketiga dalam dokumen tersebut dituduh mengambil bagian dalam kekerasan di Desa Beeri di perbatasan Israel, di mana sepersepuluh penduduknya terbunuh. Orang keempat dituduh berpartisipasi dalam serangan di Reim, sebuah pangkalan militer yang dikuasai dan pesta seks yang menewaskan lebih dari 360 orang.
Menteri Luar Negeri Israel Katz mengatakan Ketua UNRWA Philippe Lazzarini harus mundur. "Pegawai UNRWA ikut serta dalam pembantaian pada 7 Oktober," katanya.
Lazzarini harus mengambil kesimpulan dan mengundurkan diri.
Mahkamah Internasional ICJ Resmi Perintahkan Israel Hentikan Genosida di Gaza
Sementara itu, Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag, Belanda secara resmi memerintahkan Israel untuk segera ambil tındakan untuk menghentikan genosida di Gaza, Palestina.
Dalam pernyataannya ICJ juga menyerukan Israel untuk menghentikan kematian dan tindakan genosida yang dilakukan oleh militernya di wilayah Gaza, dikutip dari laman CNN.com, Jumat (26/1/2024).
Afrika Selatan menyebut bahwa Israel melanggar hukum internasional terkait genosida dalam perang di Gaza. Pihak Afsel juga menginginkan Pengadilan Internasional memerintahkan penghentian peperangan.
Keputusan pada Jumat (26/1) ini berkaitan dengan permintaan Afrika Selatan agar ICJ melakukan tindakan darurat.
“Situasi bencana kemanusiaan di Jalur Gaza berada dalam risiko serius dan semakin buruk,” kata Hakim Joan Donoghue, ketua Pengadilan Den Haag pada Jumat (26/1).
Panel beranggotakan 17 hakim Pengadilan mengeluarkan enam tindakan darurat, memerintahkan Israel untuk “mengambil semua tindakan sesuai kewenangannya” guna mencegah tindakan yang dapat melanggar Konvensi Genosida
Para hakim juga mengatakan, Israel harus menjamin dengan segera bahwa militernya tidak melakukan tindakan genosida dalam bentuk apa pun.
Serta memastikan penyediaan layanan dasar dan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan di Gaza.
Israel juga harus menerima bukti terkait tuduhan genosida dan menyerahkan laporan dalam waktu satu bulan mengenai kepatuhannya terhadap tindakan tersebut.
Keputusan pengadilan bersifat mengikat dan tidak dapat mengajukan banding.
Advertisement