Liputan6.com, South Tyrol - Seorang pemain ski, Carluccio Sartori, 54 tahun, terkubur di bawah longsoran salju selama 23 jam. Ajaibnya ia dinyatakan masih selamat.
Kini ia dikabarkan tengah belajar lagi cara berjalan, bahkan sudah kembali lagi menekuni olahraga ski.
Baca Juga
"Tak ada yang bisa menjelaskan bagaimana ini semua bisa terjadi," Sartori berkata kepada Newsflash seperti dilansir dari New York Post, Kamis (28/3/2024), saat menceritakan pemulihannya yang luar biasa 14 bulan setelah kejadian,
Advertisement
"Saya seharusnya sudah mati setelah delapan atau 10 jam pertama."
"Bagi mereka (para dokter), ini tidak bisa dijelaskan," ujar Sartori, yang kemudian dirawat karena patah tulang dan pembekuan pada tangan dan kakinya, "Para dokter mengatakan bahwa saya masih memiliki fisik yang sempurna."
Kecelakaan aneh itu terjadi pada Januari 2023 ketika pecinta alam yang tekun ini sedang bermain ski di pegunungan Val Badia di South Tyrol, Italia.
Bencana terjadi setelah longsoran salju menyapu Sartori dengan timbunan salju selama hampir satu hari penuh, di mana suhu turun menjadi sangat dingin, hanya 5 derajat Fahrenheit.
Hampir sehari kemudian, tim penyelamat tiba di lokasi dengan harapan menemukan mayat, tetapi mereka menemukan ayah dari dua anak tersebut yang masih sadar dan bahkan masih bisa mengobrol.
Sekarang, lebih dari setahun sejak longsoran salju hampir merenggut nyawanya, Sartori telah belajar lagi cara berjalan.
"Kaki kanan saya memiliki masalah kecil, tetapi sedang dalam pemulihan," ucap Sartori. "Saya memiliki beberapa masalah dengan tangan kanan saya, tetapi selain itu saya baik-baik saja."
Ia juga melaporkan kepada media lokal bahwa ia masih kesulitan menutup tangan kanan sepenuhnya, tetapi senang karena tangannya masih "utuh".
Para Dokter Sempat Bingung
Yang lebih membingungkan bagi para dokter adalah bagaimana Sartori bertahan dari tumpukan salju sepanjang hari.
"Ketika para penyelamat menemukan saya, saya sadar dan dengan suhu tubuh 23 derajat, sekitar 73 Fahrenheit, yang merupakan tahap ketiga dari hipotermia yang parah. Mereka menambahkan bahwa semua tubuh saya berfungsi dengan sempurna," jelas Sartori.
Menurut Sierra Avalanche Association, sebagian besar kematian akibat longsor salju disebabkan oleh Asfiksia, yang tidak mengherankan tergantung pada waktu. Peluang bertahan hidup mencapai 95% jika korban dievakuasi dalam waktu 15 menit, tetapi probabilitas itu turuh menjadi 37% setelah 35 menit.
Untungnya, Sartori mengatakan bahwa sebuah ruang udara terbentuk di permukaan salju, memberinya "saluran" oksigen yang sekaligus membuatnya dapat mengisolasi diri dari suhu luar seperti ruang kriogenik.
Sartori juga berpendapat bahwa kebugaran tubuhnya mungkin telah membantu mencegahnya dari nasib yang lebih buruk.
Ia mengatakan bahwa para dokter memberi komentar tentang tubuhnya yang sangat bugar, meskipun ia sendiri tidak melihat dirinya sebagai contoh pria yang sehat.
Advertisement
Keinginan Hidup yang Masih Kuat
"Saya memang sering berolahraga, bersepeda gunung, tetapi saya bukan penggemar makanan sehat," jelas Sartori. "Saya memang tidak merokok, tetapi sesekali saya minum anggur dan bir."
Sartori juga mengungkapkan pengalamannya ketika ia terkubur di longsoran es.
Meskipun Sartori merasa sangat takut, ia pada akhirnya mengatakan bahwa kelangsungannya selama kejadian itu disebabkan oleh keteguhan mental dan keinginan hidup yang ia miliki.
"Saya tahu saya tidak boleh menyerah, saya tidak boleh tidur sama sekali, jika tidak, itu akan menjadi akhir dari semuanya," ujarnya kepada media setempat Ansa.
"Saya sampai menggerakkan satu-satunya tangan yang bisa saya gerakkan dengan gerakan kecil," katanya. "Saya mencoba untuk bertahan dengan menggali lubang untuk bernapas."
Saat masih terkubur, ia khawatir jantungnya akan berhenti, tetapi ia tidak membiarkan hal tersebut mengganggu fokusnya untuk berusaha bertahan hidup.
Berusaha Tidak Memikirkan Keluarga
Bertentangan dengan klise "kilas balik keluarga" yang sering digambarkan dalam film bertahan hidup, Sartori malah mengatakan bahwa ia dengan sengaja tidak memikirkan istri beserta anak-anaknya selama terkubur di longsoran salju tersebut karena menurutnya hal itu akan menjadi akhir dari segalanya.
"Ini menyelamatkan pikiranku. Setelah beberapa jam pertama, saya hanya fokus untuk bertahan hidup," kenang Sartori.
Untungnya, ketekunan Sartori membuahkan hasil. Setelah 23 jam, salju akhirnya meleleh karena panas dari suhu tubuhnya, dan dia bisa melepaskan lengannya.
Tak lama kemudian, para tim penyelamat tiba dan membawa Sartori ke Rumah Sakit San Maurizio di Bolzano.
Sekarang, pria Italia yang memiliki dua anak itu mengakui bahwa ia bahkan melakukan beberapa perjalanan ke gunung dan bermain ski lagi pada tahun ini, meskipun ia mengakui bahwa keluarganya akan marah padanya jika ia kembali ke lereng gunung.
Advertisement