Liputan6.com, Paris - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, jika Vladimir Putin ingin hadir di pertemuan puncak KTT G20 di Brasil, maka harus mendapatkan persetujuan dahulu dari pemimpin negara lain.
Dikutip dari laman Arab News, Jumat (29/3/2024) ini akan menjadi tugas diplomasi Brasil dan sang presiden Luiz Inacio Lula da Silva.
Baca Juga
"Jika pertemuan semacam itu bisa bermanfaat, maka pertemuan itu harus dilakukan,” kata Macron, meskipun ia memperingatkan perpecahan dalam masalah ini dapat menggagalkan undangan untuk Rusia.
Advertisement
Brasil, yang saat ini menjadi ketua kelompok G20 -- yang mewakili 80 persen perekonomian global -- menentang upaya yang dipimpin AS untuk mengisolasi dan menghukum Rusia atas invasi mereka ke Ukraina, dengan alasan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan negara-negara Barat mempunyai kesamaan dalam hal ini, disalahkan atas perang tersebut.
Putin melewatkan pertemuan puncak G20 tahun lalu di ibu kota India, New Delhi, untuk menghindari kemungkinan penghinaan politik dan risiko penahanan kriminal berdasarkan surat perintah Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).
Pada September 2023, Lula mengatakan bahwa “tidak mungkin” Putin akan ditangkap jika dia menghadiri KTT Rio de Janeiro.
Tak lama setelah itu, dia menarik kembali pernyataannya dan mengatakan bahwa sistem peradilanlah yang akan memutuskan penangkapan Putin pada akhirnya, dan bukan pemerintahannya.
Pemimpin Partai Prancis Khawatir Macron Terlalu Agresif Dukung Ukraina
Sementara itu, para pemimpin partai besar di Prancis mulai khawatir usai mendengar pernyataan Emmanuel Macron yang akan terus mendukung Ukraina dengan pendekatan tanpa batas.
Kekhawatiran ini sampaikan para pemimpin partai saat melakukan pertemuan pada Kamis (7/3/2024).
Dalam pertemuan dua setengah jam tersebut, para ketua partai mengatakan bahwa ada beberapa pihak yang menyebutkan bahwa Macron memanfaatkan konflik tersebut dengan tujuan memperkuat posisi koalisinya menjelang pemilu Eropa musim panas mendatang.
Di tengah dukungan Eropa untuk Ukraina, mantan presiden AS Donald Trump lebih mengejutkan lagi. Ia menyebut, jika terpilih sebagai presiden AS kembali, maka salah satu kebijakan utamanya adalah menolak pengiriman pasukan darat dari Amerika Serikat ke Ukraina.
Usai Trump mengeluarkan pernyataan, Emmanuel Macron langsung mendesak sekutu Ukraina untuk tidak menjadi “pengecut” dalam mendukung Kyiv melawan invasi Rusia, dikutip dari CNA, Sabtu (9/3).
Beberapa pemimpin partai Prancis bahkan menyarankan agar Macron tak melakukan pendekatan “tanpa batas” untuk melawan Presiden Rusia Vladimir Putin. Pasalnya, mereka menilai Putin juga melakukan pendekatan serupa.
Advertisement
Minta Macron Tak Terlibat Perang dengan Rusia
Pemimpin Partai Hijau Marine Tondelier menyampaikan kekhawatirannya atas situasi Ukraina. Oleh karena itu ia berharap agar Macron bisa mencari langkah lain.
Jordan Bardella, presiden partai sayap kanan National Rally (RN) bahkan memohon kepada Macron agar tidak terlibat perang dengan Rusia.
Politisi senior Prancis Manuel Bompard juga mengatakan: "Saya datang dengan perasaan khawatir dan saya pergi dengan rasa yang lebih khawatir."