Tak Cuma di Bumi, Ini 6 Fakta Menarik Gempa di Bulan

Gempa di bulan atau moonquake adalah getaran yang terjadi di bulan akibat variasi temperatur.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 03 Mei 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2024, 03:00 WIB
Gerhana Bulan Total
Gerhana Bulan Total terjadi ketika seluruh bayangan umbra bumi jatuh menutupi bulan, sehingga matahari, bumi dan bulan berada tepat sejajar.

Liputan6.com, Jakarta - Bumi bukanlah satu-satunya tempat yang dapat mengalami gempa bumi. Bulan, setelit alami bumi, juga mengalami gempa bumi.

Gempa di bulan atau moonquake adalah getaran yang terjadi di bulan akibat variasi temperatur. Kekuatan gempa di bulan cenderung lebih kecil daripada di bumi, berkisar antara magnitudo 3 hingga 5.

Melansir laman resmi NASA pada Rabu (01/05/2025) gempa bulan saat ini disebabkan oleh gravitasi bumi. Fenomena yang disebut sebagai tidal flexing dan variasi temperatur.

Permukaan bulan adalah lingkungan yang ekstrem dengan suhu antara minus 133 dan 121 derajat celcius di bawah sinar matahari langsung. Seluruh permukaan Bulan mengembang dan menyusut dalam cuaca dingin dan panas.

Gempa di bulan juga dapat disebabkan aktivitas manusia. Penambahan pangkalan Apollo 17 di Bulan telah menyebabkan lebih dari 50 gempa.

Rekaman aktivitas seismik di bulan pertama kali dirilis oleh NASA dalam misi Apollo. Untuk mendeteksi adanya guncangan, NASA mengirim alat pendeteksi gempa atau seismometer melalui misi tersebut.

Setelah diletakkan di permukaan Bulan, ilmuwan mendapat banyak sinyal aktivitas seismik. Berikut fakta menarik mengenai gempa di bulan atau moonquake.

1. Astronaut Letakan Seismometer dalam Misi Apollo

Para ilmuwan membutuhkan alat yang dinamakan seismometer untuk mendeteksi gempa di bulan. Pada 1969 hingga 1972, astronaut yang tergabung dalam misi Apollo menyebarkan lima seismometer di sejumlah titik permukaan bulan.

Seismometer pertama diletakkan di Bulan oleh Neil Armstrong dan Buzz Aldrin saat mereka menjalankan misi Apollo 11. Adapun, alat pendeteksi gempa tersebut beroperasi di bulan hingga 1977.

Para ilmuwan memantau aktivitas seismik yang terekam melalui seismometer dari bumi. Mereka terus mengumpulkan data dan mempelajarinya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


12.000 Gempa Terekam

2. 12.000 Gempa Terekam

Seismometer yang sudah disebar di beberapa titik di bulan aktif merekam aktivitas seismik hingga 1977. Seismometer Apollo telah mencatat lebih dari 12 ribu moonquake di bulan.

Selain itu, mengutip dari Britannica pada Rabu (01/05/2025), setidaknya 600 hingga 3 ribu gempa terdeteksi per tahunnya selama pengoperasian alat ini. Hal itu menunjukkan bahwa gempa cukup sering terjadi di bulan.

3. Berkekuatan Kecil

Kekuatan gempa di bulan cenderung lebih kecil dibandingkan gempa yang terjadi di bumi. Kekuatan guncangan di satelit alami bumi ini berkisar antara magnitudo 3 hingga 5.

Beberapa di antaranya terjadi berulang kali ketika memasuki fase pasang surut akibat gravitasi bumi. Salah satu penyebab moonquake adalah karena gravitasi Bumi.

4. Dikategorikan Menjadi 4 Jenis

Ilmuwan telah mendeteksi beberapa jenis gempa yang kerap melanda bulan. Data yang dikirimkan oleh seismometer Apollo menemukan bahwa gempa di satelit alami bumi itu dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, gempa dalam, gempa dangkal, gempa termal, dan gempa akibat hantaman meteorit.

Gempa termal adalah jenis gempa yang disebabkan oleh perubahan suhu intens yang terjadi di bulan saat mengalami transisi dari siang ke malam. Kerak Bulan memanas hingga 120 derajat Celcius pada saat berada di puncak.

Kemudian temperatur anjlok hingga minus 133 derajat Celsius pada malam hari di bulan. Panas dan dingin yang bergantian menyebabkan kerak Bulan mengembang dan menyusut secara cepat kemudian menciptakan getaran kecil

 


Gempa Bulan Masih Terus Terjadi

5. Gempa Bulan Masih Terus Terjadi

Belum ada lagi misi seismik yang diluncurkan ke bulan sejak misi Apollo pada 1970-an. Namun, bukan berarti Bulan tidak lagi mengalami gempa sejak misi Apollo selesai.

Seorang ilmuwan senior di Pusat Studi Bumi dan Planet Smithsonian's National Air and Space menyebut gempa masih sering terdeteksi di bulan sampai saat ini. Hal itu lantaran adanya aktivitas penyusutan inti Bulan.

Ketika Bulan mengalami penyusutan, lempengan-lempengan yang berada di dalam struktur bulan terdorong ke atas sehingga menimbulkan guncangan. Aktivitas penyusutan ini diperkirakan akan terus terjadi.

Bulan mengalami penyusutan sekitar 50 meter selama beberapa ratus juta tahun terakhir.

6. Gempa di Bulan Dapat Menjadi Cara Mencari Air

Gempa bulan disebabkan oleh pemanasan dan pendinginan interior bulan, yang menyebabkan batuan retak dan bergerak. Getaran ini dapat membuka retakan dan celah di kerak bulan, yang berpotensi mengekspos kantong es tersembunyi di bawah permukaan.

Es ini berasal dari awal sejarah bulan, ketika air masih ada di permukaan. Air tersebut kemudian membeku dan terperangkap di bawah kerak saat Bulan mendingin.

Gempa bulan dapat membantu membebaskan es, membuatnya lebih mudah diakses oleh penjelajah dan misi masa depan. Para ilmuwan percaya bahwa air kemungkinan besar ada di kawah kutub bulan yang selalu gelap dan dingin.

Kawah-kawah ini tidak pernah terkena sinar matahari, sehingga es di dalamnya dapat bertahan selama miliaran tahun.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya